RSS

TENTANG TUHAN


BENARKAH TUHAN ITU ADA ?

Benarkah Tuhan itu ada ?
Jawaban atas pertanyaan seperti ini diperkirakan telah ada dan setua umurnya dengan perkembangan masyarakat itu sendiri. Betapa tidak, fakta mengatakan kepada kta bahwa manusia dari jaman kejamannya memilki Naturaliter Religiosa atau instink untuk beragama, dalam kondisi gawat yang mengancam eksistensinya misalnya terhempas ombak di tengah samudra, sementara pertolongan hampir mustahil diharapkan, hati manusia akan menyuruh untuk mengharapkan suatu keajaiban, demikian juga ketika seseorang sedang dihadapkan pada persoalan yang sulit, sementara pendapat dari manusia lainnya berbeda-beda, ia akan mengharapkan petunjuk yang jelas yang bisa dipegangnya.

Bila manusia tersebut menemukan seseorang yang bisa dipercayainya, maka dalam kondisi dilematis ini ia cenderung merujuk pada tokoh idolanya itu dan secara umum setiap manusia cenderung mencari sesembahan. Baik sesembahan itu berupa dewa laut, dewa petir, jimat pusaka atau bahkan pohon-pohon besar tertentu yang dianggap mampu melindunginya.

