RSS

Membongkar Dusta


Alih-alih membagikan kabar suka-cita Injil, Pendeta Rudy Muhamamd Nurdin mengemas penginjilan dengan cara-cara yang tidak terpuji. Semangat misionarisnya meledak-ledak untuk “menjala” kaum muslimin agar mau “terima Yesus” menjadi penganut Kristiani. Tetapi, ilmu dan wawasannya yang sangat dangkal tak sanggup mengimbangi semangatnya. Akibatnya, gerakannya zigzag, kacau dan tak terarah.
Dengan slogan Injili “cerdik seperti ular dan tulus seperti merpati,” Pendeta RM Nurdin menyebarkan doktrin kekristenan melalui belasan buku berkedok Islam. Salah satu buku yang judul dan sampulnya sangat islami, adalah “Ayat-ayat Penting di dalam Al-Qur’an.” Pada cover depan, judul buku ini ditulis pula dalam bahasa Arab “Al-Ayatul-Muhimmah Fil-Qur’an,” sementara pada cover belakang diberi label “Untuk Kalangan Sendiri,” supaya terkesan bahwa buku itu adalah bacaan internal umat Kristiani.

Ternyata label “Untuk Kalangan Sendiri” ini justru dilanggar sendiri oleh Pendeta Nurdin. Terbukti, pada halaman 10 ditulisnya bahwa bukunya disampaikan kepada semua pembaca yang beriman –termasuk umat Islam:

“...Buku ini untuk kusampaikan kepada kaka-kakakku, familiku dan semua saudara-saudaraku dan semua pembaca yang beriman” (baris ke-6 dari bawah).

Statemen ini dipertegas pada halaman 45, menuangkan harapan agar buku ini dibaca oleh semua umat Islam: “Semoga semua umat Islam membaca buku-bukuku dan selamat Akhirat Surga...” (baris ke-4 dari bawah).

Sikap plin-plan pendeta ini semakin diungkap sendiri oleh media Kristen. Dalam wawancara di tabloid Kristen, Pendeta Nurdin mengaku terus-terang bahwa sebenarnya buku tersebut memang untuk menohok iman umat Islam:

“Jadi, bukunya bukan untuk kalangan sendiri? Betul sekali. Tetapi, saya tulis ‘Untuk Kalangan Sendiri’ untuk menghindari hal-hal yang tak diinginkan. Kita harus cerdik seperti ular dan tulus seperti merpati…. Kemudian saya tulis buku Keselamatan di dalam Islam supaya mereka dapat mengetahui Injil melalui buku-buku saya. Sebagian isinya tulisan Arab. Tentu saja saya harus memahami tentang Islam terlebih dahulu. Saya juga punya Alkitab berbahasa Arab…” (baca wawancara: Supaya Mereka Dapat Mengetahui Injil Melalui Buku-Buku Saya).

Muhamad Nurdin memang pendeta supermunafik. Meski telah melakukan tipuan yang berarti kebohongan, tapi dia tidak merasa berdosa sedikit pun. Malah dia mengeluarkan himbauan kepada umat Kristen agar turut serta membantunya dalam pengedaran buku-buku yang ditulisnya kepada kaum muslimin. Dan yang lebih memprihatinkan lagi, Pendeta yang tinggal di kawasan Slipi, Jakarta Barat ini menjustifikasi tipuan dan kemunafikannya dengan ayat-ayat Alkitab. Nurdin berkilah bahwa penginjilannya itu sesuai dengan ajaran Alkitab:

“Demikianlah bagi orang Yahudi aku menjadi seperti orang Yahudi, supaya aku memenangkan orang-orang Yahudi. Bagi orang-orang yang hidup di bawah hukum Taurat aku menjadi seperti orang yang hidup di bawah hukum Taurat, sekalipun aku sendiri tidak hidup di bawah hukum Taurat, supaya aku dapat memenangkan mereka yang hidup di bawah hukum Taurat” (I Korintus 9: 20).

Ayat Bibel ini disimpulkan oleh Pendeta Nurdin bahwa untuk menghadapi orang Yahudi, harus pura-pura seperti Yahudi. Menghadapi kaum Muslim, harus berpura-pura seperti orang Islam. Maka untuk menjala umat Islam harus memakai Al-Qur’an.

Ulah misi Pendeta Nurdin ini jelas berbahaya bagi kerukunan umat beragama, karena bisa mengoyak keharmonisan hubungan Kristen dan Islam.

Awam Ilmu tapi Sok Tahu
Buku-buku Pendeta Nurdin dihiasi dengan judul dalam bahasa Arab. Umat Kristiani dan orang awam yang tidak mengerti bahasa Arab, akan menganggap bahwa Nurdin adalah pendeta pakar Al-Qur’an yang hebat. Padahal judul bahasa Arab dalam buku-buku itu salah semua.
Judul buku “Rahasia Allah Yang Paling Besar” diterjemahkan dengan bahasa Arab menjadi “Assirrullahi Al-Akbar.” Judul ini salah besar karena menyalahi kaidah bahasa. Judul yang tepat adalah “Sirrullahi Al-Akbar.”

Judul buku “Kebenaran Yang Benar” diterjemahkan dengan bahasa Arab menjadi “Ash-Shodiq Al-Mashduuq” adalah salah besar karena menyalahi judul bahasa Indonesia. “Ash-Shodiqul Mashduuq” artinya orang benar/jujur yang dibenarkan. Seharusnya judul “Kebenaran Yang Benar” diterjemahkan menjadi “Al-Haqiqoh Ash-Shodiq.”

Judul buku “Keselamatan Untuk Akhir Hayat” diterjemahkan dengan bahasa Arab menjadi “Salaamatul Aakhirotul Khoyat” adalah salah besar karena dalam bahasa Arab kalimat ini tidak dimengerti sama sekali. Seharusnya judul Arab yang benar adalah “Salaamatun li-Aakhirotil Hayat”

Buku yang judul Arabnya ditulis “Isa Alaihissalam fil-Qur’an” diterjemahkan dalam bahasa Indonesia menjadi “Isa Alaihi Salam Dalam Al Quraan yang Benar.” Judul ini salah karena terlalu panjang, tidak sesuai dengan judul Arab. Judul yang benar adalah “Isa Alaihissalam dalam Al-Quran.”

Keawaman ilmu ini sangat berbahaya jika dipaksakan oleh Pendeta Nurdin untuk menafsirkan ayat-ayat suci Al-Qur’an, lalu dituangkan dalam buku-buku kemudian dijual digereja sebagai alat penginjilan, dan dijadikan sebagai referensi oleh para mahasiswa yang diajarnya.

Kebohongan Pendeta Di Siang Bolong
Dalam kacamata Kristiani, teologi yang diajarkan Pak Pendeta Nurdin pun sangat memalukan sekaligus memilukan. Bila dibaca dengan teliti, hampir pada setiap lembar buku yang ditulisnya selalu ada kesalahan, baik kesalahan teologi maupun kaidah ilmiah penulisan.
Misalnya, pada halaman 77 buku “Ayat-ayat Penting di dalam Al-Qur’an,” disebutkan bahwa pencetus Pantekosta sama dengan pencetus Kharismatik, yaitu Nabi Muhammad. Maka Pendeta Nurdin mengaku sebagai penganut agama Islam Kharismatik Pantekosta. Inilah teologi ngawur dari Grogol.

Mungkin Pendeta Nurdin tidak pernah belajar Sejarah Gereja, sehingga tidak tahu (atau pura-pura tidak tahu?) bahwa gereja yang bermula dari Gerakan Pentakosta ini dirintis oleh Charles H Parham sejak tanggal 1 Januari 1901 di Sekolah Alkitab Bethel, Topeka, Kansas (SA). Gerakan Pentakosta ini mulai mekar pesat sejak 1906 dari pertemuan doa Azusa Street Mission, suatu kegiatan evangelisasi di kota Los Angeles yang dilakukan oleh Pendeta Negro William J Seymour. Sejak itu, Azusa Street menjadi pusat gerakan Pantekosta seluruh dunia.

