Prof. Dr. H. Syafiq. A. Mughni , MA
Allah adalah Dzat yang Maha rahman dan rahim, yang
senantiasa memberi karunia nikmat kepada kita. Tetapi Allah SWT juga tidak saja
memberi nikmat dan karunia kepada kita, melainkan diikuti dengan cobaan dan
ujian yang mengharuskan kita bersabar atas segala ujian dan cobaan tersebut. Al
imaanu nisfaani, nisfuhuu syukrun, wa nisfuhu shobrun (iman itu dua bagian yang
pertama syukur dan yang kedua sabar) dua kata kunci itu harus menjadi sikap
batin kita dalam mengahdapi seluruh tantangan kehidupan. Sebab kalau kita
kehilangan rasa syukur, berarti kita tidak menghargai, tidak merasakan nikmat
Allah yang besar dan bermakna bagi kita. Kalau kita kehilangan rasa sabar, maka
kita akan kehilangan orientasi; orang yang mudah putus asa, dan menempuh jalan
pintas, tidak lagi beristiqomah atas kebenaran yang diajarkan oleh Allah SWT
dan RasulNya. Oleh karena itu kita bentengi batin kita dengan iman yang kokoh
dengan dua pilar itu, bersukur dan bersabar, selanjutnya kita berjuang dengan
sekuat tenaga untuk meningkatkan kualitas hidup kita, dengan memperbanyak
ibadah, bemunajat, berdzikir merenungkan kejadian-kejadian di alam semesta ini.
Karena dengan itulah kita akan menjadi orang yang dekat kepada Allah SWT.
Kita tingkatkan kualitas hidup kita dengan beramal sebanyak-banyaknya dan sebaik-baiknya, tidak hanya banyak secara kuantitatif, tetapi juga bermakna secara kuantitas. Karena dengan cara itulah kita akan dicintai oleh Allah. Nabi kita Muhammad SAW bersabda : khoirunnaas anfa`uhum linnaas
Salah satu nikmat yang kita terima dari Allah SWT adalah dengan diutusnya Rasulullah Muhammad SAW yang membawa kebenaran, yang akan mengeluarkan manusia dari alam kegelapan menuju alam terang benderang. Kita mencontoh Rasulullah SAW adalah hasil dari seluruh perenungan kita, termasuk mengambil hikmah dari peristiwa kelahiran Rasulullah, dan membawa risalah yang sangat bermakna dalam kehidupan kita. Dalam suasana memperingati kelahiran Rasulullah SAW, yang disebut dengan milad/maulid, kita melihat umat Islam melaksanakan berbagai upacara, ada yang merayakannya dengan festival, sangat ramai, bahkan di alun-alun dengan mengundang masa yang sangat banyak, tetapi belum tentu semua orang yang terlibat disana bertujuan mengambil ibrah (pelajaran) dari kelahiran Rasulullah SAW. Bahkan kebanyakan mereka hanyalah untuk meraih keuntungan-keuntugan ekonomis, ingin mendapatkan keuntungan dari dagangannya dan sebagian lagi mungkin anak-anak muda, hanya sekedar berhura-hura. Dan seseorang akan diberikan balasan Allah SWT ketika melakukan perbuatan sesuai dengan niatnya.
Karena itulah yang sangat penting dari peringatan maulid nabi Muhammad SAW adalah mengambil ibrah dari diutusnya Rasulullah SAW ke dunia ini. Dalam Al-Quran Allah SWT berfirman yang maknanya: Dia-lah yang mengutus kepada kaum yang buta huruf seorang Rasul di antara mereka, yang membacakan ayat-ayat-Nya kepada mereka, menyucikan mereka dan mengajarkan kepada mereka Kitab dan Hikmah (As Sunah). Dan sesungguhnya mereka sebelumnya benar-benar dalam kesesatan yang nyata ( al –Jumu`ah :2). Masyarakat yang ummy (buta huruf) bukan saja buta huruf dari membaca dan menulis, tetapi juga masyarakat yang buta terhadap kebenaran, masyarakat yang tidak bisa membedakan mana yang benar dan mana yang salah, antara yang haq dan yang bathil, masyarakat yang tidak bisa membedakan mana keadilan dan mana kezhaliman, mana hal-hal yang membawa manfaat dan mana yang membawa madharat, semua bercampur karena tidak mempunyai pedoman yang autentik untuk membedakan itu semua.
