I'JAZ
AL-QURANMacam-macam I'jaz AI-Quran( 1 / 3
)
I’jaz AI-Quran terdiri dari beberapa macam. Sebagian di antaranya
telah kami jelaskan. Dengan kehendak Allah, pada masa akan datang mudah-mudahan
akan terus terungkap i'jaz-i'jaz yang lain, karena keajaiban-keajaiban
Al-Quran itu tidak akan pernah habis. Di antara macam i’jaz Al-Quran yang
telah kami jelaskan ialah i’jaz balaghi, i’jaz mengenai berita gaib,
i’jaz tasyri'i (perundang-undangan) dan i’jaz 'ilmi. I’jaz
dengan berbagai macamnya, seperti i’jaz al-thibbi (kedokteran),
i’jaz al-falaki (astronomi), i’jaz al-jughrafi (geografi),
i’jaz al-thabi'i (fisika), i’jaz adadi (jumlah), i’jaz i'lami
(informasi), dan i'jaz-i’jaz lainnya. Macammacam i'jaz
tersebut telah kami bahas pada buku Al-I’jaz Al-Quraniy fi Wujuhih
Al-Muktasyifah (Macam-macam I'jaz Al-Quran yang Terungkap).
Adapun buku yang ada ditangan anda adalah hanya merupakan salah satu bagian dari
buku tersebut. Atas dasar usulan sebagian pembaca, karena pentingnya persoalan
ini, maka pembahasan mengenainya saya pisahkan dalam buku yang ada pada tangan
pembaca ini dengan beberapa tambahan agar bisa lebih menambah
manfaatnya.
Salah satu i’jaz Al-Quran adalah perhatiannya yang besar terhadap
setiap hubungan yang terjadi di dalamnya. Tidak ada satu Kitab Sammawi
pun, lebih-lebih Kitab Ardhi, yang memberikan perhatian begitu rupa
seperti yang dilakukan oleh AI-Quran. Sejak Al-Quran mulai diturunkan, ayat-ayat
dan surat-suratnya sudah dihafalkan oleh banyak kaum Muslimin. Begitu juga
tafsir-tafsirnya, penafsiran-penafsiran Rasulullah mengenainya, dan
pendapatpendapat para ulama tafsir sehingga dengan berlalunya waktu telah lahir
thabaqat al-mufassirin (tingkatan-tingkatan para mufassir), dan
pada setiap tingkatan tersebut telah banyak buku tafsir yang ditulis. Banyaknya
para mufassir dan besarnya perhatian mereka tidak lain adalah karena
besarnya peran Al-Quran. Al-Quran tidak hanya mereka tafsirkan, akan tetapi juga
dari AI-Quran telah muncul berbagai ilmu yang mereka tulis. Di antaranya studi
tentang ayat-ayat muhkam dan mutasyabih, asbab al-nuzul,
pembagian ayat kepada makiah dan madaniah, ilmu tajwid, ilmu
qiraat, i’jaz AI-Quran, i'rab Al-Quran, ilmu rasm AI-Quran
dan buku-buku yang ditulis mengenai penghitungan ayat-ayat AlQuran,
pembagiannya kepada juz, hizb, anshaf al-ahzab dan rub' di samping karya-karya
mengenai nasikh-mansukh, linguistik AlQuran, balaghah, nudzhum (struktur bahasa
Al-Quran), bayan (kejelasan) dan ma'ani (makna-makna) kata dan kosa katanya,
bahasa kabilah, keutamaan surat-suratnya, pahala membaca AlQuran, etika
tilawah, sampai-sampai perhatian terhadap Al-Quran pun telah mendorong perhatian
terhadap penghitungan jumlah kata-kata, lafaz-lafaz, huruf-huruf dan hubungannya
antara kata, huruf, ayat dan surat di dalamnya.
Dengan
kebetulan, di perpustakaan 'Arif Hikmat, di Madinah AI-Munawarah, saya
mendapatkan sebuah makhtuthat (buku yang masih ditulis tangan) yang ditulis
kira-kira pada abad ketiga hijriah, yaitu pada masa kekuasaan Abdul Malik bin
Marwan. Di dalam makhthuthat tersebut terdapat kutipan dari banyak orang
mengenai bagaimana cara mereka menghitung huruf-huruf AIQuran dengan
menggunakan biji gandum. Penghitungan-penghitungan tersebut telah mereka susun
dalam sebuah risalah kecil yang kebetulan saya temukan. Di dalamnya terdapat
penjelasan mengenai jumlah ayat, huruf dan jumlah masing-masing huruf dalam
Al-Quran dan seterusnya. Di bawah ini adalah salah satu kutipan dari makhthuthat
tersebut:
Diriwayatkan
oleh sebagian mereka bahwasanya ia ditanya: "Bagaimana kalian menghitung
huruf-huruf AI-Quran?" Dia menjawab: "Dengan gandum." Diriwayatkan juga bahwa
mereka menghitungnya selama empat bulan. Menurut penduduk Madinah
pertengahan Al-Quran itu pada surat AI-Kahfi, ketika Allah
berfirman: maa lam tastati', alaihi shabra (apa yang telah membuat engkau tidak
sabar itu) (Al-Kahfi: 78). Al-Hajjaj bertanya kepada mereka: "Beritahu aku huruf
AI-Quran mana yang merupakan tengah-tengah Al-Quran?" Lantas mereka menghitung
dan sepakat bahwa huruf tengah-tengahnya pada surat Al-Kahfi, yaitu pada firman
Allah: wa alyatalaththaf. Huruf "ta" pada setengah pertama Al-Quran dan huruf
"lam" pada setengah terakhir AI-Quran. Wallahu a'lam bi al-shawab .. . Inilah
hitungan surat, kata dan huruf Al-Quran.
Sudahkah
pembaca yang budiman memberikan perhatian sejauh itu? Coba renungkan, adakah
sebuah Kitab yang mendapatkan perhatian sedemikian atau minimal mendekatinya?
Inilah AlQuran, yang pada masa modern ini, telah bisa dihitung dengan bantuan
alat hitung elektronik sehingga telah melahirkan banyak karya dalam hal i’jaz
'Adadi Al-Quran. Perhatian yang demikian besar terhadap kalamullah ini menjadi
bukti i’jaz dalam menjaga Kitab yang mulia ini, yang Allah telah menjanjikan
untuk menjaganya.
Sesungguhnya telah Kami
turunkan AI-Quran dan sesungguhnya Kami akan menjaganya. (Al-Hijr: 9)
Allah berfirman:
Maka Aku bersumpah dengan
masa turunnya bagaan-bagian Al-Quran. Sesungguhnya sumpah itu adalah sumpah yang
besar, jika kamu mengetahui. Sesungguhnya Al-Quran ini adalah bacaan yang mulsa
terpelihara, tidak menyentuhnya kecuali orang-orang yang disucikan. Diturunkan
dari Tuhan seru sekalian alam. (AI-Waqiah: 75-80)
Allah berfirman:
Bahkan yang didustakan
mereka ini ialah Al-Quran yang mulia, yang tersimpan di Lauh Al-Mahfudzh. (AI-Buruj:
21-22)
Saya ingin
tegaskan kepada pembaca bahwa AI-Quran dijaga bukan karena ia merupakan Kitab
Allah. Karena apabila itu yang menjadi sebab, maka seluruh kitab samawi
pun seharusnya dijaga pula dari tahrif (distorsi) dan tabdiI
(pengubahan). Sebab keterjagaan Al-Quran adalah kembali kepada
persoalan-persoalan berikut:
Pertama, Allah SWT berjanji dan menjamin akan menjaganya.
Kedua, karena risalah Islam merupakan risalah
terakhir sehingga perundang-undangannya harus abaditidak boleh diubah,
terdistorsi dan diganti. Karena sekiranya pengubahan, pendistorsian dan
penggantian itu boleh dilakukan, maka manusia memerlukan sebuah kitab dan
seorang rasul yang baru, padahal AI-Quran akan tetap sampai hari kiamat dan
Muhammad saw. adalah penutup para nabi dan rasul.
Bukanlah
Muhammad itu ayah seseorang di antara lelaki kalian, melainkan ia rasulullah dan
penutup para nabi. (Al-Ahzab: 40)
Dengan demikian, maka Al-Quran wajib terjaga dari tahrif.
Sekiranya kita asumsikan bahwa ayat yang menjanjikan akan menjaga Al-Quran,
yaitu: "Sesungguhnya telah Kami turunkan AI-Quran dan sesungguhnya Kami akan
menjaganya", tidak ada, maka akal sendiri akan menghukumi tentang wajibnya
keterjagaan AI-Quran dari tahrif dan tabdil.
Ketiga, karena AI-Quran merupakan penutup kitab samawi, dan
bahwa mukjizat para nabi terdahulu pun tetap dinukil, maka hal itu mengharuskan
adanya mukjizat abadi yang membenarkan pengakuan penutup para nabi dan kebenaran
para nabi dan risalah-risalah samawi sebelumnya. Allah
berfirman:
Dan kitab
yang Kami wahyukan kepadamu ialah kitab yang benar, yang membenarkan apa yang
(disebutkan di dalam kitab-kitab) sebelumnya; sesungguhnya Allah Maha Mengetahui
dan Melihat hamba-hamba-Nya. (Fathir: 31)
Keempat, Allah SWT berjanji bahwa ayat-ayat-Nya tidak akan terputus,
melainkan akan berlanjut. Allah berfirman:
Akan Kami
tunjukkan kepada mereka ayat-ayat (tanda-tanda kekuasaan) Kami di sekitar jagat
raya dan pada diri mereka sendiri, sehingga jelas bagi mereka bahwa Al-Quran itu
benar. Dan apakah Tuhanmu tidak cukup (bagi kamu) bahwa sesungguhnya Dia
menyaksikan segala sesuatu? (Fushshilat: 53)
0 komentar:
Posting Komentar