Ini semua memberikan gambaran bagi kita bahwa sejak dulu, manusia sudah mempercayai akan keberadaan alam lain yang tidak kasat mata dan dapat memberikan pengaruh terhadap dunia manusia yang nyata. Hanya saja cara dan pemahaman mereka terhadap alam lain itu berbeda satu dengan yang lain, namun secara umum kita bisa menyimpulkan bahwa manusia meyakini akan keberadaan Kekuatan yang lebih Berkuasa diatas manusia. Hal ini digambarkan juga oleh al-Quran :
Dan apabila manusia ditimpa bahaya, dia berdo'a kepada Kami
sambil berbaring, duduk atau berdiri Qs. 10 Yunus : 12
Sungguh jika kamu bertanya kepada mereka : "Siapakah yang menciptakan langit dan bumi?", niscaya mereka menjawab: "Allah" !
- Qs. 39 Az-Zumar : 38
Pada masa lalu, keterbatasan pengetahuan yang dimiliki oleh manusia sering membuat mereka cepat lari pada sesembahan yang mereka yakini; setiap ada fenomena alam yang tak bisa mereka mengerti misalnya saat ada petir, gerhana matahari atau gempa bumi atas yang lainnya sebagaimana ilustrasi yang diceritakan oleh al-Quran terhadap pencarian jati diri Tuhan yang dilakukan oleh Nabi Ibrahim a.s. :
Maka ketika malam menjadi gelap dan ia melihat sebuah bintang, ia berkata: Apakah ini Tuhanku ? Tetapi ketika bintang itu hilang, ia berkata : Aku tidak suka kepada yang bisa menghilang !
Saat ia melihat kemunculan bulan, berkatalah dirinya : Apakah ini Tuhanku ? Namun ketika bulan itu kembali hilang, dia berseru : Sungguh, Jika aku tidak dipimpin oleh Tuhanku, maka pasti aku termasuk dalam kaum yang tersesat
Saat ia melihat matahari terbit, berkatalah ia : Inikah Tuhanku ? Dia ini lebih besar ! - Namun ketika matahari itu terbenam, ia berkata : Hai kaumku, sungguh aku berlepas diri dari apa yang telah kamu persekutukan! Sungguh aku hadapkan diriku kepada Yang menjadikan langit dan bumi dengan ikhlas dan aku tidak termasuk dari orang-orang yang menyekutukan-Nya ! - Qs. 6 al-an-am : 76 - 79
Bahkan dijaman Nabi Muhammad sendiri masih ada orang yang menghubungkan kematian seseorang dengan fenomena alam seperti saat Ibrahim, salah seorang putera dari Nabi meninggal dunia:
Dari Mughirah bin Syubah, katanya : Terjadi gerhana matahari dimasa Rasulullah Saw, bertepatan dengan hari wafatnya Ibrahim (putera Nabi). Orang banyak lalu berseru : Terjadi gerhana karena meninggalnya Ibrahim! Rasulullah Saw lalu bersabda : Sesungguhnya gerhana matahari dan bulan terjadi bukan karena mati atau hidupnya seseorang, jika kamu melihatnya sholatlah dan berdoalah kepada Tuhan - Hadis Riwayat Bukhari
Secara bertahap kemajuan ilmu pengetahuan alam kemudian mampu mengungkap cara kerja alam dan sampailah manusia pada suatu pemikiran, bahwa pasti ada sesuatu yang di belakang itu semua, sesuatu yang berada di belakang dewa petir, dewa laut atau dewa matahari, sesuatu yang di belakang semua hukum alam, sesuatu yang disebut Tuhan yang pernah didakwahkan oleh para Nabi.
Tidak terlihatnya Tuhan bukan berarti Dia tidak ada. Berapa banyak hal yang tidak dapat kita lihat tetapi benda itu ada. Contoh yang paling sering digunakan adalah udara yang kita hirup untuk kelangsungan hidup kita, tidak bisa melihatnya tetapi kita bisa merasakannya, bahkan Ruh yang menjadi esensi kehidupan kita, tidak dapat terlihat dan tidak bisa dimengerti hakekatnya namun kita yakini keberadaannya.; contoh lain yang akhir-akhir ini marak diberbagai acara televisi di Indonesia menyangkut penampakan makhluk halus yang secara lahiriah tidak bisa dilihat dengan kasat mata tetapi ia ada dan bisa dibuktikan melalui cara-cara tertentu termasuk misalnya dengan uji nyali.
Memang tidak ada metode ilmiah yang benar-benar dapat membuktikan eksistensi Tuhan secara mutlak sampai mampu menggambarkan sosok Tuhan yang sesungguhnya, manusia hanya bisa mengambil perwujudan Tuhan dalam sosok berhala yang tidak berbeda jauh dengan dirinya sendiri, ada manusia menggambarkan Tuhan dengan wujud manusia tersalibkan bernama Yesus, ada juga manusia yang mengambil rupa seorang pangeran Magadha yang berdiam dibawah pohon pippala bernama Budha, dan bahkan ada yang mengambil rupa api sebagai wujud Tuhan seperti yang ada pada kerajaan Persi dimasa lalu.
Karena itu, Ibnu Arabi, seorang sufi Andalusia termasyur ± 8 abad yang lalu memahami seluruh alam semesta, termasuk manusia ini sebagai penampakan diri (tajalli) dari Tuhan dan dengan demikian segala sesuatu dan segala peristiwa dialam ini adalah entifikasi (wujud keberadaan) Tuhan[1].
Menurutnya, gambar dalam sebuah cermin meskipun ada dan kelihatan, bagaimanapun juga hanyalah sebuah ilusi atau bayangan dari subjek yang bercermin. Dan ketika sang subjek menggunakan ribuan cermin, maka bayangan sang subjek akan menjadi banyak, padahal dia hanyalah satu. Dalam cermin jagad raya inilah Tuhan menampakkan eksistensi-Nya.
Maka ke manapun kamu menghadap di situlah wajah Allah
Qs. 2 al-Baqarah : 115
Oleh karena itu, untuk melihat diri Tuhan, kita harus pandai membaca alam semesta, kita harus pintar mengenal diri dan lingkungan kita.
Sesungguhnya dalam penciptaan langit langit dan bumi, dan silih bergantinya malam dan siang terdapat tanda-tanda bagi orang-orang yang berakal - Qs. 3 ali Imran : 190
Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi silih bergantinya malam dan siang bahtera yang berlayar di laut membawa apa yang berguna bagi manusia dan apa yang Allah turunkan dari atmosfir berupa air lalu dengan air itu Dia hidupkan bumi sesudah matinya dan Dia sebarkan di bumi itu segala jenis hewan, dan pengisaran angin dan awan yang diedarkan antara atmosfir dan bumi; sungguh menjadi tanda-tanda bagi kaum yang memikirkan. - Qs. 2 al-Baqarah : 164
TUHAN, yang menciptakan langit dan membentangkannya, yang menghamparkan bumi dengan segala yang tumbuh di atasnya, yang memberikan nafas kepada umat manusia yang mendudukinya dan nyawa kepada mereka yang hidup di atasnya - Perjanjian Lama, Yesaya 42 : 5
Karena itu juga maka adalah suatu pengulangan kebodohan umat dimasa lalu apabila kita yang sudah mengenal ilmu pengetahuan dan teknologi komputerisasi ini masih mengambil simbol-simbol tertentu dari alam semesta dan isinya ini sebagai perwujudan dari Tuhan.
Jangan membuat bagimu patung yang menyerupai apapun yang ada di langit di atas, atau yang ada di bumi di bawah, atau yang ada di dalam air di bawah bumi; Jangan sujud menyembah kepadanya atau beribadah kepadanya - Perjanjian Lama, Ulangan 5 : 8-9
[1] Dr. Kautsar Azhari Noer, Ibn Al-Arabi : Wahdat al-Wujud dalam Perdebatan, Penerbit Paramadina, Jakarta, 1995, hal. 88-89.

