RSS

Dakwah di Tengah Kemajemukan Umat



DR H Abd. Salam Nawawi, M.Ag


Islam adalah agama yang substansinya adalah sebuah system ikatan. Orang yang bersedia masuk Islam berarti bersedia untuk berada dalam keadaan dalam system keterikatan. Para ulama membuat rumusan system ikatan dalam Islam menjadi 4 . 

Pertama, ikatan iman. Setiap yang mengaku Islam ia terikat untuk mengimani agama ini sebagai satu satunya agama yang benar. Kebenarannya bersifat universal dan eternal. Sifat universal itu berlaku untuk seluruh manusia. Dan bersifat eternal itu berlaku sampai hari kiamat. (QS Saba’ : 28). 

Kedua, ikatan amal. Berislam bukan hanya beriman, tetapi juga beramal. Setiap muslim dituntut untuk mengamalkan apa yang diimaninya. Prinsip yang substansial di dalam komitmen amal adalah seperti Rasulullah diperintahkan oleh Allah dalam Al-Qur’an. (QS Ar Ra’d : 36). Memurnikan agama itu utuh,sepenuhnya, total, tidak ditambah-tambah, dan tidak dikurangi. Ibarat benda bulat, maka komitmen seseorang tidak dapat dibilang bulat kalau mengaku Islam, tetapi amalnya pilih-pilih, untuk ibadah dia ikuti ajaran Al-Qur’an, tetapi untuk muamalah, dia campakkan Al-Qur’an. Zakat wajib membayar, tetapi riba akatif mengembangkan. Ini kepribadian yang terbelah, bukan kepribadian yang mukhlis (murni), ututh, total. Kalau beriman bahwa Islam adalah satu-satunya agama yang benar, maka seluruh system ajarannya harus dipatuhi. 

Ketiga, ikatan komitmen dakwah. Islam tidak hanya diinternalisasi menjadi iman dan pengetahuan, tidak hanya internalisasi dalam bentuk amal, tetapi Islam juga diobyaktifasi. Dibikin menjalar kepada orang lain. Inilah yang disebut panggilan dakwah. Dakwah Islam dari semula disiapkan untuk umat yang majemuk. Karena agama ini berlaku universal dan berlaku sepanjang zaman. Dari semula dakwah Islam adalah untuk dakwah masyarakat majemuk, untuk ini setiap orang yang terpanggil untuk mendakwahkan Islam, maka yang pertama-tama harus disadari adalah bahwa dunia ini ibarat panggung. Aktornya adalah manusia yang dalam dunia ini manusia diuji. Ayyukum ahsanu amala ( di antara kamu yang lebih bagus amalnya). Maka actor ini diperlakukan oleh Allah sebagai actor yang bebas, yang diberi kebebasan untuk memilih, tidak dipaksa. Allah hanya memberikan bekal-bekal berupa hidayah indera, akal dan wahyu. Setelah perangkat itu diberikan, maka mereka diberi kebebasan di atas panggung untuk mengekpresikan dan memilih perannya masing-masing. Dan dalam memilih ini diharuskan untuk mengikuti prinsif tanggung jawab. Karena Allah akan meminta pertanggung jawaban terhadap pilihan-pilihan yang mereka ambil. 

Rasulullah adalah da’i yang pertama dan utama dalam Islam. Menghadapi kemajemukan umat, beliau diberi perbekalan oleh Allah SWT. Pertama, bahwa realitas adanya orang beriman dan orang tidak beriman, itu merupakan manifestasi dari kehendak Allah SWT. Yang menginginkan manusia berada dalam kondisi bebas memilih. Ini bekal kesadaran pertama yang diberikan oleh Allah SWT. Kepada dai pertama dan utama dalam Islam, Rasulullah SAW. Kedua, posisi beliau sebagai Rasul tidak diberi bekal pengetahuan tentang siapa yang menjadi obyek dakwah itu yang mempunyai potensi sesat, atau potensi untuk menerima petunjuk.(QS An Nahl : 125). Jadi Rasulullah SAW berdakwah tanpa diberi pengetahuan siapa yang menerima hidayah Islam ini dan siapa yang tidak. Ketiga, otoritas untuk memberi hidayah ada di Tangan Allah. (QS Al-Qashash : 56) Keempat, Kesesatan orang lain itu tidak menularkan bahaya, selagi berpegang pada hidayah Allah. (QS Al Maidah : 105). 

Prinsip dakwah seperti ini akan melahirkan sikap dalam menyebarkan Islam dengan cara damai. Tidak terlalu ngotot, seolah-olah orang harus bisa masuk Islam. Karena tugas ini adalah tabligh (menyampaikan), dakwah (mengajak), taushiyah (memberi wasiyat), mauidhoh (memberi nasihat), tandziir (memberi peringatan), tabsyiir (memberi kabar gembira), bukan memaksa. Karena Islam adalah agama yang benar, dan yang benar dan salah adalah jelas perbedaannya. 

Keempat, ikatan pertahanan. Ketika ada kekuatan kontra damai, maka ini akan dimunculkan. Baik yang datangnya dari internal umat Islam sendiri maupun dari luar. Islam adalah agama damai, jika ada kekuatan kontra damai, maka harus dilumpuhkan untuk dikembalikan ke dalam kecenderungan damai. Kalau kekuatan itu datangnya dari dalam, maka tindakannya sebagaiman firman Allah dalam QS Al Hujurat : 9 yang maknanya : Dan kalau ada dua golongan dari mereka yang beriman itu berperang hendaklah kamu damaikan antara keduanya! tapi kalau yang satu melanggar Perjanjian terhadap yang lain, hendaklah yang melanggar Perjanjian itu kamu perangi sampai surut kembali pada perintah Allah. kalau Dia telah surut, damaikanlah antara keduanya menurut keadilan, dan hendaklah kamu Berlaku adil; Sesungguhnya Allah mencintai orang-orang yang Berlaku adil. 

Kalau datangnya dari luar, maka Islam memberi garis-garis sebagaimana dalam QS Al Baqarah : 190 yang maknanya : Dan perangilah di jalan Allah orang-orang yang memerangi kamu, (tetapi) janganlah kamu melampaui batas, karena Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang melampaui batas.

Mudah-mudahan kita yang menjadikan Islam ini sebagai jalan hidup, mendapat hidayah dari Allah SWT, mudah-mudahan kita dapat terus dibimbingNya. 