Apalagi masyarakat ketika Nabi diutus, dikenal sebagai masyarakat jahliyah, masyarakat yang tidak memiliki kitab suci yang autentik, walaupun ada kita zabur, Taurat dan Injil. Tetapi sulit untuk dinyatakan yang original diwahyukan dari Allah SWT, dan mana yang sudah diubah dan dicampuri oleh tangan manusia. Manusia yang hidup dalam zaman kebodohan, bukan dalam arti intelektual, ilmu pengetahuan dan teknologi saja, tetapi yang lebih penting dari itu masyarakat yang bodoh dalam arti moral. Mereka menjadi orang yang berakhlak madzmumah (tercela) belum terhiasi dengan akhlakul karimah (mulia). Karena itu diutusnya Rasulullah SAW adalah untuk menyempurnakan akhlak manusia. Situasi seperti itulah Rasulullah diutus dengan risalah al kubro (misi yang besar) untuk mengeluarkan manusia dari alam kegelapan menuju alam yang terang- benderang.
Dari ayat diatas misi Rasulullah dijabarkan: pertama yatluu `alaihim ayaatihi (memabacakan ayat-ayat Allah) tanda-tanda kekuasaan Allah di alam semesta ini. Kita telah menyaksikan betapa luar biasa ciptaan Allah di alam semesta ini. Maka tidak ada pilihan lain kecuali kita harus merenungkan itu semua sebagai tanda keagungan dan kekuasaan Allah dan kita tidak mungkin bisa memahaminya kalau kita tidak menguasai ilmu pengetahuan. Oleh karena itulah misi besar Rasulullah SAW, sesuangguhnya adalah sekaligus mendorong kita semua untuk menguasai sunnatullah, hukum-hukum alam ini supaya kita lebih mendalam menguasai ilmu pengetahuan, kemudian kita bisa merasakan keagungan dan kebesaran Allah SWT.
Kedua adalah wa yuzakkiihim, membersihkan masyarakat itu; masyarakat yang penuh dengan penyakit-penyakit sosial dan moral. Perbudakan yang penuh dengan kezhaliman, sistem perbudakan yang menjadikan manusia dieksploitasi oleh sebagian yang lain. Sistem riba yang menzhalimi orang-orang lemah dan menguntungkan masyarakat yang kuat ekonominya. Masyarakat yang menganut hukum rimba siapa yang kuat itulah yang akan menggilas orang yang lemah. Di masyarakat seperti itulah Rasulullah diutus. Dan mau tidak mau, kalau kita mengikuti sunnah Rasul, menjadikan beliau sebagai uswah hasanah, maka menjadi tugas kita untuk membangun masyarakat yang bermoral dan beradab. Masyarakat yang bersih, masyarakat yang bebas korupsi, manupulasi, kezhaliman, kebodohan dan ketidak-adilan. Karena itulah semangat maulid ini harus menggerakkan jiwa kita untuk berjuang membangun masyarakat yang bersih, adil dan makmur yang diridhoi oleh Allah SWT.
etiga adalah wa yu`allimuhumul kitaab, mengajarkan kitab suci Al-Quran. Al-Quran adalah wahyu yang diturunkan Allah SWT kepada Rasulullah SAW untuk kita semua. Maka kalau kita ingin benar-benar meniru dan melanjutkan risalah Raulullah, maka kita harus menjadi orang-orang yang semakin akrab dengan Al-Quran. Bagi kita yang belum bisa membaca Al–Quran, maka lakukanlah apa yang bisa, walaupun kita belum mampu membaca dengan baik, dengan hukum-hukum tajwid, itu semua tidak menghalangi kita untuk melakukan shalat. Yang penting kita tidak berhenti dalam belajar membaca Al-Quran. Mungkin kita sudah bisa membaca, tetapi belum bisa menerjemahkannya, karena berbahasa Arab, maka kita bisa menggunakan terjemah Al-Quran yang ada. Tetapi jangan berhenti dengan membaca dari terjemahan, tetapi bagaimana kita bisa memahami langsung dai bahasa Arab itu. Kalau itu juga belum mampu, yang penting kita punya niat untuk meningkatkan pengetahuan kita tentang Al-Quran Al-Karim. Tetapi sesunggunya yang jauh lebih penting dari itu adalah bagaimana kita melaksanakan seluruh pedoman Al-Quran agar kita menjadi orang yang bahagia di dunia dan akhirat.
Keempat adalah alhikmah, yaitu riasalah yang dibawa oleh Rasulullah SAW berupa hikmah (wisdom) kearifan, karena kita sebagai muslim, diharuskan berjuang untuk menegakkan kalimah Allah; li i`laahikalimaatillah, dalam rangka menegakkan ridho Allah. tetapi dalam memperjuangkan ajaran Islam tidaklah cukup hanya berkeyakinan kebenaran Al-Quran, tidak cukup dengan hanya kita yakin bahwa yang kita perjuangkan adalah sebuah kebenaran, sekalipun itu adalah hal yang penting. Tetapi harus ada hikmah/kebijaksanaan, maka itulah mungkin yang disebut taktik dan strategi perjuangan. Tanpa taktik dan strategi perjuangan maka apa yang kita lakukan akan menjadi kontra produktif, tidak akan menghasilkan sesuatu yang kita inginkan. Sahabat Ali ra mengatakan al haqqu bilaa nizhoomin, yaghlibuhul baathil binnizhoomin; kebenaran yang kita perjuangkan, tanpa taktik dan strategi yang bagus, maka akan dikalahkan oleh kebatilan yang diperjuangkan dengan taktik dan strategi yang baik. Rasulullah SAW memberikan contoh, bagaimana berjuang menegakkan masyarakat qur’any, beliau mencurahkan seluruh tenaga, fikiran, waktu, seluruhnya untuk membangun umat baldatun thoyyibatun wa raobbun ghofuur. Maka itulah yang harus menjadi contoh kita, beliau menggambarkan pribadi yang seimbang, antara kebutuhan rohani dan jasmani, seimbang antara akal dan emosi, seimbang antara kasih sayang dan ketegasan, kegigihan dalam berjuang beliau adalah contoh dan teladan sepanjang masa. Kehidupan Rasulullah SAW yang membawa risalah yang besar (arrisalatul kubro), haruslah menjadi semangat kita semua yang hidup pada zaman ini kalau kita ingin meneladani kehidupannya.
Apa yang menggambarkan beliau sekarang ini sesungguhnya sangat tersedia dengan baik. Pertama riwayat Rasulullah SAW bisa diketahui melalui sirah nabawiyah, sejarah perjalanan Rasul yang telah ditulis sejak abad-abad pertama perkembangan Islam. Dijelaskan dari waktu-ke waktu, tahun ke tahun, proses perjuangan beliau dalam menegakkan agama Allah. Itu semua sudah tercantum dalam sirah nabawiyyah yang banyak ditulis oleh sejarawah dan bahkan sekarang ini menjadi bahan studi, yang sangat menarik bagi umat manusia. Tetapi tidak hanya tercantum dalam sirrah an-nabawiyyah, dalam al hadits an-nabawiyyah, yang telah diteliti, yang telah dikritik untuk memisahkan mana yang original, dan mana yang palsu, dan sekarang ini sudah ditulis secara sistimatik dan tematik dari bab satu ke bab yang lain dan itu menggambarkan aspek dari seluruh kehidupan Rasulullah yang menjadi pedoman kehidupan kita sebagai umatnya. Mudah-mudahan kita punya keasempatan yang luas untuk mempelajari itu semua, mempelajari sirah nabawiyyah dan al-hadits an-nabawiyyah, sehingga kita benar-benar meneladani Rasulullah SAW sehingga kita akan memperoleh janji yang diberikan Allah, bahwa barang siapa yang mencintai Rasul, dan meneladani akan menjadi orang yang berbahagia fiddunya wal akhirah. Amin !
Kita tingkatkan kualitas hidup kita dengan beramal sebanyak-banyaknya dan sebaik-baiknya, tidak hanya banyak secara kuantitatif, tetapi juga bermakna secara kuantitas. Karena dengan cara itulah kita akan dicintai oleh Allah. Nabi kita Muhammad SAW bersabda : khoirunnaas anfa`uhum linnaas
Salah satu nikmat yang kita terima dari Allah SWT adalah dengan diutusnya Rasulullah Muhammad SAW yang membawa kebenaran, yang akan mengeluarkan manusia dari alam kegelapan menuju alam terang benderang. Kita mencontoh Rasulullah SAW adalah hasil dari seluruh perenungan kita, termasuk mengambil hikmah dari peristiwa kelahiran Rasulullah, dan membawa risalah yang sangat bermakna dalam kehidupan kita. Dalam suasana memperingati kelahiran Rasulullah SAW, yang disebut dengan milad/maulid, kita melihat umat Islam melaksanakan berbagai upacara, ada yang merayakannya dengan festival, sangat ramai, bahkan di alun-alun dengan mengundang masa yang sangat banyak, tetapi belum tentu semua orang yang terlibat disana bertujuan mengambil ibrah (pelajaran) dari kelahiran Rasulullah SAW. Bahkan kebanyakan mereka hanyalah untuk meraih keuntungan-keuntugan ekonomis, ingin mendapatkan keuntungan dari dagangannya dan sebagian lagi mungkin anak-anak muda, hanya sekedar berhura-hura. Dan seseorang akan diberikan balasan Allah SWT ketika melakukan perbuatan sesuai dengan niatnya.
Karena itulah yang sangat penting dari peringatan maulid nabi Muhammad SAW adalah mengambil ibrah dari diutusnya Rasulullah SAW ke dunia ini. Dalam Al-Quran Allah SWT berfirman yang maknanya: Dia-lah yang mengutus kepada kaum yang buta huruf seorang Rasul di antara mereka, yang membacakan ayat-ayat-Nya kepada mereka, menyucikan mereka dan mengajarkan kepada mereka Kitab dan Hikmah (As Sunah). Dan sesungguhnya mereka sebelumnya benar-benar dalam kesesatan yang nyata ( al –Jumu`ah :2). Masyarakat yang ummy (buta huruf) bukan saja buta huruf dari membaca dan menulis, tetapi juga masyarakat yang buta terhadap kebenaran, masyarakat yang tidak bisa membedakan mana yang benar dan mana yang salah, antara yang haq dan yang bathil, masyarakat yang tidak bisa membedakan mana keadilan dan mana kezhaliman, mana hal-hal yang membawa manfaat dan mana yang membawa madharat, semua bercampur karena tidak mempunyai pedoman yang autentik untuk membedakan itu semua.
Apalagi masyarakat ketika Nabi diutus, dikenal sebagai masyarakat jahliyah, masyarakat yang tidak memiliki kitab suci yang autentik, walaupun ada kita zabur, Taurat dan Injil. Tetapi sulit untuk dinyatakan yang original diwahyukan dari Allah SWT, dan mana yang sudah diubah dan dicampuri oleh tangan manusia. Manusia yang hidup dalam zaman kebodohan, bukan dalam arti intelektual, ilmu pengetahuan dan teknologi saja, tetapi yang lebih penting dari itu masyarakat yang bodoh dalam arti moral. Mereka menjadi orang yang berakhlak madzmumah (tercela) belum terhiasi dengan akhlakul karimah (mulia). Karena itu diutusnya Rasulullah SAW adalah untuk menyempurnakan akhlak manusia. Situasi seperti itulah Rasulullah diutus dengan risalah al kubro (misi yang besar) untuk mengeluarkan manusia dari alam kegelapan menuju alam yang terang- benderang.
Dari ayat diatas misi Rasulullah dijabarkan: pertama yatluu `alaihim ayaatihi (memabacakan ayat-ayat Allah) tanda-tanda kekuasaan Allah di alam semesta ini. Kita telah menyaksikan betapa luar biasa ciptaan Allah di alam semesta ini. Maka tidak ada pilihan lain kecuali kita harus merenungkan itu semua sebagai tanda keagungan dan kekuasaan Allah dan kita tidak mungkin bisa memahaminya kalau kita tidak menguasai ilmu pengetahuan. Oleh karena itulah misi besar Rasulullah SAW, sesuangguhnya adalah sekaligus mendorong kita semua untuk menguasai sunnatullah, hukum-hukum alam ini supaya kita lebih mendalam menguasai ilmu pengetahuan, kemudian kita bisa merasakan keagungan dan kebesaran Allah SWT.
Kedua adalah wa yuzakkiihim, membersihkan masyarakat itu; masyarakat yang penuh dengan penyakit-penyakit sosial dan moral. Perbudakan yang penuh dengan kezhaliman, sistem perbudakan yang menjadikan manusia dieksploitasi oleh sebagian yang lain. Sistem riba yang menzhalimi orang-orang lemah dan menguntungkan masyarakat yang kuat ekonominya. Masyarakat yang menganut hukum rimba siapa yang kuat itulah yang akan menggilas orang yang lemah. Di masyarakat seperti itulah Rasulullah diutus. Dan mau tidak mau, kalau kita mengikuti sunnah Rasul, menjadikan beliau sebagai uswah hasanah, maka menjadi tugas kita untuk membangun masyarakat yang bermoral dan beradab. Masyarakat yang bersih, masyarakat yang bebas korupsi, manupulasi, kezhaliman, kebodohan dan ketidak-adilan. Karena itulah semangat maulid ini harus menggerakkan jiwa kita untuk berjuang membangun masyarakat yang bersih, adil dan makmur yang diridhoi oleh Allah SWT.
etiga adalah wa yu`allimuhumul kitaab, mengajarkan kitab suci Al-Quran. Al-Quran adalah wahyu yang diturunkan Allah SWT kepada Rasulullah SAW untuk kita semua. Maka kalau kita ingin benar-benar meniru dan melanjutkan risalah Raulullah, maka kita harus menjadi orang-orang yang semakin akrab dengan Al-Quran. Bagi kita yang belum bisa membaca Al–Quran, maka lakukanlah apa yang bisa, walaupun kita belum mampu membaca dengan baik, dengan hukum-hukum tajwid, itu semua tidak menghalangi kita untuk melakukan shalat. Yang penting kita tidak berhenti dalam belajar membaca Al-Quran. Mungkin kita sudah bisa membaca, tetapi belum bisa menerjemahkannya, karena berbahasa Arab, maka kita bisa menggunakan terjemah Al-Quran yang ada. Tetapi jangan berhenti dengan membaca dari terjemahan, tetapi bagaimana kita bisa memahami langsung dai bahasa Arab itu. Kalau itu juga belum mampu, yang penting kita punya niat untuk meningkatkan pengetahuan kita tentang Al-Quran Al-Karim. Tetapi sesunggunya yang jauh lebih penting dari itu adalah bagaimana kita melaksanakan seluruh pedoman Al-Quran agar kita menjadi orang yang bahagia di dunia dan akhirat.
Keempat adalah alhikmah, yaitu riasalah yang dibawa oleh Rasulullah SAW berupa hikmah (wisdom) kearifan, karena kita sebagai muslim, diharuskan berjuang untuk menegakkan kalimah Allah; li i`laahikalimaatillah, dalam rangka menegakkan ridho Allah. tetapi dalam memperjuangkan ajaran Islam tidaklah cukup hanya berkeyakinan kebenaran Al-Quran, tidak cukup dengan hanya kita yakin bahwa yang kita perjuangkan adalah sebuah kebenaran, sekalipun itu adalah hal yang penting. Tetapi harus ada hikmah/kebijaksanaan, maka itulah mungkin yang disebut taktik dan strategi perjuangan. Tanpa taktik dan strategi perjuangan maka apa yang kita lakukan akan menjadi kontra produktif, tidak akan menghasilkan sesuatu yang kita inginkan. Sahabat Ali ra mengatakan al haqqu bilaa nizhoomin, yaghlibuhul baathil binnizhoomin; kebenaran yang kita perjuangkan, tanpa taktik dan strategi yang bagus, maka akan dikalahkan oleh kebatilan yang diperjuangkan dengan taktik dan strategi yang baik. Rasulullah SAW memberikan contoh, bagaimana berjuang menegakkan masyarakat qur’any, beliau mencurahkan seluruh tenaga, fikiran, waktu, seluruhnya untuk membangun umat baldatun thoyyibatun wa raobbun ghofuur. Maka itulah yang harus menjadi contoh kita, beliau menggambarkan pribadi yang seimbang, antara kebutuhan rohani dan jasmani, seimbang antara akal dan emosi, seimbang antara kasih sayang dan ketegasan, kegigihan dalam berjuang beliau adalah contoh dan teladan sepanjang masa. Kehidupan Rasulullah SAW yang membawa risalah yang besar (arrisalatul kubro), haruslah menjadi semangat kita semua yang hidup pada zaman ini kalau kita ingin meneladani kehidupannya.
Apa yang menggambarkan beliau sekarang ini sesungguhnya sangat tersedia dengan baik. Pertama riwayat Rasulullah SAW bisa diketahui melalui sirah nabawiyah, sejarah perjalanan Rasul yang telah ditulis sejak abad-abad pertama perkembangan Islam. Dijelaskan dari waktu-ke waktu, tahun ke tahun, proses perjuangan beliau dalam menegakkan agama Allah. Itu semua sudah tercantum dalam sirah nabawiyyah yang banyak ditulis oleh sejarawah dan bahkan sekarang ini menjadi bahan studi, yang sangat menarik bagi umat manusia. Tetapi tidak hanya tercantum dalam sirrah an-nabawiyyah, dalam al hadits an-nabawiyyah, yang telah diteliti, yang telah dikritik untuk memisahkan mana yang original, dan mana yang palsu, dan sekarang ini sudah ditulis secara sistimatik dan tematik dari bab satu ke bab yang lain dan itu menggambarkan aspek dari seluruh kehidupan Rasulullah yang menjadi pedoman kehidupan kita sebagai umatnya. Mudah-mudahan kita punya keasempatan yang luas untuk mempelajari itu semua, mempelajari sirah nabawiyyah dan al-hadits an-nabawiyyah, sehingga kita benar-benar meneladani Rasulullah SAW sehingga kita akan memperoleh janji yang diberikan Allah, bahwa barang siapa yang mencintai Rasul, dan meneladani akan menjadi orang yang berbahagia fiddunya wal akhirah. Amin !
0 komentar:
Posting Komentar