Pada akhir tahun 1960-an terjadi lagi perkembangan di mana Gerakan Pantekosta tidak dikhususkan hanya untuk kaum Protestan, tapi juga terbuka untuk kaum Katolik, bahkan Katolik Roma sekalipun. Gerakan ini kemudian masyhur dengan nama Pentakosta Baru (Neopentacostalism) alias Gerakan Kharismatik.

Beberapa keyakinan gerakan ini antara lain: (1) Karunia berbahasa lidah (glosolalia) harus dialami oleh setiap orang yang dibaptiskan dalam roh (diurapi oleh Roh Kudus); (2) Di kalangan penganut ‘Toronto Blessing’ dipercayai gejala yang mirip itu menunjukkan bahwa “Roh Allah Melawat” dan ini biasa diiringi tanda-tanda lain seperti kesurupan, misalnya: “tertawa dalam roh” (holy laughter), “mabuk dalam roh” (drunken by the spirit), “bertumbangan” (slain by the spirit), dan bahkan dipercayai ada yang kemudian dapat “mengaum seperti singa” dan keanehan lainnya.

Dalam perkembangannya, setelah ibadat Toronto Blessingnya merosot, John Arnott mengajarkan ajaran baru ‘Mujizat Gigi Emas’ hanya berlandaskan penafsiran harfiah di luar konteks satu ayat Maz.81:11. Menurut Herlianto, konteks ayat ini berbicara mengenai pemeliharaan Allah atas Musa dan umat Israel yang keluar dari Mesir dan akan dipenuhi dengan makanan gandum terbaik dengan madu gunung di mulut mereka (Maz.81:17).

Bila kita mempelajari kaset video kebaktian di Toronto Airport Vineyard fellowship yang dipimpin John Arnott waktu mempraktekkan Toronto Blessing, kita dapat melihat dengan jelas bahwa banyak orang yang tidak berjatuhan namun langsung didorong agar jatuh, demikian juga ada wanita yang menendang-nendang dengan kakinya kearah sekelompok jemaat (no contact) dan kelompok itu berjatuhan. Inikah karya Roh Kudus atau ‘melecehkan’ Roh Kudus?

Dalam ajaran “Lawatan Roh Allah” dipercayai bahwa lawatan roh itu akan menghasilkan perilaku seperti “mabuk” bahkan diakui sebagai “mabuk dalam roh.”

Ketika kepenuhan roh, seseorang yang meyakininya bisa berbahasa lidah, yang tidak bisa dipahami oleh orang lain, kecuali oleh orang yang juga kepenuhan roh. Bunyi bahasa lidah itu misalnya: Syawalawalalala..., barabarabarababbaabaaa, kirrarrabaaassaa balabalabalabababa….. dst.

Dari uraian ini, Pendeta Nurdin harus membuktikan kebenaran tudingannya bahwa Nabi Muhammad adalah pencetus Pantekosta-Kharismatik. Kapan Nabi berbahasa lidah seperti orang kesurupan seperti itu?? Di buku sejarah mana tertulis Nabi Muhammad pernah “tertawa dalam roh,” “mabuk dalam roh,” dan “mengaum seperti singa”? Jika tidak bisa, maka ini berarti fitnah yang besar dan sama kejamnya dengan karikatur Jillands Posten.


  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

Membongkar Dusta


Kitabullah (Al-Qur’an) dibajak menjadi Alkitab (Bibel)

Dalam sebuah hadits Nabi SAW bersabda:
“Kutinggalkan untuk kamu dua perkara (pusaka), taklah kamu akan tersesat selama-lamanya, selama kamu masih berpegang kepada keduanya, yaitu Kitabullah dan Sunnah Rasul-Nya” (HR. Malik).
Makna “Kitabullah” dalam hadits ini adalah Al-Qur’an, sedangkan maksud “Sunnah Rasul-Nya” adalah Sunnah Nabi Muhammad, yaitu Hadits Nabi SAW. Hadits ini dibajak oleh Pendeta Nurdin menjadi:
“Kutinggalkan untuk kamu dua perkara (pusaka) tidaklah kamu akan tersesat selama-lamanya, selama kamu masih berpegang kepada keduanya, yaitu Alkitab dan Sunnah RasulNya (Kisah Para Rasul Alkitab)” (Ayat-ayat Penting di dalam Al-Quran, hlm. 3).

Pembajakan hadits ini karena Pendeta Nurdin buta terhadap kitab sucinya sendiri. Sebab kitab Kisah Para Rasul dalam Alkitab (Bibel) bahasa Arab disebut “A’malurrusul,” bukan “Sunnah Rasulih.”

Hadits lain yang dibajak Pendeta Nurdin adalah sabda Nabi SAW: “Sesungguhnya seseorang yang berpagi-pagi pergi mempelajari ayat-ayat dalam Kitabullah lebih baik yang seperti itu daripada mengerjakan mengerjakan sembahyang sunat seratus rekaat” (Hadits, Muqaddimah Al-Qur`an dan Terjemahnya, Departemen Agama RI, hlm. 108).

Setelah dibajak, hadits ini berubah total menjadi: “Sesungguhnya seseorang yang berpagi-pagi pergi mempelajari ayat-ayat dalam Alkitab lebih baik yang seperti itu daripada mengerjakan mengerjakan sembahyang sunat seratus rekaat” (Ayat-ayat Penting di dalam Al-Quran, hlm. 8).

Kata ganti Allah dibajak menjadi Yesus, supaya sesuai dengan doktrin Kristen tentang Ketuhanan Yesus

Allah SWT berfirman dalam Al-Qur‘an: “Al-Masih sekali-kali tidak enggan menjadi hamba bagi Allah, dan tidak (pula enggan) malaikat-malaikat yang terdekat (kepada Allah). Barangsiapa yang enggan dari menyembah-Nya, dan menyombongkan diri, nanti Allah akan mengumpulkan mereka semua kepada-Nya” (Qs. An-Nisa 172).

Ayat mulia tentang tauhid dan penolakan terhadap doktrin Kristen ketuhanan Nabi Isa ini, dibajak oleh Pendeta Nurdin, sehingga maknanya berubah total menjadi perintah untuk menyembah Nabi Isa (Yesus Kristus):

“Al-Masih sekali-kali tidak enggan menjadi hamba bagi Allah, dan tidak (pula enggan) malaikat-malaikat yang terdekat kepada Allah. Barangsiapa yang enggan dari menyembah-Nya (Almasih) dan menyombongkan diri, nanti Allah akan mengumpulkan mereka semua kepada-Nya” (Ayat-ayat Penting di dalam Al-Quran, hlm. 53).

Kata ganti Allah dibajak menjadi Taurat dan Injil

Ayat tentang kesempurnaan Al-Qur‘an dan keesaan Allah SWT: “(Al Quran) ini adalah penjelasan yang sempurna bagi manusia, dan supaya mereka diberi peringatan dengan-Nya, dan supaya mereka mengetahui bahwasanya Dia adalah Tuhan Yang Maha Esa dan agar orang-orang yang berakal mengambil pelajaran” (Qs. Ibrahim 52).

Ayat yang agung ini dibajak oleh Pendeta Nurdin dengan menambahkan kata Taurat dan Injil, supaya terkesan bahwa Alkitab (Bibel) milik umat Kristiani adalah kitab suci yang sempurna:

“Alquran ini adalah penjelasan yang cukup bagi manusia, dan supaya mereka diberi PERINGATAN dengan dia, dan supaya mereka mengetahui bahwasanya DIA (Taurat dan Injil Isa Allahi Salam) adalah Tuhan Yang Maha Esa dan agar orang-orang yang BERAKAL mengambil pelajaran” (Ayat-ayat Penting di dalam Al-Quran, hlm. 60, kutipan apa adanya dari buku Pendeta Nurdin).