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

Amar Makruf Nahi Mungkar



KH Bashori Alwi Murtadlo
Amar ma’ruf dan nahi mungkar adalah sebuah amalan yang tidak hanya berpengaruh kepada lingkungan di sekitarnya. Amar ma’ruf nahi mungkar jika ditegakkan, maka pelakunya mendapatkan pahala yang besar dari Allah. Begitu juga orang-orang yang berada di lingkunganbsekitarnya akan ikut mendapat manfaatnya dunia akhirat. Sebaliknya jika amar ma’ruf dan nahi mungkar tidak ditegakkan, maka pengaruhnya akan mengenai pelaku kemungkaran itu sendiri dan juga orang-orang yang di sekitarnya. Rasulullah SAW bersabda : Sesungguhnya Allah tidak menyiksa orang-orang khusus karena dosa-dosanya orang-orang umum, sehingga terlihat kemungkaran di tengah-tengah mereka, sedang mereka mampu mengingkarinya, namun mereka tidak mengingkarinya. Wahai manusia sungguh Allah berfirman : Demi sungguh kalian mau beramar makruf dan sungguh kalian mau bernahi mungkar sebelum kamu berdoa lantas tidak dikabulkan.

Menyimak Hadist tersebut, kita teringat apa yang dikerjakan oleh orang-orang tua kita dahulu. Di mana jika mereka menemui kemungkaran di sekitar mereka seperti orang yang berzina, peminum khomr, berjudi dsb. Maka pezina, peminum khomr, penjudi, itu mereka usir dari desa mereka dengan alasan merekalah pembawa sial, yang bisa menyebabkan desa mereka selalu ditimpa bencana. Dan ternyata, apa yang mereka lakukan itu benar-benar berlandaskan hadis Nabi dan Atsar para shahabat tersebut.

Oleh sebab itu, sangat penting bagi kita untuk menegakkan amat makruf dan nahi mungkar baik secara individu maupun secara kolektif untuk mengawasi dan melaporkan kepada fihak yang berwajib ketika mendapati kemungkaran-kemungkaran di sekitar kita. Namun jika fihak yang berwajib tidak sanggup untuk menindaklanjuti laporan tersebut, maka kelompok tersebut harus tetap berupaya untuk menghilangkan kemungkaran-kemungkaran tersebut dengan cara membantu aparat terkait, demi keselamatan kelompoknya itu dan masyarakat sekitanya dari kesialan yang akan menimpa mereka.

Suatu hal yang harus diperhatikan dalam amar makruf nahi mungkar, yakni pelakunya harus tahu batasan arti ma’ruf dan batasan mungkar. Tentu harus mengacu pada syariat Islam, bukan berdasarkan adat istiadat daerah tertentu dan juga bukan berdasarkan pendapat masing-masing individu yang tidak jelas menurut agama, apalagi kalau dipengaruhi oleh hawa nafsu. Maka ketika kebenaran mengikuti hawa nafsu, hancurlah tatanan kehidupan manusia di dunia ini. ( lihat Q.S Al Mukminun : 71)

Selain itu, dalam menegakkan amar dan makruf nahi mungkar kita juga harus waspada terhadap kata, “toleransi” dan “rahmatan lil ‘aalamiin”, yang sering disalahgunakan oleh sebagian orang yang tidak mengerti agama. Tujuannya untuk membungkam penegak amar makruf dan nahi mungkar ini. Memang dalam amar makruf dan nahi mungkar kita harus punya prinsip toleransi yang benar dalam menghadapi perbedaan pendapat atau madzhab yang punya landasan syar’i bukan untuk sebuah penyimpangan. Intinya, dalam menegakkan amar makruf dan nahi mungkar kita harus mengacu kepada Al-Qur’an, Hadis, Ijma’ ulama’ dan buah hasil ijtihad para Mujtahidin yang mu’tabar dan mu’tamad.

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

Politik, Antara Norma Dan Realita

KH Ali Maschan Moesa 

Makna dasar politik adalah segala daya upaya orang untuk mewujudkan masyarakat yang baik. Namun saat ini para ahli membatasi makna politik dengan wujud upaya mencari kekuasaan dalam berbangsa dan bernegara (exercise of power). Oleh sebab itu, jika politik dimaknai mencari kekuasaan, maka terjadilah kondisi di mana tidak ada lawan dan kawan yang abadi. Yang abadi ya kepentingan dan kekuasaan itu sendiri. Untuk itu, yang melekat pada politik adalah terjadinya konflik. Sebabnya jumlah kekuasaan sedikit, sementara yang menginginkan banyak. Sehingga sering berbeda pendapat yang ujung-ujungnya berpangkal pada berbeda pendapatan. Sehingga konflik dalam politik tidak bisa dihindari, kecuali kalau bisa mengatur, dengan menyatukan pandangan bahwa perbedaan itu bisa dijadikan sebuah kekuatan bersama untuk membangun suatu bangsa. Sebagaimana perbedaan anggota tubuh manusia yang berfungsi sendiri-sendiri, namun bisa menciptakan suatu konfigurasi. Kalau berbicara konsep Islam, memang tidak hanya berbicara pada urusan dunia semata, tetapi segala urusan harus dikaitkan dengan masalah Akhirat. ( An Nisa’ : 59). Ulil amri ada yang menafsirkan hukumah (pemerintah). Ada juga yang menafsirkan gabungan antara eksekutif, legislative dan yudikatif (pemerintahan, DPR dan pengadilan). Jadi dalam hal ini kalau kita merujuk ayat di atas bahwa secara eksplisit Al-Qur’an juga bicara politik. Bagaimana sebuah pemerintahan, bagaimana menyelesaikan sebuah permasalahan, di mana Al-Qur’an memberi solusi setiap menghadapi permasalahan adalah dengan bermusyawarah. Banyak juga hadis yang menerangkan tentang kepemimpinan dlsb. 

Ketika Rasulullah SAW hijrah ke Madinah, beliau sadar bahwa di kota ini, masyarakatnya majemuk, ada Yahudi, Nasrani, Majusi, dan sekitar 70% orang Madinah masih menyembah berhala. Juga terdiri bermacam-macam suku. Apa yang dilakukan Rasulullah SAW menghadapi kemajemukan itu? Beliau mengundang seluruh elemen masyarakat yang terdiri dari kepala suku dan tokoh agama untuk mengadakan perjanjian. Inilah yang dikenal dengan Perjanjian Madinah yang terdiri dari 47 pasal. Dalam perjanjian itu sebelum masuk pasal perpasal, di atasnya ditulis bismillahirrahmaanirahim dilanjutkan muqaddimah. Yang berbunyi : “Ini adalah perjanjian antara Muhammad SAW yang mewakili umat Islam, baik umat Islam Quraisy, maupun Madinah, bersama mereka yang bertemu hari ini, mengikuti perjanjian ini dan menandatangani, menyepakati, bahwa semuanya adalah satu bangsa”. Ini artinya, bahwa Rasulullah SAW memberi contoh kepada kita bahwa: Pertama, sebuah bangsa butuh wadah yang namanya Negara, dan apa yang dilakukan Rasulallah SAW adalah contoh bagaimana umat Islam berpolitik. Kedua, bahwa orang berbangsa menyatakan satu bangsa, walaupun tidak satu agama, tidak satu suku, dan tidak satu bahasa. Dari sinilah para ulama dan pakar politik menyatakan, bahwa Indonesia yang berdasarkan pancasila dan UUD 45 ini, diyakini sama dengan model yang dibangun oleh Rasulullah SAW di Madinah, maka mereka berani menyatakan bahwa bentuknya sudah final. Adapun isinya, dibangun bersama baik dari segi hukum, politik, hak-hak warga negara yang belum mendapat haknya dengan baik dlsb. 

Dari perjanjian Madinah yang 47 pasal itu dapat kita simpulkan menjadi tiga. Pertama, bahwa sesama umat Islam itu saudara. Baik itu yang dari Muhajirin Makkah maupun Anshor Madinah. Yang dirumuskan dalam bentuk ukhuwah Islamiyah. Kedua, Walaupun lain agama dan suku, karena di tempat yang sama, tanah airnya sama, maka semuanya harus cinta Negara. Dalam pasal perjanjian Madinah disebutkan bahwa siapapun yang di Madinah apapun agama dan keyakinannya, dia harus bersama-sama melawan siapapun yang menyerang Madinah. Ketiga, mengatur masyarakat butuh wadah yang namanya negara, dan dalam pengelolaannya harus menggunakan akhlaqul karimah. Nilai- nilai moral harus diikuti. Makanya di dalam pasal tersebut juga dijelaskan bahwa siapa yang menyerang orang-orang non muslim, maka sama dengan menyerang saya (Rasulullah SAW), selama dia tidak menyerang dulu. Artinya bahwa Rasulullah SAW memberi suatu taushiyah tentang akhlak seorang muslim terhadap orang di luar muslim. 

Dengan demikian hubungan politik dengan agama itu jelas, bahwa politik itu merupakan instrument atau alat untuk mencapai suatu tujuan bernegara yang baik, yang pada hakekatnya mencari ridha Allah (lillah). Sama halnya dengan pendidikan, ekonomi, budaya dlsb. Dalam setiap shalat kita diingatkan bahwa inna shalaatii wanusukii, wamahyaaya wa mamaatii lillahi robbil aalamiin. (shalatku, ibadahku, hidupku dan matiku hanyalah karena Allah ta’aala) maka, kalau terjadi pembalikan, yakni alat dijadikan tujuan dan tujuan dijadikan alat, ini akan menjadi problem. 

Kita melihat fenomena sekarang bahwa kapitalisme yang dipegang negara-negara barat Amerika, Eropa tinggal menunggu kehancuran. Masing-masing negara Eropa sekarang sudah banyak hutang. Kapitalisme itu hanya hidup mulai perang dunia sampai sekarang saja. Dan sekarang yang ekonominya maju justeru yang tidak ikut kapitalis, yang sekarang sedang menyusun dunia baru, yang mereka menyebut dirinya BRICH (Brazilia, Rusia, India, China dan South of Africa). Ekonomi masing-masing negara ini maju dan tidak mengikuti kapitalisme. Memang jika suatu negara mengikuti kapitalisme, dan mulai bermewah-mewah, maka pertanda sudah mulai hancur. Jadi kalau ingin melihat kehancuran negara-negara Amerika dan Eropa yang menganut kapitalisme sebenarnya sama dengan kerajaan dahulu yang hancur yang pada umumnya mereka menempatkan ekonomi, politik menjadi tujuan. Ibnu Khaldun mengatakan kalau setiap orang jika kemewahan yang menjadi tujuan utamanya hancurlah bangsa itu. (yaitu) penduduk Iram yang mempunyai Bangunan-bangunan yang tinggi, 8. yang belum pernah dibangun (suatu kota) seperti itu, di negeri-negeri lain, ( QS. AlFajr : 7-8 ). 

Kota Iram di Syiria itu adalah kota yang maju luar biasa, bangunannya tinggi. Ahli tafsir menyebutkan bangunan yang tinggi di kota Iram itu adalah kira-kira 360 dhira’. Satu dhira’nya orang Indonesia 90 cm, kalau dhira’nya orang Arab bisa satu meter lebih. Apalagi orang-orang dulu, tentu lebih panjang. Nabi Ibrahim maqam (tempat pijakan)nya +9 meter dari Ka’bah. Artinya tangan Nabi Ibrahim kira-kira 9 meter, sehingga tinggi Nabi Ibrahim dua kali lipat lebih. Maka dari itu, ayat di atas menyebutkan lam yukhlaq mitsluhaa fil bilaad (yang belum pernah dibangun (suatu kota) seperti itu, di negeri-negeri lain). Tetapi, setelah hebat seperti itu lanjutan yang berbuat sewenang-wenang dalam negeri,12. lalu mereka berbuat banyak kerusakan dalam negeri itu. (Al Fajr : 11-12) 

Ketika mulai makmur, mulai mewah mereka lalu membuat kerusakan dan lupa kepada Allah. Yang mestinya agama Allah menjadi tujuan, dan ekonomi, politik dll ini menjadi alat instrument, mereka balik. Maka yang terjadi adalah kerusakan di mana-mana, sehingga Allah menurunkan adzab. Karena itu Tuhanmu menimpakan kepada mereka cemeti azab. (al Fajr : 13) Mudah-mudahan negara kita bisa menjadi baldatun thoyyibatun wa robbun ghofuur. Amien, 


  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

Rahasia Keberkahan Ramadhan

Drs. H M Ihsan Yusuf, SH, M.Hum

Berdasarkan Al-Qur’an dan Al Hadits, para ulama berbeda hitungan dalam menghitung jumlah “Rahasia Keberkahan Puasa Ramadhan”. Di antaranya ada yang berpendapat sepuluh, lima belas macam. Dan menurut DR Yusuf Qardlowi ada 5 (lima) macam secara garis besar. Dua di antara rahasia keberkahan puasa Ramadhan tersebut adalah Diampuni dosa-dosa terdahulu dan menyehatkan badan/jasmani. 

1. Diampuni dosa-dosa terdahulu . Berdasarkan hadits Rasulullah SAW, yang diriwayatkan Ahmad dan Ash haabus sunan dari Abu Hurairoh r.a. Rasulullah SAW bersabda : Man shooma romadhoona iimaanan wah tisaaban ghufirollohu ma taqaddama min dhambihi. ( Barang siapa yang puasa Ramadhan dengan penuh keimanan dan perhitungan (sungguh-sungguh), maka diampuni dosa-dosanya yang terdahulu). 

Adakah orang yang berani mengatakan bahwa dirinya tidak pernah berbuat dosa? Atau tidak pernah melanggar larangan Allah dan tidak pernah meniggalkan perintahNya? Seberapa besar dosa-dosa yang terampuni setelah melaksanakan puasa Ramadhan ? dan seberapa pula sisanya? Dengan puasa Ramadhan mungkinkan dosa-dosa yang segudang telah terampuni semua atau sebaliknya? Semua pertanyaan itu tidak akan bisa dijawab oleh manusia, hanya Allah SWT yang mengetahui dan ini menjadi “Rahasia Allah”, sebagaimana firmanNya dalam hadist qudsi : Ashoumu lii wa ana ajza bihi (Puasa itu urusanKu dan Aku akan menilainya (memberi pahala). 

Mungkinkah ada dosa terdahulu yang tidak terampuni? Tentu dapat terjadi sebagaimana sabda Rasulullah SAW dalam hadits yang diriwayatkan oleh Ibnu Majah dan Al Hakim dari Abu Hurairah RA. Rasulullah SAW bersabda : Kam min shooimin laisa lahu min shiyaamihi illal juu’I wal ‘athosi. (Betapa banyak orang yang berpuasa, tetapi tidak memperoleh apapun kecuali mendapat rasa lapar dan dahaga). 

Kerahasiaan berkah puasa Ramadhan ini mengandung maksud agar bersungguh-sungguh dalam menjalankan puasa. Karena dengan bersungguh-sungguh ampunan Allah SWT akan diperoleh. Dosa akan mengotori batin seseorang, semakin banyak dosa yang dikumpulkan semakin tebal pula kotoran yang melekat di dalam batin seseorang, Puasa Ramadhan adalah pembersihnya. Ibarat “cermin berdebu” semakin tebal debu menempel, semakin gelap pula cermin dibuatnya. Akan tetapi, apalagi debu-debu itu dibersihkan, maka akan menjadi bersih, bening dan berkilau kembali, sehingga bayang-bayangnya akan menjadi tampak jelas terlihat. Begitu pula batin kita, ia akan menjadi bersih apabila kotoran yang berupa dosa-dosa telah diampuni, terpancar pada wajah dan sikap tingkah laku seseorang. 

2. Menyehatkan Badan /jasmani Nabi Muhammad SAW pernah bersabda yang maknanya : Sumber dari segala penyakit adalah berasal dari perut. Perut adalah gudang penyakit dan puasa itu obatnya. HR Muslim Bagi mukmin keberadaan hadits Rasul tersebut tentu akan diterimanya dengan penuh keimanan, tetapi bagi kaum selain muslim tidak demikian, setelah ada bukti berulah mereka akan percaya. DR Henri B Bayler seseorang dokter dari AS membuat 4 (empat) kesimpulan dari pengalaman beliau selama 55 tahun praktek kedokteran. Salah satu dari kesimpulannya adalah : bahwa penyebab segala penyakit bukanlah bakteri, melainkan/toksin yang berawal dari keracunan makanan. Toksin menyebabkan rusaknya sel “tissu” sehingga terjangkit bakteri, kemudian sakitlah seseorang. 

Sir Arbuth Not lane, MD. London, seorang dokter ahli bedah, dia menyatakan “Saya telah membawa banyak kasus pembedahan dapat dihindari dengan cara”. Mencuci Usus” karena 90% dari penyakit menusia di masa kini disebabkan oleh usus yang kotor/penuh dengan racun dan tidak berfungsi dengan normal. 

Berdasarkan kepada penemuan-penemuan para ahli tersebut tidak diragukan, bahwa puasa Ramadhan adalah paling efektif untuk membersihkan perut dari racun-racun yang bersarang di dalam tubuh kita yang telah masuk melalui makanan dan minuman yan kita konsumsi 11 (sebelas) bulan lamanya. 

Prof. DR Nicolev Wanzlop, mengatakan bahwa apabila orang telah perpuasa 3 minggu berturut-turut niscaya hampir seluruh racun-racun dalam tubuh habis keluar bersamaan dengan kotoran dan keringat. 

Untuk itu, dalam Ramadhan ini kita bertekad akan menyelami rahasia kehidupan, dari mana, di mana dan hendak kemana kita ? Sehingga kita akan menghayati bahwa dunia ini adalah tempat berusaha untuk mematuhi perintah Allah dan akhirat adalah untuk menerima balasan dariNya. Pada bulan Ramadhan ini, kita akan berusaha untuk mendapatkan rahmat dan ampunan Allah, karena sesungguhnya kecelakaanlah bagi orang-orang yang tidak mendapatkan rahmat Allah pada bulan yang penuh dengan rahmat ini. Dan akan merugilah orang yang tidak memanfaatkan peluang yang besar ini. 

“Demi Tuhan yang jiwaku berada genggaman-Nya, sesungguhnya bau busuk mulut orang yang berpuasa lebih wangi di sisi Allah SWT dari pada wangi kasturi. Dan bagi orang yang berpuasa tersedia 2 kegembiraan, yaitu gembira ketika berbuka puasa dan gembira ketika kelak menerima pahala puasanya di akhirat” (HR Syaikhoni, Nasa’I, Ibnu Majjah dan Ibnu Hibban). 

"Ya Allah, jadikanlah semua amal kami sebagai amal yang sholeh. Jadikanlah ia semata-mata hanya karena-Mu. Dan jangan jadikan ia sedikitpun karena seseorang." (Doa Umar bin Khatthab) 


  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

Rasulullah Tauladan Sepanjang Zaman

Prof. Dr. H. Syafiq. A. Mughni , MA

Allah adalah Dzat yang Maha rahman dan rahim, yang senantiasa memberi karunia nikmat kepada kita. Tetapi Allah SWT juga tidak saja memberi nikmat dan karunia kepada kita, melainkan diikuti dengan cobaan dan ujian yang mengharuskan kita bersabar atas segala ujian dan cobaan tersebut. Al imaanu nisfaani, nisfuhuu syukrun, wa nisfuhu shobrun (iman itu dua bagian yang pertama syukur dan yang kedua sabar) dua kata kunci itu harus menjadi sikap batin kita dalam mengahdapi seluruh tantangan kehidupan. Sebab kalau kita kehilangan rasa syukur, berarti kita tidak menghargai, tidak merasakan nikmat Allah yang besar dan bermakna bagi kita. Kalau kita kehilangan rasa sabar, maka kita akan kehilangan orientasi; orang yang mudah putus asa, dan menempuh jalan pintas, tidak lagi beristiqomah atas kebenaran yang diajarkan oleh Allah SWT dan RasulNya. Oleh karena itu kita bentengi batin kita dengan iman yang kokoh dengan dua pilar itu, bersukur dan bersabar, selanjutnya kita berjuang dengan sekuat tenaga untuk meningkatkan kualitas hidup kita, dengan memperbanyak ibadah, bemunajat, berdzikir merenungkan kejadian-kejadian di alam semesta ini. Karena dengan itulah kita akan menjadi orang yang dekat kepada Allah SWT. 

Kita tingkatkan kualitas hidup kita dengan beramal sebanyak-banyaknya dan sebaik-baiknya, tidak hanya banyak secara kuantitatif, tetapi juga bermakna secara kuantitas. Karena dengan cara itulah kita akan dicintai oleh Allah. Nabi kita Muhammad SAW bersabda : khoirunnaas anfa`uhum linnaas 

Salah satu nikmat yang kita terima dari Allah SWT adalah dengan diutusnya Rasulullah Muhammad SAW yang membawa kebenaran, yang akan mengeluarkan manusia dari alam kegelapan menuju alam terang benderang. Kita mencontoh Rasulullah SAW adalah hasil dari seluruh perenungan kita, termasuk mengambil hikmah dari peristiwa kelahiran Rasulullah, dan membawa risalah yang sangat bermakna dalam kehidupan kita. Dalam suasana memperingati kelahiran Rasulullah SAW, yang disebut dengan milad/maulid, kita melihat umat Islam melaksanakan berbagai upacara, ada yang merayakannya dengan festival, sangat ramai, bahkan di alun-alun dengan mengundang masa yang sangat banyak, tetapi belum tentu semua orang yang terlibat disana bertujuan mengambil ibrah (pelajaran) dari kelahiran Rasulullah SAW. Bahkan kebanyakan mereka hanyalah untuk meraih keuntungan-keuntugan ekonomis, ingin mendapatkan keuntungan dari dagangannya dan sebagian lagi mungkin anak-anak muda, hanya sekedar berhura-hura. Dan seseorang akan diberikan balasan Allah SWT ketika melakukan perbuatan sesuai dengan niatnya. 

Karena itulah yang sangat penting dari peringatan maulid nabi Muhammad SAW adalah mengambil ibrah dari diutusnya Rasulullah SAW ke dunia ini. Dalam Al-Quran Allah SWT berfirman yang maknanya: Dia-lah yang mengutus kepada kaum yang buta huruf seorang Rasul di antara mereka, yang membacakan ayat-ayat-Nya kepada mereka, menyucikan mereka dan mengajarkan kepada mereka Kitab dan Hikmah (As Sunah). Dan sesungguhnya mereka sebelumnya benar-benar dalam kesesatan yang nyata ( al –Jumu`ah :2). Masyarakat yang ummy (buta huruf) bukan saja buta huruf dari membaca dan menulis, tetapi juga masyarakat yang buta terhadap kebenaran, masyarakat yang tidak bisa membedakan mana yang benar dan mana yang salah, antara yang haq dan yang bathil, masyarakat yang tidak bisa membedakan mana keadilan dan mana kezhaliman, mana hal-hal yang membawa manfaat dan mana yang membawa madharat, semua bercampur karena tidak mempunyai pedoman yang autentik untuk membedakan itu semua. 

Apalagi masyarakat ketika Nabi diutus, dikenal sebagai masyarakat jahliyah, masyarakat yang tidak memiliki kitab suci yang autentik, walaupun ada kita zabur, Taurat dan Injil. Tetapi sulit untuk dinyatakan yang original diwahyukan dari Allah SWT, dan mana yang sudah diubah dan dicampuri oleh tangan manusia. Manusia yang hidup dalam zaman kebodohan, bukan dalam arti intelektual, ilmu pengetahuan dan teknologi saja, tetapi yang lebih penting dari itu masyarakat yang bodoh dalam arti moral. Mereka menjadi orang yang berakhlak madzmumah (tercela) belum terhiasi dengan akhlakul karimah (mulia). Karena itu diutusnya Rasulullah SAW adalah untuk menyempurnakan akhlak manusia. Situasi seperti itulah Rasulullah diutus dengan risalah al kubro (misi yang besar) untuk mengeluarkan manusia dari alam kegelapan menuju alam yang terang- benderang. 

Dari ayat diatas misi Rasulullah dijabarkan: pertama yatluu `alaihim ayaatihi (memabacakan ayat-ayat Allah) tanda-tanda kekuasaan Allah di alam semesta ini. Kita telah menyaksikan betapa luar biasa ciptaan Allah di alam semesta ini. Maka tidak ada pilihan lain kecuali kita harus merenungkan itu semua sebagai tanda keagungan dan kekuasaan Allah dan kita tidak mungkin bisa memahaminya kalau kita tidak menguasai ilmu pengetahuan. Oleh karena itulah misi besar Rasulullah SAW, sesuangguhnya adalah sekaligus mendorong kita semua untuk menguasai sunnatullah, hukum-hukum alam ini supaya kita lebih mendalam menguasai ilmu pengetahuan, kemudian kita bisa merasakan keagungan dan kebesaran Allah SWT. 

Kedua adalah wa yuzakkiihim, membersihkan masyarakat itu; masyarakat yang penuh dengan penyakit-penyakit sosial dan moral. Perbudakan yang penuh dengan kezhaliman, sistem perbudakan yang menjadikan manusia dieksploitasi oleh sebagian yang lain. Sistem riba yang menzhalimi orang-orang lemah dan menguntungkan masyarakat yang kuat ekonominya. Masyarakat yang menganut hukum rimba siapa yang kuat itulah yang akan menggilas orang yang lemah. Di masyarakat seperti itulah Rasulullah diutus. Dan mau tidak mau, kalau kita mengikuti sunnah Rasul, menjadikan beliau sebagai uswah hasanah, maka menjadi tugas kita untuk membangun masyarakat yang bermoral dan beradab. Masyarakat yang bersih, masyarakat yang bebas korupsi, manupulasi, kezhaliman, kebodohan dan ketidak-adilan. Karena itulah semangat maulid ini harus menggerakkan jiwa kita untuk berjuang membangun masyarakat yang bersih, adil dan makmur yang diridhoi oleh Allah SWT. 

etiga adalah wa yu`allimuhumul kitaab, mengajarkan kitab suci Al-Quran. Al-Quran adalah wahyu yang diturunkan Allah SWT kepada Rasulullah SAW untuk kita semua. Maka kalau kita ingin benar-benar meniru dan melanjutkan risalah Raulullah, maka kita harus menjadi orang-orang yang semakin akrab dengan Al-Quran. Bagi kita yang belum bisa membaca Al–Quran, maka lakukanlah apa yang bisa, walaupun kita belum mampu membaca dengan baik, dengan hukum-hukum tajwid, itu semua tidak menghalangi kita untuk melakukan shalat. Yang penting kita tidak berhenti dalam belajar membaca Al-Quran. Mungkin kita sudah bisa membaca, tetapi belum bisa menerjemahkannya, karena berbahasa Arab, maka kita bisa menggunakan terjemah Al-Quran yang ada. Tetapi jangan berhenti dengan membaca dari terjemahan, tetapi bagaimana kita bisa memahami langsung dai bahasa Arab itu. Kalau itu juga belum mampu, yang penting kita punya niat untuk meningkatkan pengetahuan kita tentang Al-Quran Al-Karim. Tetapi sesunggunya yang jauh lebih penting dari itu adalah bagaimana kita melaksanakan seluruh pedoman Al-Quran agar kita menjadi orang yang bahagia di dunia dan akhirat. 

Keempat adalah alhikmah, yaitu riasalah yang dibawa oleh Rasulullah SAW berupa hikmah (wisdom) kearifan, karena kita sebagai muslim, diharuskan berjuang untuk menegakkan kalimah Allah; li i`laahikalimaatillah, dalam rangka menegakkan ridho Allah. tetapi dalam memperjuangkan ajaran Islam tidaklah cukup hanya berkeyakinan kebenaran Al-Quran, tidak cukup dengan hanya kita yakin bahwa yang kita perjuangkan adalah sebuah kebenaran, sekalipun itu adalah hal yang penting. Tetapi harus ada hikmah/kebijaksanaan, maka itulah mungkin yang disebut taktik dan strategi perjuangan. Tanpa taktik dan strategi perjuangan maka apa yang kita lakukan akan menjadi kontra produktif, tidak akan menghasilkan sesuatu yang kita inginkan. Sahabat Ali ra mengatakan al haqqu bilaa nizhoomin, yaghlibuhul baathil binnizhoomin; kebenaran yang kita perjuangkan, tanpa taktik dan strategi yang bagus, maka akan dikalahkan oleh kebatilan yang diperjuangkan dengan taktik dan strategi yang baik. Rasulullah SAW memberikan contoh, bagaimana berjuang menegakkan masyarakat qur’any, beliau mencurahkan seluruh tenaga, fikiran, waktu, seluruhnya untuk membangun umat baldatun thoyyibatun wa raobbun ghofuur. Maka itulah yang harus menjadi contoh kita, beliau menggambarkan pribadi yang seimbang, antara kebutuhan rohani dan jasmani, seimbang antara akal dan emosi, seimbang antara kasih sayang dan ketegasan, kegigihan dalam berjuang beliau adalah contoh dan teladan sepanjang masa. Kehidupan Rasulullah SAW yang membawa risalah yang besar (arrisalatul kubro), haruslah menjadi semangat kita semua yang hidup pada zaman ini kalau kita ingin meneladani kehidupannya. 

Apa yang menggambarkan beliau sekarang ini sesungguhnya sangat tersedia dengan baik. Pertama riwayat Rasulullah SAW bisa diketahui melalui sirah nabawiyah, sejarah perjalanan Rasul yang telah ditulis sejak abad-abad pertama perkembangan Islam. Dijelaskan dari waktu-ke waktu, tahun ke tahun, proses perjuangan beliau dalam menegakkan agama Allah. Itu semua sudah tercantum dalam sirah nabawiyyah yang banyak ditulis oleh sejarawah dan bahkan sekarang ini menjadi bahan studi, yang sangat menarik bagi umat manusia. Tetapi tidak hanya tercantum dalam sirrah an-nabawiyyah, dalam al hadits an-nabawiyyah, yang telah diteliti, yang telah dikritik untuk memisahkan mana yang original, dan mana yang palsu, dan sekarang ini sudah ditulis secara sistimatik dan tematik dari bab satu ke bab yang lain dan itu menggambarkan aspek dari seluruh kehidupan Rasulullah yang menjadi pedoman kehidupan kita sebagai umatnya. Mudah-mudahan kita punya keasempatan yang luas untuk mempelajari itu semua, mempelajari sirah nabawiyyah dan al-hadits an-nabawiyyah, sehingga kita benar-benar meneladani Rasulullah SAW sehingga kita akan memperoleh janji yang diberikan Allah, bahwa barang siapa yang mencintai Rasul, dan meneladani akan menjadi orang yang berbahagia fiddunya wal akhirah. Amin ! 


  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

Sufi Dan Sufisme Di Era Global

Prof DR H Burhan Jamaluddin, MA

Sufi dan sufisme, kadang disebut dengan tasawuf, atau thoriqah. Dalam disiplin ilmu disebutkan bahwa tasawuf atau sufisme tujuannya adalah memperoleh hubungan langsung dan disadari dengan Allah SWT. Sehingga disadari benar, bahwa seseorang berada di hadirat Allah SWT. Intisarinya adalah bahwa sufisme kesadaran akan adanya komunikasi, dialog antara roh manusia dengan Allah SWT, dengan cara berkontemplasi, mengasingkan diri dari kehidupan dunia. Yang bisa saja kehidupan dunia itu, menghalangi mereka untuk dekat dengan Allah SWT. Kedekatan dengan Allah itu dapat terwujud dalam berbagai bentuk. Di antaranya dalam ilmu tasawwuf dikenal dengan kata mahabbah, ittihad, huluul, wahdatul wujud, dlsb. Itu adalah hasil akhir dari sebuah perjalanan kaum sufi ketika ingin dekat dan merasa dekat dengan Allah SWT.

Menurut sejarah, bahwa orang yang pertama kali memakai kata sufi, yang sebelumnya memang belum ada, yaitu Abu Hasyim al Kufi dari Iraq, wafat tahun 150 H. Ketika itulah dikenal tasawwuf atau sufisme. Namun para pakar ilmu tasawuf berbeda pendapat dari mana asal usul kata tasawuf ituma. Atau dari mana asal usulnya sufi. Pertama, mengatakan bahwa sufi itu berasalal dari ahlus sufah, yaitu sekelompok orang yang berhijrah dari Makkah ke Madinah bersama Rasulullah SAW. Sesampai di Madinah, alhlus sufah ini rajin beribadah tidak pernah pulang dari masjid Nabawi, mereka tidur di batu-batu dan beralaskan pelana kuda. Dari sinilah menurut pendapat ini , munculnya sebutan sufi. Kedua, mengatakan bahwa sufi adalah berasal dari kata shaafiyun (bersih, jernih, ikhlas). Artinya seorang sufi adalah orang yang berhati jernih, jernih, ikhlas dalam beribadah kepada Allah SWT. Ketiga, sufi berasal dari kata shuuf (kain wol). Tetapi kain wol yang dipakai kaum sufi adalah kain wol kasar, tidak seperti kain wol halus yang berasal dari sutra yang biasa dipakai para penguasa di zaman itu (Bani Umayah). Mereka memakai pakaian wol kasar seperti itu sebagai bentuk protes mereka, atas kehidupan mewah dan berfoya-foyanya penguasa Islam di zaman itu. Walaupun kita tidak bisa memastikan, asal-usul kata sufi itu, lepas dari mana yang benar dari ketiga pendapat tersebut, yang jelas bahwa tasawwuf adalah orang mementingkan pendekatan diri kepada Allah SWT, berusaha semaksimal mungkin bagaimana dekat dengan Allah SWT. Bisa berdialog, bsia bercengkerama dengan Allah SWT. Ruh mereka suci, karena sudah dibersihkan dari pengaruh hawa nafsunya yang mempengaruhi roh itu, ketika masuk dalam tubuh jasmaninya. 

Tentang sufisme (ajaran, faham, kehidupan) yang dianut para sufi itu juga diperselisihkan oleh para pakar. Apakah yang dianut mereka benar-benar dari Islam, atau dari luar Islam. Pertama, bahwa aliran sufisme, adalah berasal dari pengaruh Kristen, dengan faham, menjauhi dunia dan hidup mengasingkan diri dalam Biara-Biara. Dalam literatur Arab disebutkan memang terdapat rahib-rahib pemimpin agama Kristen pada saat itu. Karena kalau mereka hidup di kota, tidak bisa dekat dengan tuhannya, maka mereka mengasingkan diri di padang pasir Arabia. Kedua, pengaruh mistik phitagoras. Bahwa ruh manusia bersifat kekal dan berada di dunia sebagai orang asing. Dalam ajaran Islam, ruh memang kekal dan suci. Masuk dalam gerbong tubuh jasmani ini, dan dianggap sebagai orang asing. Dan untuk bisa kembali suci lagi, harus dibersihkan dari pengaruh-pengaruh hawa nafsu jahat yang terdapat dalam jasmani itu. Untuk itu, pengaruh keduaniaan harus ditinggalkan untuk menjadi seorang sufi. Ketiga, aliran sufi berasal dari pengaruh filsafat Hemasiplotinus. Yang mengatakan bahwa ruh berasal dari Tuhan dan akan kembali kepada Tuhan. Dengan masuknya ruh ke dalam alam materi, maka ruh menjadi kotor, dan untuk kembali ke asalnya, ruh harus dibersihkan terlebih dahulu. Proses pembersihan itulah, maka aliran ini ada. 

Terlepas dari beberapa asal usul aliran yang berbeda-beda tersebut, yang jelas banyak ayat-ayat Al-Qur’an yang mengajarkan bagaimana manusia sebagai hamba bisa mendekatkan diri kepada Allah SWT, dengan cara beribadah, berdzikir dan mengamalkan ajaran-ajaran Islam lainnya. (Misalnya QS. Al Baqarah : 186) 

Dalam ayat ini menjelaskan bahwa Allah dekat dengan manusia, mengabulkan permintaan manusia, jika mereka minta kepadaNya. Kata “da’aa” yang biasa kita terjemahkan do’a, kaum shufi memaknainya dengan “berseru, memanggil” agar dekat dengan Allah SWT, menurut ruhani mereka merasakan itu, lalu memanggil Allah SWT, karena begitu dekatnya. Dan sudah tidak perlu do’a lagi, karena menurut mereka doa berarti masih jauh antara manusia dengan Allah SWT. Kaum sufi tidak merasa Allah jauh darinya, bahkan sangat dekat sekali dengan mereka. 

Bagaimanapun jalan yang ditempuh oleh kaum sufi cukup panjang dan berbelit. Bahkan para pakar ilmu tasawuf mengatakan, bahwa jalan yang ditempuh kaum sufi untuk bisa dekat dengan Allah SWT itu panjang dan bermacam-macam. Ada yang mengatakan mulai dari taubat terlebih dahulu, kemudian berzuhud, sabar, merendahkan hati, tawakkal, cinta dan ma’rifat. Tahapan-tahapan itu harus dilalui oleh seorang hamba yang ingin dekat dengan Allah SWT. 

Tahap taubat. Taubat menurut kaum sufi adalah bukan karena mereka merasa melanggar aturan Allah, tetapi lebih dari itu, jika dia lupa ingat kepada Allah sesaat saja fikiran dan jiwanya, sudah mereka anggap dosa, sehingga dia berusaha berdzikir lagi dan ingat lagi kepada Allah SWT. Tahap Zuhud. Zuhud adalah salah satu jalan untuk mendekatkan diri kepada Allah, dengan cara meninggalkan dunia dan hidup yang serba manteri di dunia ini. Sebelum menjadi sufi seorang harus melakukan zuhud terlebih dahulu. Oleh karena itu, tidak otomatis seorang zahid menjadi seorang sufi, namun justeru seorang sufi otomatis sudah melampaui kehidupan zuhud. Aliran zuhud ini banyak terdapat di Kuffah, Iraq. Para zahid yang pertama kali, tentu seperti asal usul kaum sufi yakni memakai kain wol yang kasar, sebagai protes terhadap kehidupan mewah, dan berfoya-foya yang dilakukan penguasa waktu itu. 

Tahap Mahabbah. Penganut jalan mahabbah ini yang terkenal adalah Rabi’ah Al Adawiyah. Seorang sufi perempuan terkenal. Dia menempuh jalan cinta, untuk dekat dengan Allah SWT. Dia tidak mempunyai kekasih yang lain dari manusia, selain Allah SWT. Dalam sebuah syair dia mengatakan : ”Buah hatiku! hanya Engkaulah yang kukasih, beri ampunlah pembuat doa (aku) ini yang datang ke hadiratMu, Engkaulah harapanku, kebahagiaanku dan kesenanganku, hatiku telah enggan mencintai selain Engkau”. Begitu indah ungkapan rasa cintanya kepada Allah sebagai salah satu jalan yang ditempuh untuk bisa dekat dengan Allah SWT. Oleh karena itulah Rabi’ah Al Adawiyah tidak mau kawin. Bahkan pernah dilamar oleh seseorang, dia menjawab : “Kekasihku adalah Allah SWT”. 

Jadi sufisme di era klasik adalah semacam uzlah (mengasingkan diri dari gemerlapnya dunia), karena menganggap bahwa dunia akan menghalangi mereka untuk dekat dengan Allah SWT. Bagaimana dengan sufisme di era global? Para pakar menganggap, bahwa tidak tepat kalau cara klasik itu diterapkan di era seperti sekarang ini. Sebab mereka beranggapan bahwa dunia tidak perlu dihindari atau dijauhi, tetapi bagaimana bisa mengelola dunia ini sehingga ada keseimbangan antara ukhrawi dan duniawi. Oleh karena itu, sufi di era global tidak harus mengasingkan diri, tetapi tetap berbaur dengan masyarakat dan tetap ber amar ma’ruf nahi munkar. wallahu a’alam. 


  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

Wibawa Umat

Prof DR H M Ali Aziz, M.Ag

Dalam Al-Qur’an surah Al Baqarah ayat 13, Allah berfirman tentang sinisme orang-orang kafir terhadap Islam. Yang maknanya : Apabila dikatakan kepada mereka: "Berimanlah kamu sebagaimana orang-orang lain telah beriman." mereka menjawab: "Akan berimankah Kami sebagaimana orang-orang yang bodoh itu telah beriman?" Ingatlah, Sesungguhnya merekalah orang-orang yang bodoh; tetapi mereka tidak tahu. 

Ada seorang raja yang terang-terangan anti Rasulullah namanya ‘Aadi bin Hatim. Ia menganggap, bahwa kehadiran Rasulullah di Madinah mengganggu kelanggengan kekuasaannya. Suatu saat, dia berkata kepada budaknya :”Siapkan beberapa onta, dan ikat di depan rumah saya. Kalau Muhammad datang, beritahukan saya”. Maka ketika sang budak memberitahu, bahwa nabi telah memasuki wilayahnya, segera seluruh keluarganya diangkut dengan onta menuju negeri Syam. Tetapi karena terburu-buru, adiknya yang perempuan tertinggal. Lalu perempuan ini menjadi tawanan umat Islam. Ia ditempatkan di rumah tawanan, dekat jalan lewatnya Rasulullah jika ke masjid. Sehingga setiap kali Rasulullah berangkat ke masjid, wanita itu merengek-rengek : “Wahai Nabi, orang tua saya sudah meninggal, dan kakakku menghilang, tolonglah aku, engkau akan ditolong Allah”. Rasulullah menjawah : “Kakakmu bukan menghilang, kakakmu lari dari Allah, lari dari RasulNya”. Hari ke dua wanita ini juga merengek-rengek lagi, dan Rasulullah menjawab dengan jawaban yang sama. Hari ketiga, walaupun sudah agak takut, namun memberanikan lagi. Kemudian Rasulullah menjawab :”Apa yang kamu inginkan?. “Tolong saya diantarkan ke kakak saya”. pintanya. “Baiklah, kamu sabar menunggu orang yang mengantarkan kamu, karena kamu itu perempuan, nanti kalau sudah ada, kamu akan diantarkan untuk bertemu dengan kakakmu”. Jawab Rasulullah. Rasulullah juga memberi satu onta, sejumlah pakaian, uang secukupnya, diantar sampai ke Syam, hingga bertemu dengan sang kakak. ‘Aadi bi Hatim, sang kakak, yang sangat memusuhi Rasulullah itu, terkejut, melihat adiknya yang tertinggal di Madinah, yang menurut pikirannya tidak mungkin bertemu kembali, diantarkan oleh pasukan Rasulullah, dan diberi beberapa fasilitas lainnya. Melihat perlakukan demikian, maka luluh hatinya. Dan berkata : “Saya harus segera bertemu dengan Nabi di Madinah”. 

Setelah sampai di rumah, Rasulullah SAW mengambil bantal yang empuk, untuk duduknya orang yang memusuhi Nabi ini. Sedangkan Rasulullah duduk tanpa bantal. Kemudian Rasulullah SAW berkata : “Aadi! ada tiga kemungkinan, mengapa kamu tidak masuk Islam. Pertama, karena kamu melihat, orang yang menjadi pengikut saya itu, orang miskin-miskin. Kedua, pengikut saya itu tidak banyak, dan tertindas. Ketiga, kamu melihat bahwa umat Islam tidak memegang tambuk kekuasaan secara penuh”. Hai, Aadi bin Hatim! Pertama, soal kemiskinan, kamu nanti akan melihat, umat Islam akan kaya raya. Kedua, soal jumlah umat Islam, nanti kamu akan melihat, orang-orang non muslim akan berbondong-bondong masuk Islam, tidak hanya itu, suatu saat nanti kamu akan menyaksikan, wanita-wanita naik onta sendirian dalam bepergian yang cukup jauh, artinya dia kaya dan aman. Ketiga, soal kekuasaan, tidak lama lagi beberapa kerajaan akan ada dalam genggaman umat Islam. Mendengar penjelasan demikian, lalu Aadi bin Hatim, masuk Islam. Dan kebetulah dia diberi umur yang panjang, sehingga yang diucapkan Rasulullah SAW semua terbukti dan disaksikan. 

Namun, sekarang kita menyaksikan, ada orang-orang yang kurus, hanya bertulang, tidak berdaging. Kita saksikan saudara-saudara kita di Eitophia, Somalia, Banglades dll, sangat miskin. Kita sudah sulit menyaksikan kesantunan dan keramahan seperti yang diteladankan Rasulullah SAW. Orang yang menyebut dirinya pejuang Islam, dengan enaknya memenggal kepala orang. 

Maka, dalam potret seperti ini, bisa saja sekarang orang-orang sinis dengan muslim dengan mengatakan : “Apakah saya akan masuk Islam mengikuti orang-orang (komunitas) anda yang miskin itu?. Apakah saya akan masuk Islam dengan anda yang radikal itu? Apakah saya akan mengikuti agama anda yang sama-sama muslim saja tega membunuh, apalagi kepada orang lain. 

Rasulullah SAW mengajarkan optimisme, maka apa yang dikatakan oleh Rasulullah SAW, sebentar lagi orang Islam akan kaya, sebentar lagi umat Islam akan jaya, sebentar lagi kekuasaan ada di tangan umat Islam itu harus kita wujudkan. Kewibawaan umat Islam ini tidak bisa dibangun dengan kekerasan, radikalisme. Jangan dikira mereka takut. Justeru benci. Islam harus dibangun dengan kesantunan, keramahan dan kehangatan seperti yang diajarkan oleh Rasulullah SAW. Umat Islam harus jaya. Kalau negera-negara Islam ekonominya kuat, stabil politiknya, maka kita akan menyaksikan lagi pemerintahan seperti pada zaman Umar bin Abdul Aziz. Sehingga, orang-orang tercengang. Dan jika sudah maju, sudah kuat sedemikain rupa, maka agenda selanjutnya adalah kita menengok dan melihat di Palestina, kita pikirkan bagaimana membebaskan Masjidil Aqsha. Masjid ini harus kita rebut, harus berada di tangan kaum muslim kembali. Sehingga 3 masjid bersejarah, Masjidil Haram, Masjid Nabawi, dan Masjidil Aqsha menjadi masjid kebanggaan kaum muslimin. Dan setiap muslim bisa setiap saat, bersujud di sana. 


  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS