DR H Abd. Salam Nawawi, M.Ag
Islam adalah agama yang substansinya adalah sebuah system
ikatan. Orang yang bersedia masuk Islam berarti bersedia untuk berada dalam
keadaan dalam system keterikatan. Para ulama membuat rumusan system ikatan
dalam Islam menjadi 4 .
Pertama, ikatan iman. Setiap yang mengaku Islam ia terikat untuk mengimani agama ini sebagai satu satunya agama yang benar. Kebenarannya bersifat universal dan eternal. Sifat universal itu berlaku untuk seluruh manusia. Dan bersifat eternal itu berlaku sampai hari kiamat. (QS Saba’ : 28).
Kedua, ikatan amal. Berislam bukan hanya beriman, tetapi juga beramal. Setiap muslim dituntut untuk mengamalkan apa yang diimaninya. Prinsip yang substansial di dalam komitmen amal adalah seperti Rasulullah diperintahkan oleh Allah dalam Al-Qur’an. (QS Ar Ra’d : 36). Memurnikan agama itu utuh,sepenuhnya, total, tidak ditambah-tambah, dan tidak dikurangi. Ibarat benda bulat, maka komitmen seseorang tidak dapat dibilang bulat kalau mengaku Islam, tetapi amalnya pilih-pilih, untuk ibadah dia ikuti ajaran Al-Qur’an, tetapi untuk muamalah, dia campakkan Al-Qur’an. Zakat wajib membayar, tetapi riba akatif mengembangkan. Ini kepribadian yang terbelah, bukan kepribadian yang mukhlis (murni), ututh, total. Kalau beriman bahwa Islam adalah satu-satunya agama yang benar, maka seluruh system ajarannya harus dipatuhi.
Ketiga, ikatan komitmen dakwah. Islam tidak hanya diinternalisasi menjadi iman dan pengetahuan, tidak hanya internalisasi dalam bentuk amal, tetapi Islam juga diobyaktifasi. Dibikin menjalar kepada orang lain. Inilah yang disebut panggilan dakwah. Dakwah Islam dari semula disiapkan untuk umat yang majemuk. Karena agama ini berlaku universal dan berlaku sepanjang zaman. Dari semula dakwah Islam adalah untuk dakwah masyarakat majemuk, untuk ini setiap orang yang terpanggil untuk mendakwahkan Islam, maka yang pertama-tama harus disadari adalah bahwa dunia ini ibarat panggung. Aktornya adalah manusia yang dalam dunia ini manusia diuji. Ayyukum ahsanu amala ( di antara kamu yang lebih bagus amalnya). Maka actor ini diperlakukan oleh Allah sebagai actor yang bebas, yang diberi kebebasan untuk memilih, tidak dipaksa. Allah hanya memberikan bekal-bekal berupa hidayah indera, akal dan wahyu. Setelah perangkat itu diberikan, maka mereka diberi kebebasan di atas panggung untuk mengekpresikan dan memilih perannya masing-masing. Dan dalam memilih ini diharuskan untuk mengikuti prinsif tanggung jawab. Karena Allah akan meminta pertanggung jawaban terhadap pilihan-pilihan yang mereka ambil.
Rasulullah adalah da’i yang pertama dan utama dalam Islam. Menghadapi kemajemukan umat, beliau diberi perbekalan oleh Allah SWT. Pertama, bahwa realitas adanya orang beriman dan orang tidak beriman, itu merupakan manifestasi dari kehendak Allah SWT. Yang menginginkan manusia berada dalam kondisi bebas memilih. Ini bekal kesadaran pertama yang diberikan oleh Allah SWT. Kepada dai pertama dan utama dalam Islam, Rasulullah SAW. Kedua, posisi beliau sebagai Rasul tidak diberi bekal pengetahuan tentang siapa yang menjadi obyek dakwah itu yang mempunyai potensi sesat, atau potensi untuk menerima petunjuk.(QS An Nahl : 125). Jadi Rasulullah SAW berdakwah tanpa diberi pengetahuan siapa yang menerima hidayah Islam ini dan siapa yang tidak. Ketiga, otoritas untuk memberi hidayah ada di Tangan Allah. (QS Al-Qashash : 56) Keempat, Kesesatan orang lain itu tidak menularkan bahaya, selagi berpegang pada hidayah Allah. (QS Al Maidah : 105).
Prinsip dakwah seperti ini akan melahirkan sikap dalam menyebarkan Islam dengan cara damai. Tidak terlalu ngotot, seolah-olah orang harus bisa masuk Islam. Karena tugas ini adalah tabligh (menyampaikan), dakwah (mengajak), taushiyah (memberi wasiyat), mauidhoh (memberi nasihat), tandziir (memberi peringatan), tabsyiir (memberi kabar gembira), bukan memaksa. Karena Islam adalah agama yang benar, dan yang benar dan salah adalah jelas perbedaannya.
Keempat, ikatan pertahanan. Ketika ada kekuatan kontra damai, maka ini akan dimunculkan. Baik yang datangnya dari internal umat Islam sendiri maupun dari luar. Islam adalah agama damai, jika ada kekuatan kontra damai, maka harus dilumpuhkan untuk dikembalikan ke dalam kecenderungan damai. Kalau kekuatan itu datangnya dari dalam, maka tindakannya sebagaiman firman Allah dalam QS Al Hujurat : 9 yang maknanya : Dan kalau ada dua golongan dari mereka yang beriman itu berperang hendaklah kamu damaikan antara keduanya! tapi kalau yang satu melanggar Perjanjian terhadap yang lain, hendaklah yang melanggar Perjanjian itu kamu perangi sampai surut kembali pada perintah Allah. kalau Dia telah surut, damaikanlah antara keduanya menurut keadilan, dan hendaklah kamu Berlaku adil; Sesungguhnya Allah mencintai orang-orang yang Berlaku adil.
Kalau datangnya dari luar, maka Islam memberi garis-garis sebagaimana dalam QS Al Baqarah : 190 yang maknanya : Dan perangilah di jalan Allah orang-orang yang memerangi kamu, (tetapi) janganlah kamu melampaui batas, karena Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang melampaui batas.
Mudah-mudahan kita yang menjadikan Islam ini sebagai jalan hidup, mendapat hidayah dari Allah SWT, mudah-mudahan kita dapat terus dibimbingNya.
Pertama, ikatan iman. Setiap yang mengaku Islam ia terikat untuk mengimani agama ini sebagai satu satunya agama yang benar. Kebenarannya bersifat universal dan eternal. Sifat universal itu berlaku untuk seluruh manusia. Dan bersifat eternal itu berlaku sampai hari kiamat. (QS Saba’ : 28).
Kedua, ikatan amal. Berislam bukan hanya beriman, tetapi juga beramal. Setiap muslim dituntut untuk mengamalkan apa yang diimaninya. Prinsip yang substansial di dalam komitmen amal adalah seperti Rasulullah diperintahkan oleh Allah dalam Al-Qur’an. (QS Ar Ra’d : 36). Memurnikan agama itu utuh,sepenuhnya, total, tidak ditambah-tambah, dan tidak dikurangi. Ibarat benda bulat, maka komitmen seseorang tidak dapat dibilang bulat kalau mengaku Islam, tetapi amalnya pilih-pilih, untuk ibadah dia ikuti ajaran Al-Qur’an, tetapi untuk muamalah, dia campakkan Al-Qur’an. Zakat wajib membayar, tetapi riba akatif mengembangkan. Ini kepribadian yang terbelah, bukan kepribadian yang mukhlis (murni), ututh, total. Kalau beriman bahwa Islam adalah satu-satunya agama yang benar, maka seluruh system ajarannya harus dipatuhi.
Ketiga, ikatan komitmen dakwah. Islam tidak hanya diinternalisasi menjadi iman dan pengetahuan, tidak hanya internalisasi dalam bentuk amal, tetapi Islam juga diobyaktifasi. Dibikin menjalar kepada orang lain. Inilah yang disebut panggilan dakwah. Dakwah Islam dari semula disiapkan untuk umat yang majemuk. Karena agama ini berlaku universal dan berlaku sepanjang zaman. Dari semula dakwah Islam adalah untuk dakwah masyarakat majemuk, untuk ini setiap orang yang terpanggil untuk mendakwahkan Islam, maka yang pertama-tama harus disadari adalah bahwa dunia ini ibarat panggung. Aktornya adalah manusia yang dalam dunia ini manusia diuji. Ayyukum ahsanu amala ( di antara kamu yang lebih bagus amalnya). Maka actor ini diperlakukan oleh Allah sebagai actor yang bebas, yang diberi kebebasan untuk memilih, tidak dipaksa. Allah hanya memberikan bekal-bekal berupa hidayah indera, akal dan wahyu. Setelah perangkat itu diberikan, maka mereka diberi kebebasan di atas panggung untuk mengekpresikan dan memilih perannya masing-masing. Dan dalam memilih ini diharuskan untuk mengikuti prinsif tanggung jawab. Karena Allah akan meminta pertanggung jawaban terhadap pilihan-pilihan yang mereka ambil.
Rasulullah adalah da’i yang pertama dan utama dalam Islam. Menghadapi kemajemukan umat, beliau diberi perbekalan oleh Allah SWT. Pertama, bahwa realitas adanya orang beriman dan orang tidak beriman, itu merupakan manifestasi dari kehendak Allah SWT. Yang menginginkan manusia berada dalam kondisi bebas memilih. Ini bekal kesadaran pertama yang diberikan oleh Allah SWT. Kepada dai pertama dan utama dalam Islam, Rasulullah SAW. Kedua, posisi beliau sebagai Rasul tidak diberi bekal pengetahuan tentang siapa yang menjadi obyek dakwah itu yang mempunyai potensi sesat, atau potensi untuk menerima petunjuk.(QS An Nahl : 125). Jadi Rasulullah SAW berdakwah tanpa diberi pengetahuan siapa yang menerima hidayah Islam ini dan siapa yang tidak. Ketiga, otoritas untuk memberi hidayah ada di Tangan Allah. (QS Al-Qashash : 56) Keempat, Kesesatan orang lain itu tidak menularkan bahaya, selagi berpegang pada hidayah Allah. (QS Al Maidah : 105).
Prinsip dakwah seperti ini akan melahirkan sikap dalam menyebarkan Islam dengan cara damai. Tidak terlalu ngotot, seolah-olah orang harus bisa masuk Islam. Karena tugas ini adalah tabligh (menyampaikan), dakwah (mengajak), taushiyah (memberi wasiyat), mauidhoh (memberi nasihat), tandziir (memberi peringatan), tabsyiir (memberi kabar gembira), bukan memaksa. Karena Islam adalah agama yang benar, dan yang benar dan salah adalah jelas perbedaannya.
Keempat, ikatan pertahanan. Ketika ada kekuatan kontra damai, maka ini akan dimunculkan. Baik yang datangnya dari internal umat Islam sendiri maupun dari luar. Islam adalah agama damai, jika ada kekuatan kontra damai, maka harus dilumpuhkan untuk dikembalikan ke dalam kecenderungan damai. Kalau kekuatan itu datangnya dari dalam, maka tindakannya sebagaiman firman Allah dalam QS Al Hujurat : 9 yang maknanya : Dan kalau ada dua golongan dari mereka yang beriman itu berperang hendaklah kamu damaikan antara keduanya! tapi kalau yang satu melanggar Perjanjian terhadap yang lain, hendaklah yang melanggar Perjanjian itu kamu perangi sampai surut kembali pada perintah Allah. kalau Dia telah surut, damaikanlah antara keduanya menurut keadilan, dan hendaklah kamu Berlaku adil; Sesungguhnya Allah mencintai orang-orang yang Berlaku adil.
Kalau datangnya dari luar, maka Islam memberi garis-garis sebagaimana dalam QS Al Baqarah : 190 yang maknanya : Dan perangilah di jalan Allah orang-orang yang memerangi kamu, (tetapi) janganlah kamu melampaui batas, karena Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang melampaui batas.
Mudah-mudahan kita yang menjadikan Islam ini sebagai jalan hidup, mendapat hidayah dari Allah SWT, mudah-mudahan kita dapat terus dibimbingNya.