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

KARUNIA


Karunia Allah yang Dianugerahkan kepada Saya

Saya melanjutkan penelitian, dengan cara yang sama dan menjelaskan sebagian asumsi-asumsi yang menjadi titik tolak Abdul Razaq Naufal. Disertai dengan doa dan kesungguhan, saya mulai menemukan banyak persoalan mengenai i’jaz Al-Quran. Pernah saya mengatakan kepada diri saya sendiri, misal, apabila kata "yaum" (hari) disebutkan sebanyak 365 kali dan kata "syahr" (bulan) disebutkan sebanyak 12 kali, barangkali kata "sa'ah" (jam), misal, juga disebutkan sebanyak 24 kali, sama denean jumlah iam dalam sehari semalam. Lantas saya membuka AI-Mu jam Al-Mufahras li Alfadh Al-Quran Al-Karim, "al-sa'ah" tersebut saya hitung. Ternyata setelah saya hitung jum(ahnya 48 kali. Saya berpikir, jumlah ini tidak sesuai dengan angka yang ada, semestinya jumlah penyebutannya sesuai dengan jumlah (jam), yaitu 24 jam. Sejenak hampir saja saya putus asa. Agak­nya mungkin jumlah ini merupakan jumlah yang dihitung oleh peneliti selain saya yang meneliti dengan metode yang sama sekitar kata tersebut. Karenanya, saya perbaharui niat saya dan mulailah saya berpikir dan menghitung dengan metode lain yang berbeda dengan metode-metode terdahulu. Saya berasumsi bahwa 24 kata tersebut memiliki karakteristik khusus dari keseluruhan kata yang berjumlah 48 tersebut. Sungguh terbukti, dengan taufiq Allah SWT, saya temukan bahwa kata "sa'ah" disebutkan 24 kali dengan didahului dengan harf, dan jumlah jam pada sehari semalam pun berjumlah 24 jam. Berikut ini adalah ayat-ayat Al­Quran yang di dalamnya disebutkan kata tersebut:
  1. Mereka menanyakan kepadamu tentang al-sa'ah (hari kiamat). Bilakah terjadinya? Katakanlah: "Sesungguhnya pengetahuan tentang (hari kiamat) itu adalah pada sisi Tuhanmu..." (Al-A'raf: 187)
  2. .... orang-orang yang mengikuti Nabi dalam sa'ah kesulitan. (Al-Taubah: 117)
  3. Dan (ingatlah) akan sa'ah (yang di waktu itu) Allah mengumpulkan mereka, (mereka merasa di hari itu) seakan-akan mereka tidak pernah berdiam (di dunia) barang sesaat pun di siang hari .... (Yunus: 45)
  4. .... Dan sesungguhnya sa'ah (kiamat) itu pasti akan datang, maka maafkanlah (mereka) dengan cara yang baik. (Al-Aijr: 85)
  5. .... Hendaknya manusia mengetahui, bahwa janji Allah itu benar, dan bahwa kedatangan al-sa'ah (kiamat) itu tidak ada keraguanpadanya... (Al-Kahfi:21)
  6. .... Sehingga apabila mereka telah melihat apa yang diancamkan kepada mereka, baik siksa maupun al-sa'ah (kiamat). (Maryam: 75)
  7. Sesungguhnya al-sa'ah (hari kiamat) itu akan datang, Aku merahasiakan (waktunya) agar tiap-tiap diri dibalas sesuai dengan yang diusahakannya. (Thaha: 15)
  8. (Yaitu) orang-orang yang takut terhadap (azab) Tuhan mereka, sedang mereka tidak melihat-Nya; dan mereka takut terhadap tibanya al-sa'ah (hari kiamat). (AI-Anbiya: 49)
  9. Dan sesungguhnya al-sa'ah (hari kiamat) itu pasti akan datang; tak ada keraguan padanya; dan bahwasanya Allah membarngkitkan semua orang di dalam kubur. (Al-Mu'minun: 7)
  10. Bahkan mereka mendustakan al-sa'ah (hari kiamat). (AI­Furqan: 11)
  11. .... Dan Kami menyediakan neraka yang menyala-nyala bagi siapa yang mendustakan al-sa'ah (hari kiamat). (Al-Furqan: 11)
  12. Manusia bertanya kepadamu tentang al-sa'ah (hari berbangkit). Katakanlah: "Sesungguhnya pengetahuan mengenainya hanyalah milik Allah. " (Al-Ahzab: 23)
  13. .... Dan tahukah kamu (hai Muhammad), boleh jadi al-sa'ah (hari kebangkitan) itu sudah dekat waktunya. (Al-Ahzab: 63)
  14. Sesungguhnya al-sa'ah (hari kiamat pasti akan datang) tidak ada keraguan tentangnya, akan tetapi kebanyakan manusia tidak beriman. (Al-Mu'min: 40)
  15. Dan tahukah kamu, boleh jadi al-sa'ah (hari kiamat) itu dekat. (Al-Syura: 17)
  16. .... Ketahuilah bahwa sesungguhnya orang-orang yang membantah tentang kejadian al-sa'ah (hari kiamat) itu benar-benar dalam kesesatan yang jauh. (Al-Su'ara: 18)
  17. Dan sesungguhnya Isa itu benar-benar memberikan pengetahuan tentang al-sa'ah (hari kiamat). Karenanya janganlah kamu ragu-ragu tentang hari kiamat, dan ikutlah aku .... (Al-Zukhruf: 43)
  18. Mereka tidak menunggu kecuali kedatangan al-sa'ah (hari kiamat) kepada mereka secara tiba-tiba sedangkan mereka tidak menyadarinya. (Al-Dukhan: 32)
  19. Dan apabila dikatakan (kepadamu): "Sesungguhnya janji Allah itu adalah benar dan al-sa'ah (hari berbangkit) itu tidak ada keraguan padanya.... " (Al-Jatsiah: 32)
  20. Pada hari mereka melihat azab yang diancamkan kepada mereka, (mereka) seolah-olah tidak tinggal (di dunia) melainkan se-sa'ah pada siang hari. (Al-Ahqaf: 35)
  21. Dan tidaklah yang mereka tunggu-tunggu melainkan al-sa'ah (hari kiamat), (yaitu) kedatangannya kepada mereka dengan tiba-tiba. (Muhammad: 18)
  22. Sesungguhnya al-sa'ah (hari kiamat) itu hari yang dijanjikan kepada mereka .... (Al-Qamar: 46)
  23. .... Dan al-sa'ah (hari kiamat) itu lebih dahsyat dan lebih pahit, (Al-Qamar: 46)
  24. (Orang-orang kafir) bertanya kepadamu (Muhammad) tentang al-sa'ah (hari berbangkit), kapankah terjadinya. (AI-Nazi'at: 42)
Sebagaimana anda lihat, pada ayat-ayat di atas terdapat kata "al-sa’ah" yang masing-masing didahului dengan harf; tidak di­dahului baik oleh isim maupun oleh fi'il (kata kerja).

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

KISWAH


AL-QURAN DAN RAHASIA ANGKA-ANGKA (I'JAZ 'ADADI)
 
Pandangan Kaum Salaf tentang
Huruf-huruf
Muqaththa'ah

 
Para peneliti terdahulu tnencatat bahwa surat-surat yang dibuka dengan huruf-huruf muqaththa'ah berjumlah 29 surat, sementara jumlah huruf hijaiyah Arab ditambah dengan huruf "hamzah" juga berjumlah 29 huruf, dengan sudut pandang bahwa Al-Quran diturunkan dalam bahasa Arab.
Merekajuga menenukan bahwa huntf-huruf tersebut, dengan tidak mengikutkan huruf-huruf ulangan, berjumlah 14 huruf. Jumlah tersebut (14) adalah setengah dari jumlah huruf hijaiyah Arab, tentu tidak termasuk huruf . Jumlah ini telah saya buktikan dan saya hitung menurut rangkaian turunnya dengan tidak memasukkan huruf-huruf ulangan, yaitu huruf
Saya yakin bahwa pada huruf-huruf tersebut terdapat setengah dari huruf-huruf mahmusah (yang dibaca lemah); di dalamnya juga termasuk huruf-huruf pembuka surat:
Dalam huruf-huruf ini, maksudnya huruf-huruf muqaththa'ah pada pembuka-pembuka surat (fawatih al-suwar), terdapat setengah dari huruf-huruf majhurah (setiap huruf Arab yang selain huruf mahmusah), yang berjumlah delapan belas, yaitu 9 huruf:
Di dalamnya juga terdapat setengah dari huruf halq :
Huruf halq berjumlah 6 :
Di dalamnya juga terdapat sebagian dari huruf yang bukan halq yang berjumlah 22 huruf. Huruf-huruf yang bukan halq ialah:
Sebagian lainnya adalah huruf-huruf:
yang lembut (layyiuah). Di dalamnya juga terdapat sebagian dari huruf-huruf syadulah yang berjumlah 8, yang bisa dikumpulkan dalam ungkapan: "ajadat kaquthubin". Sebagian huruf-huruf tersebut ialah , sebagai ganti dari  
Begitu juga di dalamnya terdapat sebagian dari huruf-huruf yang tidak syadidah yang junilahnya 22 huruf, yaitu selunth huruf hijaivah Arab selain huruf-huruf syadidah. Di dalamnya juga terdapat setengah dari huruf-huruf muthbiqah yang berjumlah 4 huruf, yaitu  .
Sebagian huruf­huruf muthbiqah pada huruf-huruf pembuka surat tersebut adalah dua huruf, yaitu
Selanjutnya, di dalamnya terdapat huruf-huruf yang tidak muthbiqah yang berjuntlah 24 huruf, yaitu:
Sebagian huruf-huruf pembuka (fawatih) yang tidak termasuk huruf-huruf muthbiqah ialah huruf
 
dengan kekecualian huruf . Termasuk yang saya temukan adalah bahwa di dalamnya terdapat sebagian dari huruf-huruf layyin (lemah) yang jumlahnya 2 huruf yaitu Sebagian huruf layyin dari jawatih adalah huruf  
Para ulama terdahulu juga telah melakukan penghitungan seperti di atas, dan sebagian di antara huruf-huruf tersebut diletakkan atas dasar pengetahuan mereka. Sebenarnya ada persoalan-persoalan lain yang tampak jelas bagi saya dari celah­celah penghitungan yang saya lakukan mengenai jumlah jumlah huruf yang insya Allah akan saya jelaskan dengan baik.
Al-Suyuthi mengisyaratkan: "Dengan begitu, pembukaan surat­surat dengan huruf-huruf muqaththo'ah dan kekhasan masing­masing dengan huruf yang membukanya menyebabkan tidak mungkin "alif lam mim" dapat diletakkan di tempat "alif lam ra", juga tidak mungkin "ha mim" bisa diletakkan di tempat "tha sin mim".
Begitulah, masing-masing surat dimulai dengan salah satu huruf dari padanya sehingga kebanyakan kata-kata dan huruf­hurufnya menjadi penyerupa baginya.... Misal, surat Qaf dimulai dengan huruf  karena pada surat tersebut terjadi pengulangan kata-kata yang melafalkan huruf seperti ketika menyebutkan kata "AI-Quran", ".Al-Khalq", pengulangan kata derivat "Al-Qaul" dan perujukannya yang sering dilakukan, mengenai "AI-Qurbu" (kedekatan)-Nya dari Ibnu Adam, "talaqqiy al-malakain", kata "qa'id", "raqib". "saiq", "ilqa" (dimasukkan) ke neraka jahanam, "taqaddum" (keterdahuluan) dengan janji, "muttaqin", "qalb", "qurun", "tanqib" di suatu negeri, "ta­syaqquq" (keterbelahan) bumi, "huquq" (hak-hak) mengenai ancaman (wa'id), dan scbagainya ... Dalam surat Yunus yang dimulai dengan "alif lam ra" terdapat 200 kata atau lebih yang pada kata tersebut terdapat huruf "alif, lam dan ra."
Penjelasan Al-Suyuthi di atas jelas membuktikan tentang ada­nya perhatian kaum Salaf terhadap fenomena i’jaz AI-Quran. Bukan saja mengenai bayan (penjelasan), nudhum (sttuktur) dan ma ani (arti-arti kata), melainkan juga mengenai jumlah huruf dan kara-katanya. Pendapat-pendapat mereka mengenainya ditegaskan pula oleh para peneliti masa kini. Mengenai fenomena i’jaz 'adadi, secara spesifik, telah diteliti oleh Doktor Rasyad Khalifah,' Abdul Razak Naufal, dan Doktor Ali Hilmi Musa. Tentunya juga termasuk yang ada pada pembaca.

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

kiswah


I'JAZ AL-QURANMacam-macam I'jaz AI-Quran( 1 / 3 )

I’jaz AI-Quran terdiri dari beberapa macam. Sebagian di antaranya telah kami jelaskan. Dengan kehendak Allah, pada masa akan datang mudah-mudahan akan terus terungkap i'jaz-i'jaz yang lain, karena keajaiban-keajaiban Al-Quran itu tidak akan pernah habis. Di antara macam i’jaz Al-Quran yang telah kami jelaskan ialah i’jaz balaghi, i’jaz mengenai berita gaib, ijaz tasyri'i (per­undang-undangan) dan i’jaz 'ilmi. I’jaz dengan berbagai macamnya, seperti i’jaz al-thibbi (kedokteran), i’jaz al-falaki (astronomi), i’jaz al-jughrafi (geografi), i’jaz al-thabi'i (fisika), i’jaz adadi (jumlah), i’jaz i'lami (informasi), dan i'jaz-i’jaz lainnya. Macam­macam i'jaz tersebut telah kami bahas pada buku Al-I’jaz Al­-Quraniy fi Wujuhih Al-Muktasyifah (Macam-macam I'jaz Al-Quran yang Terungkap). Adapun buku yang ada ditangan anda adalah hanya merupakan salah satu bagian dari buku tersebut. Atas dasar usulan sebagian pembaca, karena pentingnya persoalan ini, maka pembahasan mengenainya saya pisahkan dalam buku yang ada pada tangan pembaca ini dengan beberapa tambahan agar bisa lebih menambah manfaatnya.
Salah satu i’jaz Al-Quran adalah perhatiannya yang besar terhadap setiap hubungan yang terjadi di dalamnya. Tidak ada satu Kitab Sammawi pun, lebih-lebih Kitab Ardhi, yang memberikan perhatian begitu rupa seperti yang dilakukan oleh AI-Quran. Sejak Al-Quran mulai diturunkan, ayat-ayat dan surat-suratnya sudah dihafalkan oleh banyak kaum Muslimin. Begitu juga tafsir-tafsir­nya, penafsiran-penafsiran Rasulullah mengenainya, dan pendapat­pendapat para ulama tafsir sehingga dengan berlalunya waktu telah lahir thabaqat al-mufassirin (tingkatan-tingkatan para mufassir), dan pada setiap tingkatan tersebut telah banyak buku tafsir yang ditulis. Banyaknya para mufassir dan besarnya perhatian mereka tidak lain adalah karena besarnya peran Al-Quran. Al-Quran tidak hanya mereka tafsirkan, akan tetapi juga dari AI-Quran telah muncul berbagai ilmu yang mereka tulis. Di antaranya studi tentang ayat-ayat muhkam dan mutasyabih, asbab al-nuzul, pem­bagian ayat kepada makiah dan madaniah, ilmu tajwid, ilmu qiraat, i’jaz AI-Quran, i'rab Al-Quran, ilmu rasm AI-Quran dan buku-buku yang ditulis mengenai penghitungan ayat-ayat Al­Quran, pembagiannya kepada juz, hizb, anshaf al-ahzab dan rub' di samping karya-karya mengenai nasikh-mansukh, linguistik Al­Quran, balaghah, nudzhum (struktur bahasa Al-Quran), bayan (kejelasan) dan ma'ani (makna-makna) kata dan kosa katanya, bahasa kabilah, keutamaan surat-suratnya, pahala membaca Al­Quran, etika tilawah, sampai-sampai perhatian terhadap Al-Quran pun telah mendorong perhatian terhadap penghitungan jumlah kata-kata, lafaz-lafaz, huruf-huruf dan hubungannya antara kata, huruf, ayat dan surat di dalamnya.
Dengan kebetulan, di perpustakaan 'Arif Hikmat, di Madinah AI-Munawarah, saya mendapatkan sebuah makhtuthat (buku yang masih ditulis tangan) yang ditulis kira-kira pada abad ketiga hijriah, yaitu pada masa kekuasaan Abdul Malik bin Marwan. Di dalam makhthuthat tersebut terdapat kutipan dari banyak orang mengenai bagaimana cara mereka menghitung huruf-huruf AI­Quran dengan menggunakan biji gandum. Penghitungan-penghitungan tersebut telah mereka susun dalam sebuah risalah kecil yang kebetulan saya temukan. Di dalamnya terdapat penjelasan mengenai jumlah ayat, huruf dan jumlah masing-masing huruf dalam Al-Quran dan seterusnya. Di bawah ini adalah salah satu kutipan dari makhthuthat tersebut:
Diriwayatkan oleh sebagian mereka bahwasanya ia ditanya: "Bagaimana kalian menghitung huruf-huruf AI-Quran?" Dia menjawab: "Dengan gandum." Diriwayatkan juga bahwa mereka menghitungnya selama empat bulan. Menurut penduduk Madinah pertengahan Al-Quran itu pada surat AI-Kahfi, ketika Allah berfirman: maa lam tastati', alaihi shabra (apa yang telah membuat engkau tidak sabar itu) (Al-Kahfi: 78). Al-Hajjaj bertanya kepada mereka: "Beritahu aku huruf AI-Quran mana yang merupakan tengah-tengah Al-Quran?" Lantas mereka menghitung dan sepakat bahwa huruf tengah-tengahnya pada surat Al-Kahfi, yaitu pada firman Allah: wa alyatalaththaf. Huruf "ta" pada setengah pertama Al-Quran dan huruf "lam" pada setengah terakhir AI-Quran. Wallahu a'lam bi al-shawab .. . Inilah hitungan surat, kata dan huruf Al-Quran.           
Sudahkah pembaca yang budiman memberikan perhatian sejauh itu? Coba renungkan, adakah sebuah Kitab yang mendapat­kan perhatian sedemikian atau minimal mendekatinya? Inilah Al­Quran, yang pada masa modern ini, telah bisa dihitung dengan bantuan alat hitung elektronik sehingga telah melahirkan banyak karya dalam hal i’jaz 'Adadi Al-Quran. Perhatian yang demikian besar terhadap kalamullah ini menjadi bukti i’jaz dalam menjaga Kitab yang mulia ini, yang Allah telah menjanjikan untuk menjaganya.

 

Sesungguhnya telah Kami turunkan AI-Quran dan sesungguhnya Kami akan menjaganya. (Al-Hijr: 9)

Allah berfirman:


Maka Aku bersumpah dengan masa turunnya bagaan-bagian Al-Quran. Sesungguhnya sumpah itu adalah sumpah yang besar, jika kamu mengetahui. Sesungguhnya Al-Quran ini adalah bacaan yang mulsa terpelihara, tidak menyentuhnya kecuali orang-orang yang disucikan. Diturunkan dari Tuhan seru sekalian alam. (AI-Waqiah: 75-80)

Allah berfirman:


Bahkan yang didustakan mereka ini ialah Al-Quran yang mulia, yang tersimpan di Lauh Al-Mahfudzh. (AI-Buruj: 21-22)

Saya ingin tegaskan kepada pembaca bahwa AI-Quran dijaga bukan karena ia merupakan Kitab Allah. Karena apabila itu yang menjadi sebab, maka seluruh kitab samawi pun seharusnya dijaga pula dari tahrif (distorsi) dan tabdiI (pengubahan). Sebab keterjagaan Al-Quran adalah kembali kepada persoalan-persoalan berikut:

Pertama, Allah SWT berjanji dan menjamin akan menjaganya.

Kedua, karena risalah Islam merupakan risalah terakhir sehingga perundang-undangannya harus abaditidak boleh diubah, terdistorsi dan diganti. Karena sekiranya pengubahan, pendistorsian dan penggantian itu boleh dilakukan, maka manusia memerlukan sebuah kitab dan seorang rasul yang baru, padahal AI-Quran akan tetap sampai hari kiamat dan Muhammad saw. adalah penutup para nabi dan rasul.


Bukanlah Muhammad itu ayah seseorang di antara lelaki kalian, melainkan ia rasulullah dan penutup para nabi. (Al-Ahzab: 40)

Dengan demikian, maka Al-Quran wajib terjaga dari tahrif. Sekiranya kita asumsikan bahwa ayat yang menjanjikan akan menjaga Al-Quran, yaitu: "Sesungguhnya telah Kami turunkan AI-Quran dan sesungguhnya Kami akan menjaganya", tidak ada, maka akal sendiri akan menghukumi tentang wajibnya keterjagaan AI-Quran dari tahrif dan tabdil.

Ketiga, karena AI-Quran merupakan penutup kitab samawi, dan bahwa mukjizat para nabi terdahulu pun tetap dinukil, maka hal itu mengharuskan adanya mukjizat abadi yang membenarkan pengakuan penutup para nabi dan kebenaran para nabi dan risalah-­risalah samawi sebelumnya. Allah berfirman:


Dan kitab yang Kami wahyukan kepadamu ialah kitab yang benar, yang membenarkan apa yang (disebutkan di dalam kitab-kitab) sebelumnya; sesungguhnya Allah Maha Mengetahui dan Melihat hamba-hamba-Nya. (Fathir: 31)

Keempat, Allah SWT berjanji bahwa ayat-ayat-Nya tidak akan terputus, melainkan akan berlanjut. Allah berfirman:


Akan Kami tunjukkan kepada mereka ayat-ayat (tanda-tanda kekuasaan) Kami di sekitar jagat raya dan pada diri mereka sendiri, sehingga jelas bagi mereka bahwa Al-Quran itu benar. Dan apakah Tuhanmu tidak cukup (bagi kamu) bahwa sesungguhnya Dia menyaksikan segala sesuatu? (Fushshilat: 53)

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

KISWAH


HAKIKAT BID’AH DAN KUFUR
TANYA JAWAB BERSAMA
MUHAMMAD NASHIRUDDIN AL-ALBANI RAHIMAHULLAHU

Dengan nama Alloh yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang. Sholawat dan Salam semoga senantiasa tercurahkan kepada Rasulullah, keluarga dan para sahabatnya. Rekaman ini merupakan Silsilah Fatawa oleh Syaikh Nashiruddin al-Albani rahimahullahu yang direkam oleh Abu Laila al-Atsari pada 7 Sya’ban 1413 yang bertepatan dengan tanggal 31 Januari 1993. Syaikh Nashir diajukan beberapa pertanyaan penting oleh para pemuda dari Uni Emirat Arab (UEA), semoga dapat memberikan manfaat bagi umat.

Penanya :
Apa pendapat Anda, wahai syaikh, tentang orang-orang yang tidak memperbolehkan tarahum [1] kepada orang-orang yang menyelisihi i'tiqod salaf, seperti an-Nawawi, Ibnu Hajar al-Asqolani, Ibnu Hazm dan Ibnul Jauzi serta orang-orang yang semisal mereka dari (ulama) salaf?[2] Juga tokoh-tokoh kholaf (kontemporer) seperti al-Banna dan Sayyid Quthb, mengingat Anda telah mengetahui dengan baik apa yang ditulis oleh Hasan al-Banna dalam bukunya Mudzakkirat ad-Da’wah wa ad-Da’iyyah dan Sayyid Quthb dalam bukunya Fii Zhilaali al-Qur’an???
Syaikh :
Kami berkeyakinan bahwa rahmat dan tarahum diperbolehkan bagi seluruh kaum muslimin dan diharamkan bagi seluruh orang kafir. Jawaban ini merupakan furu’ (cabang) dari i'tiqod yang dimiliki oleh seseorang. Jadi, barangsiapa yang meyakini bahwa orang-orang yang disebutkan di dalam pertanyaan tadi adalah muslim, maka jawabannya adalah telah ma’ruf (diketahui) –sebagaimana yang telah saya katakan barusan- yaitu boleh mendo’akan : “semoga Alloh merahmati dan mengampuni mereka”. Dan siapapun yang menganggap bahwa mereka yang disebutkan di dalam pertanyaan tadi adalah bukan muslim (kafir) –semoga Alloh tidak mengizinkan hal ini-, maka tarahum tidaklah diperbolehkan, karena rahmat diharamkan bagi orang kafir. Inilah jawabanku berkenaan dengan apa yang datang dari pertanyaan tadi.
Penanya :
Namun Syaikh, Mereka mengatakan bahwa hal ini termasuk bagian dari manhaj salaf, yang mana mereka tidak melakukan tarahum terhadap mubtadi’ (pelaku bid’ah). Konsekuensinya, orang-orang yang disebutkan di dalam pertanyaan pertama tadi dianggap sebagai mubtadi’ dan mereka (para salaf) tidak melakukan tarahum dengan mereka.
Syaikh :
Kami telah katakan tadi, bahwa rahmat atau tarahum diperbolehkan bagi setiap muslim dan tidak boleh bagi seluruh orang kafir. Jika (jawabanku tadi, pent.) ini benar, maka pertanyaan kedua tadi tidak memiliki dasar (hujjah). Jika ini (jawaban saya) tidak benar, maka (pertanyaan kedua tadi) memiliki dasar dan bisa didiskusikan lebih lanjut…
Bukankah mereka yang telah divonis oleh sebagian ulama sebagai mubtadi’, mereka tetap disholati? Dan termasuk i'tiqod salaf yang disepakati oleh kholaf adalah, bahwa kita (tetap) menegakkan sholat di belakang muslim yang shalih sebagaimana pula kita shalat di belakang muslim yang fajir.[3] Kita juga menshalati orang yang shalih maupun orang yang fajir. [4]
Adapun orang kafir tidak boleh dishalati.
Oleh karena itu, orang yang disebutkan di dalam pertanyaan tadi, mau tidak mau, haruslah disebut sebagai ahlul bid’ah.[5] Jadi, haruskah mereka disholati atau tidak?...
Saya sebenarnya tidak berkeinginan untuk mendiskusikan hal ini kecuali karena terpaksa. Jika jawabannya adalah mereka tetap harus disholati, maka jawabannya berhenti sampai di sini, pembahasan selesai dan tak ada lagi tempat untuk mendiskusikan pertanyaan kedua tadi. Namun jika (dijawab) tidak boleh mensholatinya, maka kesempatan untuk diskusi masih terbuka dan dapat dilanjutkan kembali…


[1] Tarahum adalah memohonkan rahmat bagi orang yang telah meninggal seperti ucapan rahimahullahu.
[2] Mungkin yang dimaksud penanya adalah gerakan Haddadiyah yang diusung oleh Abu Muhammad al-Haddad dari Yaman yang menyebarkan pemahamannya dari semenjak berdirinya hingga saat ini yang menyusup masuk ke dalam barisan salafiyin. Mereka dikenal sebagai orang yang fanatik dan ghuluw serta mereka mengklaim dan merasa satu-satunya yang berada di atas al-Haq, manhaj salafi yang sesungguhnya dan selain mereka adalah sesat. Di antara ciri mereka sebagaimana dikatakan oleh Syaikh Rabi’ bin Hadi hafizhahullahu di dalam risalah ringkasnya yang berjudul Mumayyizat al-Haddadiyah adalah –dengan beberapa perubahan dan sedikit tambahan- :
  1. Mereka membenci para ulama salafi zaman ini, merendahkan, membodoh-bodohkan, menvonis sesat mereka dan melakukan kedustaan atas nama mereka.
  2. Mereka berpendapat bahwa siapa saja yang jatuh ke dalam kebid’ahan maka ia adalah mubtadi’. Oleh karena itu an-Nawawi, Ibnu Hajar, Ibnul Jauzi, Abu Hanifah dan selain mereka –rahimahumullahu jami’an- menurut mereka adalah mubtadi’ yang sesat.
  3. Mereka mentabdi’ (menvonis bid’ah) siapa saja yang tidak turut mentabdi’ orang-orang jatuh ke dalam kebid’ahan. Menurut mereka tidak cukup mengatakan, “pada diri fulan ada faham asy’ariyah” namun harus mengatakan “mubtadi’” atau apabila tidak, maka akan diperangi, dihajr, dan dibid’ahkan orang yang tidak mau melakukannya.
  4. Mereka mengharamkan tarahum (mendoakan rahmat) kepada ahlul bid’ah secara mutlak, baik rafidhi, qodari, jahmi maupun seorang ‘alim yang tergelincir ke dalam kebid’ahan.
  5. Mereka mentabdi’ siapa saja yang bertarahum kepada orang-orang semisal asy-Syaukani, Abu hanifah, Ibnul Jauzi, Ibnu Hajar dan lain lain –rahimahumullahu-
  6. Ta’ashshub al-a’maa (fanatic buta) dan ghuluw di dalam memuji dan membela tokoh-tokoh mereka.
  7. Mudah mencela dan mengumbar makian terhadap siapa saja yang menyelisihi mereka.
  8. Membakar dan merusakkan buku-buku para ulama yang menurut mereka menyimpang dan sesat.

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

BROS SAPI
lucu yach.......
harga Rp 5000,- (perbiji)



  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS