asawuf adalah istilah yang sama
sekali tidak dikenal di zaman para sahabat radhiallahu ‘anhum bahkan
tidak dikenal di zaman tiga generasi yang utama (generasi sahabat, tabi’in dan
tabi’it tabi’in). Ajaran ini baru muncul sesudah zaman tiga generasi ini. (Lihat Haqiqat Ash Shufiyyah hal. 14).
Berkata
Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah, “Adapun lafazh “Shufiyyah”, lafazh ini
tidak dikenal di kalangan tiga generasi yang utama. Lafazh ini baru dikenal dan
dibicarakan setelah tiga generasi tersebut, dan telah dinukil dari beberapa
orang imam dan syaikh yang membicarakan lafazh ini, seperti Imam Ahmad bin
Hambal, Abu Sulaiman Ad Darani dan yang lainnya, dan juga diriwayatkan dari
Sufyan Ats Tsauri bahwasanya beliau membicarakan lafazh ini, dan ada juga yang
meriwayatkan dari Hasan Al Bashri.” (Majmu’ Al Fatawa 11/5).
Kemudian
Ibnu Taimiyyah menjelaskan bahwasanya ajaran ini pertama kali muncul di kota
Bashrah, Iraq, yang dimulai dengan timbulnya sikap berlebih-lebihan dalam zuhud
dan ibadah yang tidak terdapat di kota-kota (islam) lainnya. (Majmu’ Al Fatawa 11/6).
Berkata
Imam Ibnu Al Jauzi: “Tasawuf adalah suatu aliran yang lahirnya diawali dengan
sifat zuhud secara keseluruhan, kemudian orang-orang yang menisbatkan diri
kepada aliran ini mulai mencari kelonggaran dengan mendengarkan nyanyian dan
melakukan tari-tarian, sehingga orang-orang awam yang cenderung kepada akhirat
tertarik kepada mereka karena mereka menampakkan sifat zuhud, dan orang-orang
yang cinta dunia pun tertarik kepada mereka karena melihat gaya hidup yang suka
bersenang-senang dan bermain pada diri mereka.” (Talbis Iblis hal 161).
Dan
berkata DR. Shabir Tha’imah dalam kitabnya Ash Shufiyyah Mu’taqadan Wa
Maslakan (hal. 17): “Dan jelas sekali besarnya pengaruh gaya hidup
kependetaan Nasrani -yang mereka selalu memakai pakaian wol ketika mereka
berada di dalam biara-biara- pada orang-orang yang memusatkan diri pada kegiatan
ajaran tasawuf ini di seluruh penjuru dunia, padahal Islam telah membebaskan
dunia ini dengan tauhid, yang mana gaya hidup ini dan lainnya memberikan suatu
pengaruh yang sangat jelas pada tingkah laku para pendahulu ahli tasawuf.” (Dinukil oleh Syaikh Shalih Al Fauzan dalam
kitabnya “Haqiqat At Tashawuf” hal. 13).
Dan
berkata Syaikh Ihsan Ilahi Zhahir dalam kitab beliau At Tashawuf, Al Mansya’
wa Al Mashdar hal. 28: “Ketika kita mengamati lebih dalam ajaran-ajaran
tasawuf yang dulu maupun yang sekarang dan ucapan-ucapan mereka, yang dinukil
dan diriwayatkan dalam kitab-kitab tasawuf yang dulu maupun sekarang, kita akan
melihat suatu perbedaan yang sangat jelas antara ajaran tersebut dengan ajaran
Al Quran dan As Sunnah.
Dan
sama sekali tidak pernah kita dapati bibit dan cikal bakal ajaran tasawuf ini
dalam perjalanan sejarah Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam dan
para sahabat beliau radhiallahu ‘anhum yang mulia, orang-orang yang terbaik dan
pilihan dari hamba-hamba Allah ‘Azza wa Jalla , bahkan justru sebaliknya
kita dapati ajaran tasawuf ini diambil dan dipungut dari kependetaan model
Nasrani, dari kebrahmanaan model agama Hindu, peribadatan model Yahudi dan
kezuhudan model agama Budha.” (Dinukil oleh Syaikh Shalih Al Fauzan dalam kitabnya “Haqiqat
At Tashawuf” hal. 14).
Dari
keterangan yang kami nukilkan di atas, jelaslah bahwa tasawuf adalah ajaran
yang menyusup ke dalam Islam, hal ini terlihat jelas pada amalan-amalan yang
dilakukan oleh orang-orang ahli tasawuf, amalan-amalan asing dan jauh dari
petunjuk islam. Dan yang kami maksudkan di sini adalah orang-orang ahli tasawuf
zaman sekarang, yang banyak melakukan kesesatan dan kebohongan dalam agama,
adapun ahli tasawuf yang terdahulu keadaan mereka masih lumayan, seperti Fudhail
bin ‘Iyadh, Al Junaid, Ibrahim bin Adham dan lain-lain. (Lihat kitab Haqiqat At Tashawwuf
tulisan Syaikh Shalih Al Fauzan hal. 15).
0 komentar:
Posting Komentar