Lafaz “Allah” dibajak menjadi “Allah Ruh Kudus,” untuk mendukung doktrin Trinitas Kristiani

Allah berfirman dalam Al-Qur‘an: “Mengapa kami tidak akan beriman kepada Allah dan kepada kebenaran yang datang kepada kami, padahal kami sangat ingin agar Tuhan kami memasukkan kami ke dalam golongan orang-orang yang saleh?” (Qs. Al-Ma‘idah 84).

Ayat ini dibajak oleh Pendeta Nurdin dengan mengganti lafaz “Allah” menjadi “Allah Ruh Ulkudus”:

“Mengapa kami tidak akan beriman kepada Allah Ruh Ulkudus dan kepada kebenaran yang datang kepada kami, padahal kami sangat ingin agar Tuhan kami memasukkan kami ke dalam golongan orang-orang yang saleh?” (Isa Alaihi Salam dalam Alquraan yang Benar, hlm. 19).

Pembajakan ini jelas bermaksud mempelesetkan Al-Qur‘an untuk mendukung doktrin Kristen tentang Trinitas, bahwa Tuhan terdiri dari 3 oknum, yaitu tuhan Bapak, tuhan Anak dan tuhan Roh Kudus

Pembajakan serupa dilakukan Pendeta Nurdin terhadap ayat: “Maka Allah memberi mereka pahala terhadap perkataan yang mereka ucapkan, (yaitu) surga yang mengalir sungai-sungai di dalamnya, sedang mereka kekal di dalamnya. Dan itulah balasan (bagi) orang-orang yang berbuat kebaikan (yang ikhlas keimanannya)” (Qs. Al-Ma`idah 85).

Setelah dibajak, ayat ini berubah menjadi:

“Maka Allah Ruh Ulkudus memberi mereka pahala terhadap perkataan yang mereka ucapkan (ucapan sesuai dengan iman), (yaitu) surga yang mengalir sungai-sungai (berkah) di dalamnya, sedang mereka KEKAL di dalamnya. Dan itulah balasan bagi orang-orang yang berbuat kebaikan yang ikhlas keimanannya” (Isa Alaihi Salam dalam Alquraan yang Benar, hlm. 19).

Kata “Al-Qur`an” dibajak menjadi “Alkitab” supaya kaum muslimin beriman kepada Bibel, kitab suci kristiani

Allah SWT berfirman tentang Al-Qur‘an sebagai kitab suci kebenaran: “Kitab (Al Quran ini) diturunkan oleh Allah Yang Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana. Sesunguhnya Kami menurunkan kepadamu Kitab (Al Quran) dengan (membawa) kebenaran. Maka sembahlah Allah dengan memurnikan ketaatan kepada-Nya” (Qs. Az-Zumar 1-2).

Ayat ini dibajak Pendeta Nurdin menjadi: “Kitab (Alkitab) diturunkan oleh Allah Yang Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana. Sesungguhnya KAMI menurunkan kepadamu Kitab (Alkitab) dengan membawa KEBENARAN. Maka sembahlah ALLAH dengan memurnikan ketaatan kepadaNya” (Kebenaran Yang Benar, hlm. 92).

Pembajakan ini adalah kesengajaan untuk menggiring kaum muslimin agar beralih dari kepada Alkitab (Bibel).

Ayat serupa yang menjadi korban pembajakan Pendeta Nurdin adalah:
“Sesungguhnya Kami menurunkan kepadamu Al Kitab (Al Quran) untuk manusia dengan membawa kebenaran; siapa yang mendapat petunjuk maka (petunjuk itu) untuk dirinya sendiri, dan siapa yang sesat maka sesungguhnya dia semata-mata sesat buat (kerugian) dirinya sendiri, dan kamu sekali-kali bukanlah orang yang bertanggung jawab terhadap mereka” (Qs. Az-Zumar 41).

Ayat ini dibajak Pendeta Nurdin menjadi: “Sesungguhnya Kami menurunkan kepadamu Alkitab untuk manusia dengan membawa kebenaran; siapa yang mendapat petunjuk maka petunjuk itu untuk dirinya sendiri, dan siapa yang sesat (tidak membaca Alkitab) maka sesungguhnya dia semata-mata sesat buat kerugian dirinya sendiri” (Kebenaran Yang Benar, hlm. 93).

Itulah sebagian contoh pembajakan ayat yang dilakukan oleh Pendeta Nurdin untuk melegitimasi doktrin Kristiani.


  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

Membongkar Dusta


Membongkar Dusta
Pendeta Rudy Muhamad Nurdin

Panasnya udara ibukota di kawasan Mampang, Minggu siang (5/3/2006) seolah terusir oleh kemeriahan acara dan makan-makan pada pertemuan doa awal tahun komunitas Batak marga Tambunan se-Jabotabek. Berbagai acara dan aneka hidangan khas Batak yang disajikan, sejenak bisa melupakan kesibukan ibukota yang makin rumit.

Di sela-sela acara “Partangiangan Bona Taon Tambunan Pangaraji Dohot Boruna Se-Jabotabek” yang diadakan di gedung pertemuan Hermina, Mampang, Jakarta Selatan itu, Pendeta Nurdin ditemani seorang putrinya, numpang bazar untuk memasarkan buku-buku Islamologi. Belasan buku-buku dengan judul dan desain sampul mirip bacaan Islam itu, semuanya ditulis sendiri oleh Pendeta Nurdin. Dengan sebuah meja berukuran 1 x 2 meter, Nurdin menggelar buku-buku Islamologi belasan judul. Di hadapannya dipampang kata promosi, “Menjala dan Menginjil,” dan “Sudahkah Anda Membaca Ungkapan-ungkapan Yang Luar Biasa Ini?”

Eros Dai, MA Qohar, dan MA Imran dari Majalah Tabligh menemui Pendeta Nurdin untuk wawancara. Sebelum mewawancarai Nurdin, kru Tabligh menemui Satpam. Dengan nada kesal Satpam itu mengatakan tidak tahu-menahu dengan Pendeta Nurdin, karena dia sama sekali tidak punya etika. Selonong boy, tanpa lapor, permisi atau minta izin berjualan di tempat orang.

Sesaat kemudian, kru Tabligh menemui Pendeta Nurdin. Setelah menyiapkan alat perekam suara, handycam dan kamera digital, Eros mengutarakan maksud baiknya untuk sekedar wawancara seputar buku-buku yang ditulis Nurdin. Tanpa banyak alasan, Pendeta Nurdin tidak bersedia diwawancara. Ia meminta wawancara dilakukan di lain waktu saja, dengan membuat appointment terlebih dahulu. Menindaklanjuti pembicaraan ini, maka Abu Mumtaz mengirim SMS ke HP Pendeta Nurdin untuk minta wawancara. Tanpa basa-basi, Nurdin menolak diwawancara. “Maaf saya tidak ada waktu,” jawab SMS Nurdin (18/03/2006 pukul 20:26 WIB).

Karena Nurdin tidak bersedia diwawancara, maka sebagai alternatif, kami turunkan wawancara Pendeta Nurdin dengan Hatorangan yang dimuat di tabloid Kristen Jemaat Indonesia edisi nomor 112, dengan merubah foto, judul dan pengantar.

Apa tujuan pelayanan Anda?

Tujuan pelayanan saya melalui buku, adalah untuk menyelamatkan umat Kristen. Selama ini umat Kristen sangat terjepit, seperti terlihat dari banyaknya gereja yang dirusak dan dibakar. Kalau umat Kristen hanya berdoa, saya kira kurang tepat. Sebab Firman Tuhan mengatakan supaya kita berdoa dan bekerja. Memang doa dapat menolong secara rohani, tetapi secara jasmani kita harus tetap bekerja.

Oleh sebab itu saya membuat buku agar dapat dibaca umat Kristen, untuk kemudian disalurkan kepada umat beragama lainnya. Buku-buku yang saya tulis berasal dari kitab suci mereka sendiri, yang isinya menguraikan tentang kebenaran.

Jadi tujuan penulisan buku untuk menghindari kesalahpahaman?

Betul sekali. Supaya mereka mengerti tentang ajarannya sendiri. Sebab seringkali mereka tidak diajarkan sesuai dengan yang tertulis dalam kitab sucinya. Caranya tentu saja harus dengan hati-hati. Jangan sampai ada vonis mati seperti untuk dokter Suradi dan Purnama. Hal itu terjadi karena mereka menjelek-jelekkan umat beragama lain. Saya ingin mengikuti rasul Paulus, juga Musa, yang memerlukan waktu untuk menyelamatkan umat Israel.

Jadi bukunya bukan untuk kalangan sendiri?

Betul sekali. Tetapi saya menulis “Untuk Kalangan Sendiri” untuk menghindari hal-hal yang tidak diinginkan. Jadi kita harus cerdik seperti ular dan tulus seperti merpati.

Bagaimana caranya?

Memang sangat sulit melayani orang yang tidak kenal Tuhan kita. Umumnya mereka tak mau menerimanya. Saya sendiri mencoba untuk mengajar sebagai dosen Islamologi yang benar. Mahasiswa umumnya menyambut baik mata kuliah saya. Karena tidak menyinggung agama lain.

Melalui buku-buku, saya menerangkan hal-hal bagus tentang mereka. Sehingga saya tidak dimusuhi baik oleh keluarga saya yang kebanyakan haji dan hajah, maupun oleh umat Islam pada umumnya. Saya mengikuti firman Tuhan dalam I Kor 9:20 yang berbunyi: “Demikianlah bagi orang Yahudi aku menjadi seperti orang Yahudi, supaya aku memenangkan orang-orang Yahudi.”

Di antara keluarga juga demikian, bila sedang bicara soal naik haji, saya ikut. Sehingga akhirnya bisa diterima dengan baik.

Sudah berapa lama pelayanan Anda berlangsung?

Pelayanan ini sudah berlangsung sejak tahun 1980. tetapi sampai tahun 1990 masih sangat terbatas, hanya satu buku. Tujuannya untuk menyelamatkan seluruh umat Kristen. Awalnya misteri tentang UFO (piring terbang) sedang melanda seluruh dunia. Di situlah saya menulis buku.

Tahun 1990 saya mulai belajar tentang Islamologi dengan benar. Buku-buku yang saya tulis dan beredar setelah itu kebanyakan tentang Islamologi.


Apa latar belakang pemilihan bidang Islamologi?

Karena kebanyakan umat Kristen membuat buku untuk kalangan sendiri saja, sehingga tak dapat menjangkau umat beragama lainnya. Bila membuat buku tentang keselamatan dalam Yesus, orang beragama lain pasti tak mau baca. Kemudian saya tulis buku Keselamatan Di Dalam Islam supaya mereka (umat Islam, red.) dapat mengetahui Injil melalui buku-buku saya. Sebagian isinya menggunakan tulisan Arab. Tentu saja saya harus memahami tentang Islam terlebih dahulu tentang Islam. Saya juga punya Alkitab berbahasa Arab yang digunakan umat Kristen di Arab.

Berapa banyak buku-buku yang sudah beredar?

Menurut pihak percetakan, sebuah buku tergolong “best seller” bila dalam lima tahun terjual 3.000 buku. Tetapi saya selaliknya, dalam tiga tahun telah terjual 5.000 buku. Setelah berlangsung 10 tahun, maka mungkin penjualan semua buku-buku (10 judul, red) mencapai ratusan ribu buah.

Apa peristiwa yang paling berkesan?

Yang paling mengesankan adalah timbulnya pertanyaan mengapa saya mengangkat agama lain? Sering saya harus menjelaskannya kembali.

Hal lain yang cukup mengesankan adalah banyaknya orang yang datang kemari minta didoakan bertobat dan menerima Yesus. Bahkan ada di antaranya yang akhirnya menjadi penginjil.

Apa himbauan Anda bagi umat Kristen?

Ikutilah jejak rasul Paulus. Di antara orang Yahudi harus seperti orang Yahudi. Umat Muslim sering marah karena tidak diajarkan sesuai dengan Al-Qur‘an. Apa salahnya kita menggunakan nama Isa sebagai pengganti Yesus? Bukankah nama tersebut lebih akrab bagi mereka? Yesus sendiri lahir dengan nama Yeshua Hamasiah. Jadi kalau berdoa kepada Yesus, Yeshua atau Isa, ya sama saja.

Sering sebuah nama menimbulkan pertentangan. Juga tak ada salahnya kita memperkenalkan Isa sebagai nabi terlebih dahulu, baru kemudian diperkenalkan sebagai Juruselamat.

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

SIAPAKAH TUHAN KITA ?


BENARKAH NAMA TUHAN ADALAH ALLAH ?
Assalamu'alaykum Wr. Wb.
Benarkah nama Tuhan adalah Allah ?
Pertanyaan ini mungkin pernah terlintas dihati umat Islam, apalagi melihat dari kenyataan yang ada dihadapan kita betapa beragamnya nama-nama yang ditujukan kepada Tuhan Yang Maha Kuasa oleh manusia disetiap jaman dan agama. Jika memang nama Tuhan adalah ALLAH, maka kenapa hampir semua umat manusia didunia ini berbeda dalam penyebutannya terhadap Tuhan ?
Kenapa ada yang menyebut-Nya dengan nama Yahweh, Jagad Dewa Batara, SANG Hyang Widhi dan sejumlah nama-nama lainnya ? Padahal al-Qur’an memberi informasi bahwa Tuhan telah mengirim para Rasul-Nya disetiap daerah, baik yang nama-namanya tercantum dalam al-Qur’an ataupun tidak.
Dan sesungguhnya Kami telah mengutus beberapa orang rasul sebelum kamu, di antara mereka ada yang Kami ceritakan kepadamu dan di antara mereka ada yang tidak Kami ceritakan kepadamu 
- Qs. 40 al-mu’min : 78
Tidak ada suatu umatpun melainkan telah ada padanya seorang pemberi peringatan - Qs. 35 faathir : 24
Kami tidak akan mengazab suatu kaum sebelum Kami mengutus seorang Rasul - Qs. 17 al-israa’ : 15
Jika memang setiap umat ada seorang Nabi dan Rasulnya, tentunya secara logika mereka akan memberikan ajaran agama yang sama dan jika ajaran agamanya sama, maka pastilah merekapun akan merujuk pada nama Tuhan yang sama, tidak mungkin Nabi A mengajarkan bahwa Tuhan itu adalah X dan Nabi B mengajarkan bahwa Tuhan itu adalah Y :
Kami tidak mengutus seorang Rasul sebelum kamu, melainkan Kami wahyukan kepadanya : "Bahwa tidak ada Tuhan melainkan Aku, maka sembahlah Aku oleh kamu semua" - Qs. 21 al-anbiya : 25
Nabi-nabi itu adalah bersaudara yang bukan satu ibu ibunya bermacam-macam, namun agamanya satu – Hadis Riwayat Muslim dan Abu Daud
Lalu kenapa perbedaan penyebutan kepada nama Tuhan ini bisa terjadi ? Apakah perbedaan ini terjadi semata karena perbuatan manusia yang mengadakan perubahan ? atau ada faktor lain yang bisa dijelaskan ?
Ternyata bila kita gali lebih jauh kedalam al-Qur’an, akan ditemukanlah kenyataan yang logis bahwa perbedaan tersebut terjadi karena adanya perbedaan bahasa pada masing-masing Nabi-Nya.
Kami tidak mengutus seorang Rasulpun, melainkan dengan bahasa kaumnya supaya ia dapat memberi penjelasan dan dimengerti oleh mereka - Qs. 14 Ibrahim : 4
Jadi, para Rasul ini tidak mungkin kesuatu daerah dengan bahasa yang tidak di kuasai dan tidak dimengerti oleh umatnya, karena pasti dakwah yang disampaikan menjadi sia-sia. Karena itu pula menjadi sangat wajar bila al-Qur’an turun menggunakan bahasa Arab, sebab Nabi Muhammad selaku penerimanya juga berbahasa Arab dan berdomisili ditanah Arab dengan ruang lingkup pergaulan orang-orang Arab juga, maka jika al-Qur’an tidak mempergunakan bahasa Arab maka tentulah lawan bicara Nabi akan bingung dan tidak bisa mengerti apalagi memahami dakwah yang disampaikan, malah mungkin menjadi beban untuk Nabi sendiri.
Dan seandainya Kami menjadikan al-Qur'an itu suatu bacaan dalam bahasa selain bahasa Arab tentulah mereka bertanya : "Mengapa tidak dijelaskan ayat-ayatnya ? Apakah (patut al-Qur'an) dalam bahasa asing sedang (Rasul adalah orang) Arab ? - Qs. 41 Fushsilat : 44
Jadi kembali pada pemakaian istilah Allah didalam Islam, jelas merujuk pada bahasa yang dipergunakan oleh Nabi Muhammad. Namun ini semua tidak mengindikasikan bahwa pada masanya, Nabi Musa maupun Jesus atau Nabi ‘Isa juga menyebut istilah Allah ditengah kaumnya, begitupula para Nabi lain dibanyak penjuru dunia ini dari berbagai derah. Sebab sesuai dengan pernyataan al-Qur'an sendiri bahwa setiap wahyu itu diturunkan berdasarkan bahasa asal daerah Nabi yang bersangkutan.

Untuk itu juga Allah berfirman :
Serulah Allah atau serulah Yang Maha Pengasih (ar-Rahman) Dengan nama apa saja kamu menyeru Dia; maka Dia memiliki nama-nama yang indah (asma-ul-husna) - Qs. 17 al-Israa’ : 110
Dari ayat diatas, jelas bahwa al-Qur'an memperkenalkan Tuhan yang universal, serulah Tuhan dengan nama apapun yang baik dan indah serta tentunya tidak mengandung unsur yang bertentangan dengan sifat-sifat kemuliaan-Nya.
Sehubungan dengan penamaan Allah ini juga, seorang mantan biarawati yang sekarang memeluk Islam, Hj. Irena Handono, et al (lihat buku : Islam Dihujat, Menjawab Buku The Islamic Invasion (Karya Robert Morey), Penerbit Bima Rodheta, Kudus, 2004, hal. 82-83) menyatakan bahwa istilah Elohim yang terdapat dikitab Perjanjian Lama, yang berasal dari bahasa Ibrani asli memiliki akar kata eloh (alef-lamed-heh) dalam bahasa Ibrani-Paleo yang bisa dibaca dengan beberapa cara tanpa tanda bacanya. Istial el memiliki arti Tuhan (God), dewa, kemampuan, kekuatan dan lain-lain.; Satu dari dasar kata Ibrani untuk Tuhan (eloh) dapat dengan mudah dibaca sebagai alah tanpa tanda baca sehingga tidak terlalu heran bilamana kata Arab untuk Tuhan menurutnya adalah Allah. Kata tersebut adalah tulisan standar atau tulisan Estrangela yang dieja alap-lamad-heh (ALH) yang berhubungan langsung dengan kata Ibrani Eloh. Bahkan masih menurut beliau, Ezra dan Nabi Daniel memanggil Tuhan dengan nama Elah, panggilan yang nyaris sama juga bisa dilihat dari rintihan Yesus dikayu salib yang ditulis dalam bahasa Aramaic : Eloi, Eloi, Lama Sabachtani (Lihat : Kitab Perjanjian Baru, Injil Markus 15:34 dan Injil Matius 27:46)
Terlepas dari ini semua adalah suatu hal yang pasti bahwa bahasa Arab bukan satu-satunya bahasa yang ada ditengah masyarakat; oleh karena itu secara logika keberagaman penyebutan terhadap Tuhan tidak dapat dihindari. Katakanlah seperti bangsa Afrika Selatan (Zulu) menyebut Tuhan dengan nama uMVELINQANGI, umat India mengenal istilah PRAMATMA, Bangsa Aborigin di Australia Selatan memanggil Tuhannya dengan istilah ATMATU dan sebagainya (Lihat : Ahmed Deedat, Allah dalam dalam Yahudi, Masehi, Islam, terj.H. Salim Basyarahil, H. Mul Renreng, Penerbit Gema Insani Press, Jakarta, 1994, hal. 21-28)
Bahkan menurut salah seorang ahli tafsir al-Qur’an, M. Quraish Shihab menyatakan bahwa wahyu-wahyu pertama yang turun kepada Nabi Muhammad juga tidak mempergunakan istilah Allah untuk kata ganti Tuhan melainkan memakai istilah Rabbuka dan baru pada wahyu ke-7 yaitu surah ke-87 istilah Allah diperkenalkan kedalam al-Qur’an. (Lihat : Dr. Muhammad Quraish Shihab, M.A. Wawasan Al-Quran : Tafsir Maudhu’I atas pelbagai persoalan umat, Penerbit Mizan, Bandung, 1996, dalam Catatan kaki hal. 23-24)
Kata Allah sendiri terbentuk dari kata AL dan iLah (lihat Abu Iman 'Abd ar-Rahman Robert Squires, www.muslim-answers.org/allah.htm, dalam "Who is ALLAH") , dimana kata AL sama seperti penggunaan kata THE dalam bahasa Inggris, yaitu sebagai kata sandang atau penegasan tertentu. Sementara kata iLah memiliki arti Tuhan. Sehingga istilah Allah berarti Tuhan yang satu itu.
Dan konsep ini sesuai dengan pengajaran para Nabi :
Dialah Allah yang Satu Tempat semuanya bergantung ;Tidak pernah Dia beranak dan tidak pula pernah Dia diperanakkan Tidak ada sesuatu apapun yang sama dengan-Nya - Qs. 112 al-Ikhlas : 1 - 4
Jawab Yesus: Hukum yang terutama ialah: Dengarlah, hai orang Israel, Tuhan Allah kita, Tuhan itu Esa. - Perjanjian Baru : Injil Markus 12:29
Engkau diberi melihatnya untuk mengetahui, bahwa Tuhanlah Allah, tidak ada yang lain kecuali Dia - Perjanjian Lama : Kitab Ulangan 4:35
Dengarlah, hai orang Israel: TUHAN itu Allah kita, TUHAN itu esa - Perjanjian Lama : Kitab Ulangan 6:4
Dengan demikian maka semakin jelas bahwa perbedaan yang terjadi akibat pengaruh bahasa tidak mengajarkan kepada kita untuk menjadikannya sebagai alasan bersikap egois dalam beragama.
Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari laki-laki dan perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal-mengenal - Qs. 49 al-hujuraat : 13
Tuhan telah memilih umat Islam sebagai umat yang terbaik, oleh karena itu mari kita jaga dan kita buktikan kepada umat lainnya bahwa umat Islam memang umat yang menyebarkan perdamaian, menjadi rahmat untuk semua alam.
Kamu adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia, menyuruh kepada yang benar, dan mencegah dari yang mungkar, dan beriman kepada Allah. - Qs. 3 ali Imron : 110
Demikianlah Kami jadikan kamu suatu ummat yang adil dan pilihan agar kamu menjadi saksi atas manusia dan agar Rasul menjadi saksi atas diri kamu - Qs. 2 al-Baqarah : 143
Hendaknya kamu jadi manusia yang lurus karena Allah, menjadi saksi dengan adil, dan janganlah kebencian kamu kepada suatu kaum, membuat kamu bersikap tidak adil, berlakulah adil. Sebab itu lebih dekat pada ketaqwaan - Qs. 5 al-Maidah : 8
Pertanyaan baru akan timbul, yaitu bolehkah umat Islam menyebut Tuhan dengan nama-nama dari bahasa-bahasa non-Arab ? Secara bijaksana kita bisa menjawabnya boleh-boleh saja, toh kita di Indonesia juga menggunakan istilah Tuhan untuk menggantikan istilah Robb, dan itu tidak perlu dipermasalahkan.
Hanya saja yang perlu diwaspadai oleh umat Islam adalah jangan sampai terjebak pada nama-nama yang mengarah pada keberhalaan (bersifat syirik), sebagaimana firman Allah sendiri :
Dan tinggalkanlah orang-orang yang menyimpang dari kebenaran dalam menyebut nama-namaNya, Kelak, mereka akan mendapatkan balasan terhadap apa yang mereka kerjakan - Qs. 7 al-a’raaf : 180 Wassalam,

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

ASMAUL HUSNA


JUMLAH ASMA ULHUSNA
Assalamu'alaykum Wr. Wb.
Benarkah jumlah asma-ul-Husna adalah 99 ?
Al-Qur’an tidak berbicara apa-apa menyangkut jumlah nama-nama Tuhan yang dikenal dengan istilah asmaul-husna, adapun keterangan yang menyebutkan jumlahnya sebanyak sembilan puluh sembilan hanya bisa didapati dari sejumlah Hadis Nabi, seperti :
Sesungguhnya Allah memiliki 99 nama,
barangsiapa hafal mencakup keseluruhannya, dia masuk syurga. - Hadis riwayat Bukhari
Sesungguhnya Allah memiliki 99 nama, barangsiapa memeliharanya, dia masuk syurga. – Hadis riwayat Turmudzi dari Abu hurairah
Selain kedua riwayat diatas, Ibnu Majah yang juga salah seorang periwayat hadis terkenal telah meriwayatkan jumlah asmaul-husna sampai 114 nama (jadi ada 15 nama lebih banyak dari riwayat Turmudzi dan Bukhari yang hanya berjumlah 99). Begitu juga dengan Imam Thabrani yang meriwayatkan sampai 130 nama, sementara al-Qurtubhy menyebutkan hanya sampai 117 nama saja[1].
Mengomentari adanya perbedaan dalam jumlah asmaul-husna itu menurut Imam Baihaqi lebih disebabkan adanya campur tangan dari perawi hadist itu sendiri, baik berupa pendapat pribadi, penambahan ataupun pengurangannya.
Dengan demikian, secara global bisa kita katakan bahwa Tuhan memiliki asma-ulhusna yang tidak akan bisa tergenggam dalam suatu cakupan dan tidak terbatas dalam hitungan, karena secara alamiah, kesemua sifat-Nya telah terbentang didalam setiap bentuk ciptaan-Nya diseluruh semesta raya.
Katakanlah : Jika laut menjadi tinta untuk (menulis) kalimat-kalimat Tuhanku, pasti akan habis laut itu sebelum usai kalimat-kalimat Tuhanku (tertulis), meskipun (lalu) kita datangkan tambahan (laut) sebanyak itu juga ! - Qs. 18 al-kahf : 109
Nama-nama Tuhan berfungsi sebagai perantara Tuhan dengan alam ciptaan-Nya agar semua ciptaan-Nya tersebut kenal dengan diri-Nya dan bisa memanggil-Nya jadi dalam hal ini setiap nama-nama-Nya haruslah dipahami sebagai cara Tuhan menjalin hubungan dengan hasil kreasi-Nya (yaitu para makhluk-Nya).
Didalam salah satu do’anya, Nabi Muhammad berkata :
Aku memohon kepada-Mu dengan setiap nama yang Engkau miliki, Engkau menamakannya untuk diri-Mu, atau nama yang telah Engkau turunkan dalam kitab-Mu atau yang telah Engkau ajarkan kepada seorang diantara makhluk-Mu, atau yang Engkau punyai dalam ilmu ghaib disisi-Mu. - Hadis riwayat Ahmad dan Ibnu Hibban

Berikut variasi asma-ul-husna dari versi orang yang meriwayatkannya :
99 ASMA-UL-HUSNA MENURUT VERSI BUKHARI & TURMUDZI
1. ar-Rohman Maha Pengasih
2. ar-Rohim Maha Penyayang
3. al-Malik Maha Merajai
4. al-Quddus Maha Suci
5. as-Salam Maha Penyelamat
6. al-Mukmin Maha Mengamankan
7. al-Muhaimin Maha Pembela
8. al-Aziz Maha Mulia
9. al-Jabbar Maha Pemaksa
10. al-Mutakabbir Maha Besar
11. al-Khaliq Maha Pencipta
12. al-Mushawwir Maha Pembentuk
13. al-Ghaffar Maha Pengampun
14. al-Qahir Maha Keras
15. al-Wahhab Maha Pemberi
16. ar-Razzaq Maha Penganugerah
17. al-Fattah Maha Pembuka
18. al-Alim Maha Mengetahui
19. al-Qabidh Maha Memegang
20. al-Basith Maha Menghamparkan
21. al-Khafidh Maha Memudahkan
22. ar-Rafi’ Maha Mengangkat
23. al-Mu’iz Maha Memuliakan
24. al-Muzil Maha Merendahkan
25. as-Sami’ Maha Mendengar
26. al-Bashir Maha Melihat
27. al-Hakam Maha Bijaksana
28. al-Adlu Maha Adil
29. al-Latif Maha Halus
30. al-Khabir Maha Selidik
31. al-Halim Maha Penyantun
32. al-Azhim Maha Agung
33. al-Ghafur Maha Pengampun
34. as-Syakur Maha Mensyukuri
35. al-Aliyya Maha Tinggi
36. al-Kabir Maha Besar
37. al-Hafizh Maha Melindungi
38. al-Muqith Maha Menentukan
39. al-Hasib Maha Memperhitungkan
40. al-Jalil Maha Utama
41. al-Karim Maha Mulia
42. al-Raqib Maha Pengawas
43. al-Mujib Maha Memperkenankan
44. al-Wasi’ Maha Luas
45. al-Hakim Maha Bijaksana
46. al-Wadud Maha Cinta
47. al-Majid Maha Jaya
48. al-Ba’its Maha Pembangkit
49. as-Syahid Maha Menyaksikan
50. al-Haq Maha Hak
51. al-Wakil Maha Mengatasi
52. al-Qawiyyu Maha Kuat
53. al-Matin Maha Teguh
54. al-Waliyyu Maha Setia
55. al-Hamid Maha Terpuji
56. al-Muhshi Maha Menghitung
57. al-Mubdi’u Maha Memulai
58. al-Mu’id Maha Mengembalikan
59. al-Muhyi Maha Menghidupkan
60. al-Mumit Maha Mematikan
61. al-Hayyu Maha Hidup
62. al-Qayyim Maha Tegak
63. al-Wajid Maha Mengadakan
64. al-Maajid Maha Mulia
65. al-Wahid Maha Esa
66. al-Ahad Maha Esa
67. as-Shamad Maha Pergantungan
68. al-Qadir Maha Kuasa
69. al-Muqtadir Maha Pemberi Kuasa
70. al-Muqaddim Maha Mendahulukan
71. al-Muakhir Maha Mengakhirkan
72. al-Awwal Maha Permulaan
73. al-Akhir Maha Kemudian
74. az-Zhahir Maha Zhahir
75. al-Bathin Maha Bathin
76. al-Wali Maha Melindungi
77. al-Muta’alli Maha Meninggikan
78. al-Barr Maha Penyantun
79. at-Tawwabu Maha Penerima Tobat
80. al-Muna’am Maha Pemberi nikmat
81. al-Muntiqam Maha Pembela
82. al-Afuwwu Maha Pemaaf
83. ar-Ra’uf Maha Belas Kasih
84. Malikul-Muluk Maha Raja di raja
85. Zul Jalali Wal Ikram Maha Luhur dan Mulia
86. al-Muqsith Maha Menimbang
87. al-Jami’ Maha Mengumpulkan
88. al-Ghani Maha Kaya
89. al-Mughni Maha Mengkayakan
90. al-Mani Maha Menghalangi
91. ad-Dharr Maha Memudharatkan
92. an-Nafi’ Maha Pemaaf
93. an-Nur Maha Cahaya
94. al-Hadi Maha Menunjuki
95. al-Badi Maha Pencipta yang baru
96. al-Baqi Maha Kekal
97. al-Warits Maha Pewaris
98. ar-Rasyid Maha Cendikiawan
99. as-Shabur Maha Penyabar

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

NAMA TUHAN


BENARKAH NAMA TUHAN ADALAH ALLAH ?
Assalamu'alaykum Wr. Wb.
Benarkah nama Tuhan adalah Allah ?
Pertanyaan ini mungkin pernah terlintas dihati umat Islam, apalagi melihat dari kenyataan yang ada dihadapan kita betapa beragamnya nama-nama yang ditujukan kepada Tuhan Yang Maha Kuasa oleh manusia disetiap jaman dan agama. Jika memang nama Tuhan adalah ALLAH, maka kenapa hampir semua umat manusia didunia ini berbeda dalam penyebutannya terhadap Tuhan ?
Kenapa ada yang menyebut-Nya dengan nama Yahweh, Jagad Dewa Batara, SANG Hyang Widhi dan sejumlah nama-nama lainnya ? Padahal al-Qur’an memberi informasi bahwa Tuhan telah mengirim para Rasul-Nya disetiap daerah, baik yang nama-namanya tercantum dalam al-Qur’an ataupun tidak.
Dan sesungguhnya Kami telah mengutus beberapa orang rasul sebelum kamu, di antara mereka ada yang Kami ceritakan kepadamu dan di antara mereka ada yang tidak Kami ceritakan kepadamu
- Qs. 40 al-mu’min : 78
Tidak ada suatu umatpun melainkan telah ada padanya seorang pemberi peringatan - Qs. 35 faathir : 24
Kami tidak akan mengazab suatu kaum sebelum Kami mengutus seorang Rasul - Qs. 17 al-israa’ : 15
Jika memang setiap umat ada seorang Nabi dan Rasulnya, tentunya secara logika mereka akan memberikan ajaran agama yang sama dan jika ajaran agamanya sama, maka pastilah merekapun akan merujuk pada nama Tuhan yang sama, tidak mungkin Nabi A mengajarkan bahwa Tuhan itu adalah X dan Nabi B mengajarkan bahwa Tuhan itu adalah Y :
Kami tidak mengutus seorang Rasul sebelum kamu, melainkan Kami wahyukan kepadanya : "Bahwa tidak ada Tuhan melainkan Aku, maka sembahlah Aku oleh kamu semua" - Qs. 21 al-anbiya : 25
Nabi-nabi itu adalah bersaudara yang bukan satu ibu ibunya bermacam-macam, namun agamanya satu – Hadis Riwayat Muslim dan Abu Daud
Lalu kenapa perbedaan penyebutan kepada nama Tuhan ini bisa terjadi ?
Apakah perbedaan ini terjadi semata karena perbuatan manusia yang mengadakan perubahan ? atau ada faktor lain yang bisa dijelaskan ?
Ternyata bila kita gali lebih jauh kedalam al-Qur’an, akan ditemukanlah kenyataan yang logis bahwa perbedaan tersebut terjadi karena adanya perbedaan bahasa pada masing-masing Nabi-Nya.
Kami tidak mengutus seorang Rasulpun, melainkan dengan bahasa kaumnya supaya ia dapat memberi penjelasan dan dimengerti oleh mereka - Qs. 14 Ibrahim : 4
Jadi, para Rasul ini tidak mungkin kesuatu daerah dengan bahasa yang tidak di kuasai dan tidak dimengerti oleh umatnya, karena pasti dakwah yang disampaikan menjadi sia-sia. Karena itu pula menjadi sangat wajar bila al-Qur’an turun menggunakan bahasa Arab, sebab Nabi Muhammad selaku penerimanya juga berbahasa Arab dan berdomisili ditanah Arab dengan ruang lingkup pergaulan orang-orang Arab juga, maka jika al-Qur’an tidak mempergunakan bahasa Arab maka tentulah lawan bicara Nabi akan bingung dan tidak bisa mengerti apalagi memahami dakwah yang disampaikan, malah mungkin menjadi beban untuk Nabi sendiri.
Dan seandainya Kami menjadikan al-Qur'an itu suatu bacaan dalam bahasa selain bahasa Arab tentulah mereka bertanya : "Mengapa tidak dijelaskan ayat-ayatnya ? Apakah (patut al-Qur'an) dalam bahasa asing sedang (Rasul adalah orang) Arab ? - Qs. 41 Fushsilat : 44
Jadi kembali pada pemakaian istilah Allah didalam Islam, jelas merujuk pada bahasa yang dipergunakan oleh Nabi Muhammad. Namun ini semua tidak mengindikasikan bahwa pada masanya, Nabi Musa maupun Jesus atau Nabi ‘Isa juga menyebut istilah Allah ditengah kaumnya, begitupula para Nabi lain dibanyak penjuru dunia ini dari berbagai derah. Sebab sesuai dengan pernyataan al-Qur'an sendiri bahwa setiap wahyu itu diturunkan berdasarkan bahasa asal daerah Nabi yang bersangkutan.

Untuk itu juga Allah berfirman :
Serulah Allah atau serulah Yang Maha Pengasih (ar-Rahman) Dengan nama apa saja kamu menyeru Dia; maka Dia memiliki nama-nama yang indah (asma-ul-husna) - Qs. 17 al-Israa’ : 110
Dari ayat diatas, jelas bahwa al-Qur'an memperkenalkan Tuhan yang universal, serulah Tuhan dengan nama apapun yang baik dan indah serta tentunya tidak mengandung unsur yang bertentangan dengan sifat-sifat kemuliaan-Nya.
Sehubungan dengan penamaan Allah ini juga, seorang mantan biarawati yang sekarang memeluk Islam, Hj. Irena Handono, et al (lihat buku : Islam Dihujat, Menjawab Buku The Islamic Invasion (Karya Robert Morey), Penerbit Bima Rodheta, Kudus, 2004, hal. 82-83) menyatakan bahwa istilah Elohim yang terdapat dikitab Perjanjian Lama, yang berasal dari bahasa Ibrani asli memiliki akar kata eloh (alef-lamed-heh) dalam bahasa Ibrani-Paleo yang bisa dibaca dengan beberapa cara tanpa tanda bacanya. Istial el memiliki arti Tuhan (God), dewa, kemampuan, kekuatan dan lain-lain.; Satu dari dasar kata Ibrani untuk Tuhan (eloh) dapat dengan mudah dibaca sebagai alah tanpa tanda baca sehingga tidak terlalu heran bilamana kata Arab untuk Tuhan menurutnya adalah Allah. Kata tersebut adalah tulisan standar atau tulisan Estrangela yang dieja alap-lamad-heh (ALH) yang berhubungan langsung dengan kata Ibrani Eloh. Bahkan masih menurut beliau, Ezra dan Nabi Daniel memanggil Tuhan dengan nama Elah, panggilan yang nyaris sama juga bisa dilihat dari rintihan Yesus dikayu salib yang ditulis dalam bahasa Aramaic : Eloi, Eloi, Lama Sabachtani (Lihat : Kitab Perjanjian Baru, Injil Markus 15:34 dan Injil Matius 27:46)
Terlepas dari ini semua adalah suatu hal yang pasti bahwa bahasa Arab bukan satu-satunya bahasa yang ada ditengah masyarakat; oleh karena itu secara logika keberagaman penyebutan terhadap Tuhan tidak dapat dihindari. Katakanlah seperti bangsa Afrika Selatan (Zulu) menyebut Tuhan dengan nama uMVELINQANGI, umat India mengenal istilah PRAMATMA, Bangsa Aborigin di Australia Selatan memanggil Tuhannya dengan istilah ATMATU dan sebagainya (Lihat : Ahmed Deedat, Allah dalam dalam Yahudi, Masehi, Islam, terj.H. Salim Basyarahil, H. Mul Renreng, Penerbit Gema Insani Press, Jakarta, 1994, hal. 21-28)
Bahkan menurut salah seorang ahli tafsir al-Qur’an, M. Quraish Shihab menyatakan bahwa wahyu-wahyu pertama yang turun kepada Nabi Muhammad juga tidak mempergunakan istilah Allah untuk kata ganti Tuhan melainkan memakai istilah Rabbuka dan baru pada wahyu ke-7 yaitu surah ke-87 istilah Allah diperkenalkan kedalam al-Qur’an. (Lihat : Dr. Muhammad Quraish Shihab, M.A. Wawasan Al-Quran : Tafsir Maudhu’I atas pelbagai persoalan umat, Penerbit Mizan, Bandung, 1996, dalam Catatan kaki hal. 23-24)
Kata Allah sendiri terbentuk dari kata AL dan iLah (lihat Abu Iman 'Abd ar-Rahman Robert Squires, www.muslim-answers.org/allah.htm, dalam "Who is ALLAH") , dimana kata AL sama seperti penggunaan kata THE dalam bahasa Inggris, yaitu sebagai kata sandang atau penegasan tertentu. Sementara kata iLah memiliki arti Tuhan. Sehingga istilah Allah berarti Tuhan yang satu itu.
Dan konsep ini sesuai dengan pengajaran para Nabi :
Dialah Allah yang Satu Tempat semuanya bergantung ;Tidak pernah Dia beranak dan tidak pula pernah Dia diperanakkan Tidak ada sesuatu apapun yang sama dengan-Nya - Qs. 112 al-Ikhlas : 1 - 4
Jawab Yesus: Hukum yang terutama ialah: Dengarlah, hai orang Israel, Tuhan Allah kita, Tuhan itu Esa. - Perjanjian Baru : Injil Markus 12:29
Engkau diberi melihatnya untuk mengetahui, bahwa Tuhanlah Allah, tidak ada yang lain kecuali Dia - Perjanjian Lama : Kitab Ulangan 4:35
Dengarlah, hai orang Israel: TUHAN itu Allah kita, TUHAN itu esa - Perjanjian Lama : Kitab Ulangan 6:4

Dengan demikian maka semakin jelas bahwa perbedaan yang terjadi akibat pengaruh bahasa tidak mengajarkan kepada kita untuk menjadikannya sebagai alasan bersikap egois dalam beragama.
Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari laki-laki dan perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal-mengenal - Qs. 49 al-hujuraat : 13
Tuhan telah memilih umat Islam sebagai umat yang terbaik, oleh karena itu mari kita jaga dan kita buktikan kepada umat lainnya bahwa umat Islam memang umat yang menyebarkan perdamaian, menjadi rahmat untuk semua alam.
Kamu adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia, menyuruh kepada yang benar, dan mencegah dari yang mungkar, dan beriman kepada Allah. - Qs. 3 ali Imron : 110
Demikianlah Kami jadikan kamu suatu ummat yang adil dan pilihan agar kamu menjadi saksi atas manusia dan agar Rasul menjadi saksi atas diri kamu - Qs. 2 al-Baqarah : 143
Hendaknya kamu jadi manusia yang lurus karena Allah, menjadi saksi dengan adil, dan janganlah kebencian kamu kepada suatu kaum, membuat kamu bersikap tidak adil, berlakulah adil. Sebab itu lebih dekat pada ketaqwaan - Qs. 5 al-Maidah : 8
Pertanyaan baru akan timbul, yaitu bolehkah umat Islam menyebut Tuhan dengan nama-nama dari bahasa-bahasa non-Arab ? Secara bijaksana kita bisa menjawabnya boleh-boleh saja, toh kita di Indonesia juga menggunakan istilah Tuhan untuk menggantikan istilah Robb, dan itu tidak perlu dipermasalahkan.
Hanya saja yang perlu diwaspadai oleh umat Islam adalah jangan sampai terjebak pada nama-nama yang mengarah pada keberhalaan (bersifat syirik), sebagaimana firman Allah sendiri :
Dan tinggalkanlah orang-orang yang menyimpang dari kebenaran dalam menyebut nama-namaNya, Kelak, mereka akan mendapatkan balasan terhadap apa yang mereka kerjakan - Qs. 7 al-a’raaf : 180 Wassalam,

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

KEBENARAN TUHAN ITU SATU


BENARKAH TUHAN ITU SATU ?

Benarkah Tuhan itu satu ?
Secara kontekstual, sebenarnya hampir semua kitab suci yang ada, termasuk tiga kitab suci yang diyakini oleh mayoritas manusia didunia yaitu Taurat, Injil dan al-Qur’an (terlepas apakah itu Kitab Taurat dan Injil yang ada dalam bentuknya sekarang ini yaitu Kitab Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru) semuanya bercerita tentang ketunggalan Tuhan dari sekutu.
Engkau diberi melihatnya untuk mengetahui, bahwa Tuhanlah Allah, tidak ada yang lain kecuali Dia
- Perjanjian Lama : Kitab Ulangan 4:35
Dengarlah, hai orang Israel: TUHAN itu Allah kita, TUHAN itu esa
- Perjanjian Lama : Kitab Ulangan 6:4
Jawab Yesus: Hukum yang terutama ialah: Dengarlah, hai orang Israel, Tuhan Allah kita, Tuhan itu Esa. - Perjanjian Baru : Kitab Injil Markus 12:29
Dan Tuhan kamu adalah Tuhan yang satu; Tidak ada Tuhan melainkan Dia, yang Pemurah lagi Penyayang. - Qs. 2 al-Baqarah : 163
Allah, tidak ada Tuhan selain Dia. - Qs. 4 an-Nisaa': 87
Sungguh, tidaklah Dia, melainkan Tuhan yang satu
- Qs. 6 al-An'am : 19
Dialah Allah yang Satu - Qs. 112 al-Ikhlas : 1 - 4
Kenapa Tuhan itu harus ada satu ? berikut logika yang ditawarkan al-Qur’an :
Seandainya di langit dan di bumi ada Tuhan-tuhan selain Allah, tentulah keduanya itu (langit dan bumi) sudah rusak binasa !
- Qs. 21 al-anbiyaa’ : 22
Disini manusia dituntut memainkan logika manusiawinya, bahwa tidaklah mungkin ada dua raja dalam satu negara, begitupun yang berhubungan dengan ketuhanan, tidak akan mungkin bisa tercipta keteraturan dan keseimbangan dialam semesta raya ini jika Tuhannya lebih dari satu. Sebab bila demikian, masing-masing Tuhan akan merasa lebih benar dan merasa lebih bangga terhadap hasil ciptaan-Nya dan akan menumbuhkan pertentangan diantara Tuhan itu sendiri, lalu jika ini sampai terjadi, maka Tuhan sudah tidak ubahnya dengan makhluk-Nya yang memiliki banyak kekurangan dan sifat tercela, dengan demikian maka memang tidaklah mungkin Tuhan itu berbilang.
Semua alam raya ini merupakan penampakan nyata keberadaan Tuhan yang satu, keanekaragaman makhluk adalah manifestasi sifat-sifat ke-mahaan-Nya. Dalam bahasa yang lebih sederhana, Tuhan telah menciptakan jutaan cermin diri-Nya melalui karya kreatif-Nya pada seisi alam namun semuanya hanya sekedar pantulan dari diri yang satu

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS