RSS

Biografi Khadijah Al Kubra ra



Siti Khadijah adalah istri pertama Nabi Muhammad SAW, wanita terbaik dari golongan Islam. Nabi Muhammad sangat mencintai Khadijah karena jasanya yang sangat besar untuk perkembangan da'wah Nabi Muhammad. Khadijah juga merupakan golongan yang pertama (assabiquunal awwaluun) mempercayai kenabian Muhammad. Ia merupakan teladan utama dari para pemilik akidah yang penyabar, akhlak yang suci dan perilaku yang luhur.
Khadijah adalah wanita kaya yang hidup dari usaha perniagaan. Dan untuk menjalankan perniagaannya itu ia memiliki beberapa tenaga laki-laki, diantaranya adalah Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam yang kemudian menjadi suaminya. Khadijah mempunyai julukan Ratu Mekkah karena terkenal dalam kaya raya dan mahir dalam perniagaannya. Setelah menjadi istri Nabi Muhammad, sebagian besar hartanya digunakan untuk perjuangan da'wah Nabi Muhammad.


Nama Nasab dan Gelar
Khadijah mempunyai nama lengkap Khadijah binti Khuwailid bin Asad bin Abdul Uzza bin Qushai. Khadijah al-Kubra, anak perempuan dari Khuwailid bin Asad dan Fatimah binti Za'idah, berasal dari kabilah Bani Asad dari suku Quraisy. Khadijah lahir di Mekah tahun 68 sebelum Hijrah, 15 tahun sebelum tahun gajah atau 15 tahun sebelum kelahiran Muhammad SAW. Ia memiliki nasab yang suci, luhur dan mulia laksana untaian mutiara yang berkilauan.
Ayahnya, Khuwailid bin Asad, adalah tokoh pembesar Quraisy yang terkenal hartawan dan dermawan. Khuwailid sangat mencintai anggota keluarga dan kaumnya, menghormati tamu dan suka memberdayakan serta membantu kaum miskin dan kaum papa. Ia termasuk sahabat Abdul Mutahalib, datuk Nabi Muhammad SAW. Ayah Siti Khadijah ini juga merupakan salah seorang delegasi Quraisy yang diutus ke Yaman untuk memberi ucapan selamat kepada rajanya yang berbangsa Arab iaitu Saif bin Dziyazin, atas keberhasilannya mengusir pasukan Abessinia dari negerinya. Peristiwa ini terjadi dua tahun sesudah peristiwa penyeragan Mekah pada tahun Gajah.
Ibunya bernama Fatimah binti Zaidah. Silsilah nasabnya berujung pada Amir bin Lu’ai. Neneknya adalah Halah Binti Abdul Manaf yang tersambung sampai Lu’ai bin Ghalib. Masing-masing silsilah ayahanda dan ibundanya berasal dari keturunan Quraisy yang terhormat dan mulia. Nasab Khadijah dari pihak ayahanda berhimpun dengan nasab Rasulullah SAW pada kakeknya yang ke-empat, Qushai bin Kilab. Qushai bin Kilab adalah pemimpin Quraisy yang berhasil merebut kekuasaan kota Mekah dari tangan kaum Khuza’ah pada abad ke-5M yang telah lama menguasai kota ini selama berabad-abad. Setelah itu, Qushai menjadi pemimpin agama dan pemerintahan kota Mekah yang kemudian diteruskan oleh keturunannya.
Nasab Khadijah dari pihak ibundanya berhimpun dengan nasab Rasulullah SAW pada kakeknya yang ke-tiga, Abdul Manaf. Dengan demikian, dari pihak ayah mahupun ibu, Khadijah dan Rasulullah SAW memiliki kekerabatan yang sangat dekat. Dan beliau merupakan isteri Rasulullah SAW yang paling dekat nasabnya dengan beliau berbanding istri yang lain.
Khadijah biasa dipanggil dengan nama Ummu Hindun dan mendapat gelaran ath-thhirah (wanita suci) atau ummul mukminin ( ibu orang-orang mukmin). Gelaran ath-thahirah diperolehi sebelum kedatangan Islam kerana kesucian budi pekertinya, kedudukannya yang mulia di tengah-tengah kaumnya, dan kesucian dirinya dari noda-noda paganisme (kepercayan spiritual) pada zaman jahiliyah.
Khadijah juga diberi gelar ummul mukminin (ibu orang-orang mukmin) kerana ia adalah sebaik-baik isteri yang dan mempunyai suri teladan yang baik bagi insan yang mahu mengikutinya. Ia telah menyediakan rumah yang nyaman dan tenteram untuk Nabi Muhammad SAW sebelum baginda diutus sebagai seorang Rasul.

Menikah dengan Muhammad
Pada tahun 575 Masehi, Siti Khadijah ditinggalkan ibunya. Sepuluh tahun kemudian ayahnya, Khuwailid, menyusul. Sepeninggal kedua orang tuanya, Khadijah dan saudara-saudaranya mewarisi kekayaannya. Kekayaan warisan menyimpan bahaya. Ia bisa menjadikan seseorang lebih senang tinggal di rumah dan hidup berfoya-foya. Bahaya ini sangat disadari Khadijah. Ia pun memutuskan untuk tidak menjadikan dirinya pengangguran. Kecerdasan dan kekuatan sikap yang dimiliki Khadijah mampu mengatasi godaan harta. Karenanya, Khadijah mengambil alih bisnis keluarga.
Pada mulanya, Siti Khadijah menikah dengan Abu Halah bin Zurarah at-Tamimi. Pernikahan itu membuahkan dua orang anak yang bernama Halah dan Hindun. Tak lama kemudian suamianya meninggal dunia, dengan meninggalkan kekayaan yang banyak, juga jaringan perniagaan yang luas dan berkembang. Lalu Siti Khadijah menikah lagi untuk yang kedua dengan Atiq bin ‘A’id bin Abdullah al-Makhzumi. Setelah pernikahan itu berjalan beberapa waktu, akhirnya suami keduanya pun meninggal dunia, yang juga meninggalkan harta dan perniagaan.
Dengan demikian, saat itu Siti Khadijah menjadi wanita terkaya di kalangan bangsa Quraisy. Karenanya, banyak pemuka dan bangsawan bangsa Quraisy yang melamarnya, mereka ingin menjadikan dirinya sebagai istri. Namun, Siti Khadijah menolak lamaran mereka dengan alas an bahwa perhatian Khadijah saat itu sedang tertuju hanya untuk mendidik anak-anaknya. Juga dimungkinkan karena, Khadijah merupakan saudagar kaya raya dan disegani sehingga ia sangat sibuk mengurus perniagaan.
Siti Khadijah mempunyai saudara sepupu yang bernama Waraqah bin Naufal. Beliau termasuk salah satu dari hanif di Mekkah. Ia adalah sanak keluarga Khadijah yang tertua. Ia mengutuk bangsa Arab yang menyembah patung dan melakukan penyimpangan dari kepercayaan nenek moyang mereka (nabi Ibrahim dan Ismail).
Suatu ketika, Muhammad berkerja mengelola barang dagangan milik Siti Khadijah untuk dijual ke Syam bersama Maisyarah. Setibanya dari berdagang Maysarah menceritakan mengenai perjalanannya, mengenai keuntungan-keuntungannya, dan juga mengenai watak dan kepribadian Muhammad. Setelah mendengar dan melihat perangai manis, pekerti yang luhur, kejujuran, dan kemampuan yang dimiliki Muhammad, kian hari Khadijah semakin mengagumi sosok Muhammad. Selain kekaguman, muncul juga perasaan-perasaan cinta Khadijah kepada Muhammad.
Tibalah hari suci itu. Maka dengan maskawin 20 ekor unta muda, Muhammad menikah dengan Siti Khadijah pada tahun 595 Masehi. Pernikahan itu berlangsung diwakili oleh paman Khadijah, ‘Amr bin Asad. Sedangkan dari pihak keluarga Muhammad diwakili oleh Abu Thalib dan Hamzah. Ketika Menikah, Muhammad berusia 25 tahun, sedangkan Siti Khadijah berusia 40 tahun. Bagi keduanya, perbedaan usia yang terpaut cukup jauh dan harta kekayaan yang tidak sepadan di antara mereka, tidaklah menjadi masalah, karena mereka menikah dilandasi oleh cinta yang tulus, serta pengabdian kepada Allah. Dan, melalui pernikahan itu pula Allah telah memberikan keberkahan dan kemuliaan kepada mereka.
Setelah menikah dengan baginda Rasulullah SAW, beliau dikurniakan enam orang anak. Padahal, saat menikah dengan Rasulullah SAW ia sudah menginjak usia 40 tahun. Berarti ke-enam orang anaknya hasil pernikahannya dengan baginda lahir setelah ia berusia 40 tahun. Sungguh luar biasa anugerah dan kehendak Yang Maha Kuasa.
Khadijah melahirkan 2 orang putra dan 4 orang putri. Anak pertama sekaligus putra pertama Rasulullah bernama Qasim. Dengan nama ini, Rasulullah mendapat julukan Abu Qasim. Putra kedua beliau bernama Abdullah, biasa dipanggil ath-thahir dan ath-thayyib keraa dilahirkan setelah kedatangan Islam. Kedua putra ini meninggal dunia ketika masih bayi.
Anak ketiga bernama Zainab, putri sulung yang lahir sebelum Nabi Muhammad SAW diutus Allah sebagai rasul. Zainab menikah dengan Abu Al-’Ash dan berhijrah memeluk islam lebih awal dari suaminya Abu Al-’Ash. Zainab meninggal dunia pada awal tahun ke-lapan sesudah memeluk Islam dan dimakamkan di Baqi’.
Anak ke-empat dan ke-lima adalah Ruqayyah dn Ummu Kultsum. Kedua putri beliau ini dinikahi oleh kedua anak Abu Lahab, Atabah dan Utaibah. Apabila mengetahui kedua anaknya menikahi putri Rasulullah SAW, Abu Lahab jadi marah seraya berkata :
Aku tidak akan berkumpul dengan kalian bila kalian tidak menceraikan kedua anak Muhammad itu.” maka keduanya menceraikan istri masing-masing sebelum sempat menggaulinya. Setelah itu, Ruqayyah menikah dengan Utsman bin Affan. Ia ikut berhijrah ke kota Madinah bersama suaminya. Ia meninggal di Madinah dan dimakamkan di Baqi.’ Sepeninggalan Ruqayyah, Utsman menikah lagi dengan Ummu Kultsum. Namun, tidak lama kemudian, Ummu Kultsum juga kembali ke rahmatullah. Kerana menikah dengan kedua puri baginda, utsman dijuluki dengan Dzun Nurain (pemilik dua cahaya)
Anak yang ke-enam adalah Fatimah Az-Zahra. Menikah dengan seorang sahabat yang terkenal dan disegani iaitu Ali bin Abi Thalib. Ia adalah ibunda Hassan dan Husein. Fatimah telah menghembuskan nafas terakhir pada tahun 11 H dalam usia 30 tahun. Jenazahnya dimakamkan di Baqi.’
Dengan yang demikian, putra putri Rasulullah SAW lahir dari rahim Khadijah, kecuali Ibrahim yang lahir dari rahim Maria al Qibthiyah, seorang budak perempun yang diterima pleh Rasulullah SAW sebagai hadiah dari Muqaiqis, raja Mesir.

Kepribadian Dan Keutamaan
Keistimewaan dan keutamaan wanita suci ini sungguh tidak terbilang. Perjalanan hidupnya bertabur kemuliaan yang tidak terbatas. Keperibadian dan perilakunya yang lurus benar-benar sesuai dengan sifat orang mukmin. Terdapat banyak hadits dan informasi dari data sejarah Islam yang menerangkan pelbagai keutamaan wanita suci nan mulia ini. Diantaranya adalah seperti berikut :

Iman, agama dan kedalaman pemahamannya.
Pada masa Jahiliyah, Khadijah tidak seperti wanita Quraisy pada umumya. Ia begitu istimewa kerana memiliki kehormatan, kedudukan yang tinggi, keimanan sejati, berjiwa besar dan perilaku yang suci sehingga memperoleh gelaran sebagai ath-thairah atau wanita suci. Ia adalah wanita yang dekat dengan sumber-sumber keimanan. Di dalam jiwaya, ia banyak merasakan kegelisahan terhadap fenomena paganisme jahiliyah. Oleh kerana itu, tidak jarang ia mencurahkan kegelisahannya kepada Waraqah bin Naufal.
Sebelum berpijaknya Islam, Khadijah menganut agama hanif (agama yang dibawa oleh Nabi Ibrahim a.s) yang berpegang kepada manhaj tauhid. Keimanannya sama sekali tidak pernah tercemar dengan lumpur ataupun noda-noda paganisme jahiliyah yang masih tersebar. Demikianlah potret dan kualiti keimanan wanita terbaik penghuni syurga ini sebelum kedatangan Islam.
Setelah Khadijah dipilih oleh Allah SWT menjadi pendamping hidup Muhammad SAW, ia menjadi wanita yang pertama memeluk Islam, percaya dan beriman kepada Allah SWT serta Rasulullah SAW.

Tentang  keimanan Khadijah, Rasulullah SAW bersabda :
"Allah tidak pernah memberiku pengganti yang lebih baik dari Khadijah. Ia telah beriman kepada ku ketika orang lain kufur, dia mempercayai ku ketika orang-orang mendustai ku. Ia memberikan hartanya kepadaku ketika tidak ada orang lain yang membantuku. Dan, Allah SWT juga menganugerahkan aku anak-anak melalui rahimnya, sementara isteri-isteri ku yang lain tidak memberikan aku anak.” (Hadits Riwayat Bukhari, Ahmad dan Thabrani).
Keimanan Khadijah lahir dari ketajaman pandangan, keyakinan, kepercayaan dan penyucian yang ditempuh untuk keimanan tersebut.
Sebagai bukti, pada saat Rasulullah masih berada di puncak bukit, dalam perjalanan yang penuh ketakutan, Jibril masih menampakkan dirinya antara langit dan bumi. Nabi Muhammad SAW tidak berpaling sedikit pun hingga melihtinya dengan jelas. Kemudian Nabi Muhammad pulang ke rumah menemui Khadijah dalam keadaan gementar kerana merasakan ketakutan.
Nabi Muhammad pulang dengan tubuh menggigil ketakutan. Apabila melihat Rasulullah dalam kedaan yang sedemikian, Khadijah tetap sahaja menyambut kepulangan suami tercinta dengan manisnya senyuman dan menyembunyikan raut kebimbangannya yang mula bersarang. Khadijah berusaha menenangkan hati suaminya itu dan menguatkan pendirian baginda Rasulullah SAW. Ia mengatakan kepada Rasulullah SAW :
”Tidak suami ku, demi Allah… Allah itu tidak akan mungkin sekali pun merendahkan dirimu. Kerana engkau selalu menyambung silaturrahmi, memikul beban, menghormti orang tamu, membantu orang miskin dan engkau selalu menolong siapa sahaja. Bergembiralah engkau wahai pura bapa saudara ku, dan teguhkanlah hatimu. Demi Tuhan, yang diriku atas kekuasaan-Nya, Sesungguhnya aku sangat berharap engkau akan menjadi Nabi bagi umat ini.”
Begitulah Khadijah dengan lemah lembut dan santunnya keperibadian isteri solehah, dialah suri teladan. Dengan suara yang rendah dia berusaha menenangkan hati sekaligus coba menguatkan pendirian Nabi Muhammad kala itu. Khadijah juga selalu menghibur baginda dan Rasulullah tidak pernah melihat sesuatu yang menyedihkan dari Khadijah, tidak pernah membantah dan mendustai Rasulullah.
Bahkan Khadijah selalu melapangkan hati dan menghilangkan kesedihan Rasulullah SAW. Hal seperti ini sudah jelas muncul dari keimanan yang dalam, pemikiran yang cermat serta pemahamam yang baik terhadap hakikat suatu permasalahan. Menurut pemahaman Khadijah, suaminya memiliki semua sifat-sifat terpuji, maka Allah tidak akan mungkin merendahkan Nabi Muhammad.

Wanita Solehah
Khadijah merupakah salah satu wanita terbaik di dunia. Hal ini jelas apbila merujuk kepada sebuah hadits Rasulullah SAW yang diriwayatkan oleh Anas r.a bahwa Rasulullah SAW pernah bersabda :
"Cukuplah bagimu empat wanita terbaik di dunia, yaitu Maryam binti Imran, Khadijah Binti Khuwailid, Fatimah binti Muhammad dan Asiah, isteri Fir’aun.” (Hadits Riwayat Ahmad, Abdurrazaq, Tirmidzi, Ibnu Hibban dan Hakim)
Ia adalah wanita terbaik di golongan Islam sebagaimana Maryam binti Imran yang menjadi wanita terbaik dari golongan Nasrani. Hal ini shahih berdasarkan Hadits Rasulullah yang diriwayatkan oleh Ali bin Abi Thalib bahwa :
"Wanita terbaik dari golongan itu adalah Maryam binti Imran dan wanita terbaik dari golongan ini adalah Khadijah binti Khuwailid.” (Hadits Riwayat Bukhari dan Muslim)
Selain itu juga ia termasuk salah satu di antara empat wanita terbaik penghuni syurga. Ibnu Abbas berkata, bahwa suatu ketika Rasulullah SAW menggambar empat garis di atas tanah, lalu beliau bertanya :
Tahukah kalian apa ini?”
Para sahabat mejawab, ”Allah dan Rasul-Nya yang lebih tahu. Rasulullah SAW lalu bersabda :
Sebaik-baik wanita yang menghuni syurga adalah Khadijah binti Khuwailid, Fatimah binti Muhammad, Maryam binti Imran dan Asiah isteri Fir’aun.”
Semua ahli hadits sepakat mengatakan bahawa ke-empat-empat wanita yang disebutkan itu adalah wanita-wanita paling utama dan paling mulia di seluruh semesta alam. Namun ada yang berselisihan pendapat dalam menentukan siapakah diantara mereka yang paling utama dan paling mulia.

Mendapat salam dari Allah SWT dan berita gembira
Berdasarkan Hadits Rasulullah SAW yang diriwayatkan oleh Abu Hurairah, Khadijah binti Khuwailid adalah wanita yang mendapat salam dari Allah SWT dan berita gembira dengan sebuah rumah yang terbuat dari kayu di syurga, yang didalamnya tidak ada kepayahan dan kesusahan. Seperti sabda Rasulullah :
Ketika Jibril datang kepada Rasulullah SAW, ia berkata :
"Wahai Rasulullah, ini adalah Khadijah, ia datang dengan membawa sebuah bejana dan wadah yang berisikan lauk-makanan serta minuman. Maka, jika ia telah sampai kepadamu, sampaikanlah kepadanya salam dari Tuhannya dan dari ku, dan beritahukanlah kepadanya sebuah kabar gembira berupa sebuah rumah di dalam syurga yang terbuat dari kayu yang didalamnya menyenangkan, dan tidak ada kepayahan serta kesusahan.” (Hadits Riwayat Bukhari)
Anas Bin Malik berkata :
Suatu ketika Jibril datang menemui Rasulullah pada saat itu beliau sedang bersama Khadijah. Maka Jibril pun berkata :
”Sesungguhnya Allah menyampaikan salam kepada Khadijah.”
Maka Khadijah menyahut :
”Sesungguhnya Allah itulah As-Salam. Salam (sejahtera) pula atas Jibril dan atasmu pula salam dari Allah beserta rahmat dan berkah-Nya.” (Hadits Riwayat Nasai dan Hakim)

Semua putra-putri Rasulullah SAW lahir dari rahimnya, kecuali Ibrahim
Khadijah adalah wanita yang subur rahimnya. Bagaimana tidak, sebelum berkahwin dengan Rasulullah, ia telah dikurniakan tiga orang anak hasil pernikahannya dengan suami pertama dan keduanya.

Dijuluki Ummul Mukminin yang paling utama
Khadijah adalah seorang ummul mukminim iaitu ibu orang-orang mukmin yang paling utama. Ia lebih utama dibanding isteri Rasulullah lainnya. Ia memperolehi keutamaan ini kerana beliau merupakan wanita pertama yang beriman, yang pertama memeluk Islam, yang pertama mempercayai ajaran Rasulullah SAW, yang berjuang bersama baginda, yag menemani baginda Rasulullah SAW di kala suka mahupun duka, yang menenangkan dan meneguhkan hati dikala baginda menghadapi siksaan dan kezalimi kaum Quraisy, yang turut mendampingi baginda dan bersama-sama merasakan beban penderitaan dalam aksi boikot yang dilancarkan kaum Quraisy ke atas beliau dan segenap Bani Hasyim, dan kerana Khadijah, ummul mukminin ini melahirkan putra putri baginda Rasulullah kecuali Ibrahim.

Wafat
Setelah berakhirnya pemboikotan kaum Quraisy terhadap kaum muslim, Siti Khadijah sakit keras akibat beberapa tahun menderita kelaparan dan kehausan. Semakin hari kondisi kesehatan badannya semakin memburuk. Dalam sakit yang tidak terlalu lama, dalam usia 60 tahun, wafatlah seorang mujahidah suci yang sabar dan teguh imannya, Sayyidah Siti Khadijah al-Kubra binti Khuwailid.
Siti Khadijah wafat dalam usia 65 tahun pada tanggal 10 Ramadhan tahun ke-10 kenabian, atau tiga tahun sebelum hijrah ke Madinah atau 619 Masehi. Ketia itu, usia Rasulullah sekitar 50 tahun. Beliau dimakamkan di dataran tinggi Mekkah, yang dikenal dengan sebutan al-Hajun.
Karena itu, peristiwa wafatnya Siti Khadijah sangat menusuk jiwa Rasulullah. Alangkah sedih dan pedihnya perasaan Rasulullah ketika itu. Karena dua orang yang dicintainya (Khadijah dan Abu Thalib) telah wafat, maka tahun itu disebut sebagai ‘Aamul Huzni (tahun kesedihan) dalam kehidupan Rasulullah.

Referensi:
http://mahluktermulia.wordpress.com/2010/02/05/biografi-siti-khadijah/
http://maaini.wordpress.com/2008/05/23/suri-teladan-muslimah-biografi-istri-istri-nabi/
http://id.wikipedia.org/wiki/Khadijah_binti_Khuwailid
http://www.jilc-makassar.com/index.php?id=beritadetail.php&kat=Profil&idb=744
http://www.ummah.net/khoei/khadija.htm


  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

Isra' Dan Mi'raj

Isra dan Mi'raj
Isra Mi'raj Nabi Muhammad SAW (Shallallahu Alaihi wa Sallam) merupakan salah satu peristiwa penting bagi umat Islam karena pada peristiwa ini Nabi MuhammadShallallahu Alaihi wa Sallam mendapat perintah untuk menunaikan shalat lima waktu sehari semalam.
Isra Mi'raj terjadi pada periode akhir kenabian di Makkah sebelum RasulullahShallallahu Alaihi wa Sallam hijrah ke Madinah. Menurut al-Maududi dan mayoritas ulama, Isra Mi'raj terjadi pada tahun pertama sebelum hijrah, yaitu antara tahun 620-621 M. Menurut al-Allamah al-Manshurfuri, Isra Mi'raj terjadi pada malam 27 Rajab tahun ke-10 kenabian, dan inilah yang populer. Namun demikian, Syaikh Shafiyurrahman al-Mubarakfuri menolak pendapat tersebut dengan alasan karenaKhadijah radhiyallahu anha meninggal pada bulan Ramadhan tahun ke-10 kenabian, yaitu 2 bulan setelah bulan Rajab. Dan saat itu belum ada kewajiban shalat lima waktu. Al-Mubarakfuri menyebutkan 6 pendapat tentang waktu kejadian Isra Mi'raj. Tetapi tidak ada satupun yang pasti. Dengan demikian, tidak diketahui secara persis kapan tanggal terjadinya Isra Mi'raj.
Peristiwa Isra Mi'raj terbagi dalam 2 peristiwa yang berbeda. Dalam Isra, Nabi Muhammad Shallallahu Alaihi wa Sallam "diberangkatkan" oleh Allah SWT dari Masjidil Haram hingga Masjidil Aqsa. Lalu dalam Mi'raj Nabi Muhammad SAW dinaikkan ke langit sampai ke Sidratul Muntaha yang merupakan tempat tertinggi. Di sini Beliau mendapat perintah langsung dari Allah SWT untuk menunaikan shalat lima waktu.
Bagi umat Islam, peristiwa tersebut merupakan peristiwa yang berharga, karena ketika inilah shalat lima waktu diwajibkan, dan tidak ada Nabi lain yang mendapat perjalanan sampai ke Sidratul Muntaha seperti ini. Walaupun begitu, peristiwa ini juga dikatakan memuat berbagai macam hal yang membuat Rasullullah SAW sedih.
Pembedahan pertama sebelum kenabian
Dari Anas bin Malik, bahwasanya Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam didatangi Jibril Alaihi wa Sallam ketika beliau bermain bersama anak-anak (sebayanya). Lalu beliau diambil, kemudian dibedah dadanya. Dikeluarkanlah jantung (qolbu, hati), lalu dikeluarkan dari jantung itu segumpal darah. Dia (Jibril) berkata: "Ini adalah bagian setan darimu." Kemudian jantungnya dibasuh dalam bejana emas dengan Air Zam Zam, lalu dikembalikan ke tempatnya semula. Sementara anak-anak tadi datang mengabarkan kepada ibunya, yaitu ibu susuannya. Mereka berkata: "Sesungguhnya Muhammad telah dibunuh." Kemudian mereka mendatanginya (Muhammad) dan beliau dalam keadaan berubah kulitnya (menjadi pucat). Anas berkata: "Dan sungguh aku pernah melihat bekas pembedahan itu di dada beliau."
HR Muslim (162.3), Kitab Iman, Bab Isra Rasulullah ke Langit dan Kewajiban Shalat.
Perkataan Anas tentang bekas pembedahan inilah yang mungkin sekarang dikenal sebagai jaringan parut.
Peristiwa ketika Isra
Pembedahan kedua sesudah kenabian
Qatadah: Telah mengisahi kami Anas bin Malik, dari Malik bin Sha'sha'ahradhiyallahu anhuma, ia telah berkata: Telah bersabda Nabi Shallallahu Alaihi wa Sallam: "Ketika aku di al-Bait (yaitu Baitullah atau Ka'bah) antara tidur dan jaga", kemudian beliau menyebutkan tentang seorang lelaki di antara dua orang lelaki. "Lalu didatangkan kepadaku bejana dari emas yang dipenuhi dengan kebijaksanaan dan keimanan. Kemudian aku dibedah dari tenggorokan hingga perut bagian bawah. Lalu perutku dibasuh dengan Air Zam Zam, kemudian diisi dengan kebijaksanaan (hikmah) dan keimanan. Dan didatangkan kepadaku binatang putih yang lebih kecil dari kuda dan lebih besar dari baghal (peranakan kuda dan keledai), yaitu Buraq.
HR al-Bukhari (3207). Hadits ini akan dilanjutkan pada bagian Langit Ke-1.
Dari Anas bin Malik, ia telah berkata: Telah bersabda Rasulullah SAW: "Aku didatangi mereka (malaikat), kemudian mengajakku ke Sumur Zam Zam. Lalu dadaku dibedah, kemudian dibasuh dengan Air Zam Zam. Lalu aku dikembalikan."
HR Muslim (162.2), Kitab Iman, Bab Isra Rasulullah ke Langit dan Kewajiban Shalat.
Beliau SAW melihat gambaran para nabi dan umatnya
Dari Ibnu Abbas, ia telah berkata: Ketika Nabi SAW diisra`kan, beliau melewati seorang nabi dan beberapa nabi, dan bersama mereka ada banyak orang. Dan seorang nabi dan beberapa nabi, dan bersama mereka beberapa orang. Dan seorang nabi dan beberapa nabi, dan bersama mereka tidak ada seorangpun sampai beliau melewati kelompok yang besar. Aku berkata: “Siapa Ini?” Dijawablah (oleh Jibril): “Musa dan kaumnya. Akan tetapi angkatlah kepalamu, kemudian lihatlah!” Kemudian ada kelompok besar yang memenuhi ufuk dari sebelah sana dan dari sebelah sana. Lalu dikatakan (oleh Jibril): “Mereka adalah umatmu dan yang lainnya adalah kelompok dari umatmu yang berjumlah tujuh puluh ribu (70.000) orang yang akan masuk surga tanpa hisab (perhitungan amal).” Kemudian beliau masuk (ke kamar beliau) dan mereka (para sahabat) tidak menanyai beliau dan beliau tidak merangkan kepada mereka. Maka mereka berkata: "Kami adalah mereka itu tadi". Dan ada pula yang berkata: "Mereka adalah anak-anak kami yang lahir dalam fitrah dan Islam". Kemudian Nabi SAW keluar, lalu bersabda: "Mereka adalah orang-orang yang tidak berobat dengan besi panas, tidak meruqyah, dan tidak pula bertakhayul (tathayyur). Dan mereka bertawakal kepada Tuhan mereka.” Lantas Ukasyah bin Mihshan berdiri lalu berkata: “Saya termasuk mereka wahai Rasulullah?” Beliau menjawab: “Ya.” Kemudian yang lain lagi berdiri lalu berkata pula: “Saya termasuk mereka?" Beliau menjawab: “Kamu telah didahului oleh Ukasyah (dalam bertanya demikian).”
HR at-Tirmidzi (2446). Beliau berkata: "Ini adalah hadits hasan shahih".
Dalam hadits ini terdapat tambahan seorang sahabat lagi yang mendapat kabar gembira akan masuk surga, yaitu Ukasyah bin Mihshan.
Beliau SAW bertemu beberapa kelompok malaikat dan mereka berwasiat sama untuk umat beliau
Dia (Anas) berkata: Telah bersabda Rasulullah SAW: "Tidaklah aku melewati sekelompok malaikat pada malam aku diisra`kan kecuali mereka berkata: Wahai Muhammad, suruhlah umatmu berbekam."
HR Ibnu Majah (3479), Kitab Pengobatan, Bab Bekam. Disahkan al-Albani dalam Shahih al-Jami` (II: 5671), dan Takhrij al-Misykat (4544).
Dari Ibnu 'Abbas, bahwasanya Rasulullah SAW telah bersabda: "Tidaklah aku melewati sekelompok malaikat pada malam aku diisra`kan kecuali tiap mereka berkata kepadaku: Wajib bagimu wahai Muhammad untuk berbekam."
HR Ibnu Majah (3477), Kitab Pengobatan, Bab Bekam. Dishahihkan al-Albani dalam ash-Shahihah (V: 2263) dan Shahih al-Jami` (II: 5672).
Beliau SAW bertemu Nabi Ibrahim yang berwasiat untuk umat beliau
Dari Ibnu Mas'ud, ia telah berkata: Telah bersabda Rasulullah SAW: Aku bertemu Ibrahim pada malam aku diisra'kan. Iapun bertanya: "Wahai Muhammad, suruhlah umatmu mengucapkan salam kepadaku, dan kabarkanlah kepada mereka bahwa sesungguhnya surga subur tanahnya, manis airnya, dan terhampar luas. Dan bahwasanya tanamannya adalah (ucapan dzikir) Subhanallah, Alhamdulillah, La ilaha illallah, Allahu Akbar."
HR at-Tirmidzi (3462), Kitab Doa-Doa dari Rasulullah, Bab Dalil tentang Keutamaan Tasbih, Takbir, Tahlil, dan Tahmid. Beliau berkata: Ini adalah hadits hasan gharib dari sisi ini dari hadits Ibnu Mas'ud. Dihasankan al-Albani dalam ash-Shahihah (I:105) dengan dua syahid (penguat) dari hadits Ibnu 'Umar dan hadits Abu Ayyub al-Anshari.
Beliau SAW mengimami shalat jama'ah para nabi di Masjid Al-Aqsha
https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEihlZiyePhFTwAlZWplEGZwzKI-Imq8rhtz2MxB6nMucfv4vU1-krPCoY5rBhhkYlC6ZGHE_x9pw-PPsIe0TrN60CUXz-HsvvRD-EI8gxCz52RimEI-LqcPQBzwSrLL6ZDzCGzxSXnYZE4/s320/al-aqsa_mosque2.jpg
 Majid Al-Aqsha di Palestina
Dari Abu Hurairah, ia telah berkata: Telah bersabda Rasulullah SAW : "..... Dan sungguh telah diperlihatkan kepadaku jama'ah para nabi. Adapun Musa, dia sedang berdiri shalat. Dia lelaki tinggi kekar seakan-akan dia termasuk suku Sanu'ah. Dan ada pula 'Isa bin Maryam alaihi`ssalam sedang berdiri shalat. Manusia yang paling mirip dengannya adalah 'Urwah bin Mas'ud ats-Tsaqafi. Ada pula Ibrahim 'alaihi`ssalam sedang berdiri shalat. Orang yang paling mirip dengannya adalah sahabat kalian ini, yakni beliau sendiri. Kemudian diserukanlah shalat. Lantas aku mengimami mereka. Seusai shalat, ada yang berkata (Jibril): "Wahai Muhammad, ini adalah Malik, penjaga neraka. Berilah salam kepadanya!" Akupun menoleh kepadanya, namun dia mendahuluiku memberi salam.
HR Muslim (172).
Beliau SAW melihat Nabi Musa, Nabi Isa, Dajjal, dan Malaikat Malik
Dari Anas bin Malik, bahwasanya Rasulullah SAW telah bersabda: "Pada malam aku diisra'kan aku melewati Musa di gundukan tanah merah ketika dia sedang shalat di dalam kuburnya."
HR Muslim (2375), Kitab Keutamaan-Keutamaan, Bab Sebagian Keutamaan Musa.
Dari Abu al-'Aliyah: Telah mengisahi kami sepupu Nabi kalian, yaitu Ibnu 'Abbas radhiya`llahu 'anhuma, dari Nabi SAW, beliau telah bersabda: "Pada malam aku diisra'kan aku telah melihat Musa, seorang lelaki berkulit sawo matang, tinggi kekar, seakan-akan dia adalah lelaki Suku Syanu'ah. Dan aku telah melihat 'Isa, seorang lelaki bertinggi sedang, berambut lurus. Dan aku juga telah melihat Malaikat Penjaga Neraka dan Dajjal" termasuk ayat yang telah diperlihatkan Allah kepada beliau. {maka janganlah kamu ragu tentang pertemuan dengannya (yaitu Musa) (as-Sajdah, 32: 23)}.
Dari Anas dan Abu Bakrah, dari Nabi SAW: "Malaikat-malaikat kota Madinah berjaga-jaga dari Dajjal."
HR al-Bukhari (3239), Kitab Permulaaan Penciptaan, Bab Penyebutan Malaikat.
Disodorkan kepada beliau SAW dua gelas minuman
Abu Hurairah telah berkata: Pada malam beliau diisra`kan, disodorkan kepada Rasulullah SAW dua gelas minuman: khamr (minuman keras) dan susu. Beliaupun melihat keduanya, lalu mengambil susu. Jibril berkata: "Segala puji bagi Allah yang telah menunjuki engkau kepada fitrah. Seandainya engkau mengambil khamr, niscaya binasalah umatmu."
HR al-Bukhari (4709), Kitab Tafsir al-Qur'an, Bab Firmannya {yang telah memperjalankan hamba-Nya pada suatu malam dari Al Masjidil Haram (al-Isra', 17: 1)}.
Dari Abu Hurairah, ia telah berkata: Telah bersabda Rasulullah SAW: Ketika aku diisra`kan, aku bertemu Musa. Dia berkata: Kemudian beliau menyifatkannya. Dia adalah lelaki, aku mengira beliau bersabda: Kurus, agak tinggi. Rambutnya ikal, seakan-akan dari suku Syanu'ah. Beliau bersabda: Dan aku bertemu 'Isa. Dia berkata: Kemudian beliau menyifatkannya. Beliau bersabda: Tingginya sedang, berkulit kemerahan, seperti baru keluar dari Dimas, yaitu pemandian. Dan aku telah melihat Ibrahim. Beliau bersabda: Dan aku adalah keturunannya yang paling mirip dengannya. Beliau bersabda: Dan disodorkan kepadaku dua gelas minuman. Salah satunya susu, dan yang lain khamr. Kemudian dikatakan kepadaku: Ambillah yang mana dari keduanya yang engkau kehendaki! Akupun mengambil susu, kemudian meminumnya. Lalu dikatakan kepadaku: "Engkau telah ditunjuki kepada fitrah" atau "Engkau telah menepati fitrah. Adapun sungguh seandainya engkau mengambil khamr, niscaya binasalah umatmu."
HR at-Tirmidzi (3130), Kitab Tafsir al-Qur`an dari Rasulullah, Bab Dan Dari Surah Bani Isra`il. Beliau berkata: "Ini adalah hadits hasan shahih."
Peristiwa ketika Mi'raj
Langit Ke-1: Nabi Adam
Akupun pergi bersama Jibril hingga kami mendatangi Langit Dunia. Ada yang bertanya: "Siapa ini?", dia menjawab: "Jibril". Ditanya lagi: "Siapa bersamamu?", dia menjawab: "Muhammad". Ditanya lagi: "Dan sudah waktunya ia diutus kepada-Nya?", dia menjawab: "Ya". Dikatakanlah: "Selamat datang untuknya dan sungguh sebaik-baik pendatang telah tiba". Begitu menjumpai Adam, aku memberinya salam. Diapun berkata: "Selamat datang untukmu wahai anak dan nabi!".
 Langit Ke-2: Nabi Isa dan Nabi Yahya
Kemudian kami mendatangi Langit Kedua. Ada yang bertanya: "Siapa ini?", dia menjawab: "Jibril". Ditanya lagi: "Siapa bersamamu?", dia menjawab: "Muhammad". Ditanya lagi: "Sudah waktunya ia diutus kepada-Nya?", dia menjawab: "Ya". Dikatakanlah: "Selamat datang untuknya dan sungguh sebaik-baik pendatang telah tiba". Ketika menjumpai Isa dan Yahya, keduanya berkata: "Selamat datang untukmu, wahai saudara dan nabi!".
Langit Ke-3: Nabi Yusuf
Lalu kami mendatangi Langit Ketiga. Ada yang bertanya: "Siapa ini?", dia menjawab: "Jibril". Ditanya lagi: "Siapa bersamamu?", dia menjawab: "Muhammad". Ditanya lagi: "Dan sudah waktunya ia diutus kepada-Nya?", dia menjawab: "Ya". Dikatakanlah: "Selamat datang untuknya dan sungguh sebaik-baik pendatang telah tiba". Saat menjumpai Yusuf, aku memberinya salam. Dia berkata: "Selamat datang untukmu, wahai saudara dan nabi!".
Langit Ke-4: Nabi Idris
Lantas kami mendatangi Langit Keempat. Ada yang bertanya: "Siapa ini?", dia menjawab: "Jibril". Ditanya: "Siapa bersamamu?", dia menjawab: "Muhammad". Ditanya lagi: "Dan telah waktunya ia diutus kepada-Nya?", dia menjawab: "Ya". Dikatakanlah: "Selamat datang untuknya dan sebaik-baik pendatang telah tiba". Tatkala menjumpai Idris, aku memberinya salam. Diapun berkata: "Selamat datang untukmu, wahai saudara dan nabi!".
Langit Ke-5: Nabi Harun
Kemudian kami mendatangi Langit Kelima. Ada yang bertanya: "Siapa ini?", dia menjawab: "Jibril". Ditanya: "Siapa bersamamu?", dia menjawab: "Muhammad". Ditanya lagi: "Dan sudah waktunya ia diutus kepada-Nya?", dia menjawab: "Ya". Dikatakanlah: "Selamat datang untuknya dan sungguh sebaik-baik pendatang telah tiba". Saat kami menjumpai Harun, aku memberinya salam. Diapun menjawab: "Selamat datang untukmu, wahai saudara dan nabi!".
Langit Ke-6: Nabi Musa
Lantas kami mendatangi Langit Keenam. Ada yang bertanya: "Siapa ini?", dia menjawab: "Jibril". Ditanya: "Siapa bersamamu?", dia menjawab: "Muhammad". Dikatakan: "Dan sudah waktunya ia diutus kepada-Nya? Selamat datang untuknya dan sebaik-baik pendatang telah tiba." Ketika menjumpai Musa, aku memberinya salam. Diapun dia berkata: "Selamat datang untukmu, wahai saudara dan nabi!". Tatkala aku berlalu, dia menangis sehingga ditanya: "Apa yang menyebabkanmu menangis?". Dia menjawab: "Wahai Tuhan, (yang menyebabkanku menangis yaitu) pemuda ini yang diutus sesudahku. Umatnya yang masuk surga lebih utama daripada umatku yang memasukinya."
 Langit Ke-7: Nabi Ibrahim
Lalu kami mendatangi Langit Ketujuh. Ada yang bertanya: "Siapa ini?", dia menjawab: "Jibril". Ditanya: "Siapa bersamamu?", dia menjawab: "Muhammad". Dikatakanlah: "Dan telah waktunya ia diutus kepada-Nya? Selamat datang untuknya dan sungguh sebaik-baik pendatang telah tiba." Saat menjumpai Ibrahim, aku memberinya salam. Diapun berkata: "Selamat datang untukmu, wahai putra dan nabi!".
Baitul Makmur
Tatkala dinaikkan ke Baitul Makmur, aku menanyai Jibril. Maka ia menjawab: "Ini adalah Baitul Makmur. Setiap hari di dalamnya shalat tujuh puluh ribu (70.000) malaikat. Jika mereka telah keluar, mereka tidak akan pernah kembali lagi ke sana sampai yang terakhir dari mereka."
Peristiwa di Sidratul Muntaha
Dan aku dinaikkan ke Sidratul Muntaha yang mana buahnya seperti bejana batu dan daunnya seperti telinga gajah. Pada akarnya terdapat empat sungai: dua sungai batin dan dua sungai lahir. Begitu kutanyai Jibril, ia menjawab: "Adapun dua yang batin (tidak tampak dari dunia) berada di surga, sedangkan dua yang lahir (tampak di dunia) adalah Nil dan Eufrat." Kemudian aku diwajibkan lima puluh shalat.
HR al-Bukhari (3207).
Peristiwa di Surga
Dari Anas bin Malik, dari Rasul SAW , beliau telah bersabda: Ketika aku jalan-jalan di Surga, aku mendekati sungai yang di kedua bantarannya terdapat kubah-kubah dari rangkaian mutiara. Aku bertanya: "Apa ini wahai Jibril?" Ia menjawab: "Ini adalah al-Kautsar yang diberikan Tuhanmu kepadamu." Maka ingatlah (ketahuilah) oleh kalian bahwa tanahnya atau debunya adalah kesturi yang harum semerbak.
HR al-Bukhari (6581), Kitab Kelembutan Hati, Bab Tentang al-Kautsar.
Peristiwa di Neraka
Dari Anas bin Malik, ia telah berkata: Telah bersabda Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam: Ketika aku dimi'rajkan [Tuhanku yang Maha Perkasa lagi Maha Tinggi], aku melewati suatu kaum yang mempunyai kuku-kuku dari tembaga. Mereka mencakari wajah-wajah dan dada-dada mereka. Aku bertanya: "Siapa mereka wahai Jibril?" Ia menjawab: "Mereka adalah orang-orang yang memakan daging manusia dan menumpuk-numpuk harta."
HR Abu Dawud (4878), Kitab Adab, Bab Tentang Ghibah. Menurut al-Albani hadits ini shahih lighairih dalam ash-Shahihah (II: 533) dan Shahih at-Targhib (III: 2839). Sebelumnya dalam Takhrij al-Misykat (III: 5046) beliau belum menetapkan derajatnya.
Langit Ke-6: Saran Nabi Musa
Saat aku kembali (turun) hingga menjumpai Musa, ia bertanya: "Apa yang engkau bawa?".Kujawab: "Aku diwajibkan lima puluh shalat". Ia berkata: "Aku lebih mengetahui manusia daripadamu. Aku telah berurusan dengan Bani Israil dengan urusan yang sulit. Dan sesungguhnya umatmu tidak akan mampu. Maka kembalilah kepada Tuhanmu, kemudian mintalah (keringanan) kepada-Nya."
Sidratul Muntaha: Keringanan kewajiban shalat
Oleh karena itu aku kembali. Akupun meminta (keringanan) kepada-Nya sehingga Dia menjadikannya empat puluh.
Langit Ke-6, Sidratul Muntaha
Kemudian seperti tadi (ketika bertemu Musa), lalu tiga puluh. Kemudian seperti tadi sehingga Dia jadikan dua puluh. Kemudian seperti tadi sehingga Dia jadikan sepuluh. Ketika aku bertemu Musa, ia berkata seperti tadi. Dia pun menjadikannya lima.
Langit Ke-6: Berserah diri
Tatkala aku bertemu Musa, ia berkata: "Apa yang engkau bawa?". Begitu kujawab: "Dia jadikan lima", ia (masih) berkata seperti tadi. Maka aku katakan: "Aku berserah diri dengan baik", sehingga diserukanlah: "Sesungguhnya Aku (Allah) telah menetapkan kewajiban-Ku serta meringankan hamba-Ku, dan Aku akan memberi pahala kebajikan sepuluh kalinya."
HR al-Bukhari (3207) dengan redaksi sebagaimana telah dikemukakan panjang lebar, an-Nasai (448), dan Ahmad (17378 & 17381).
Peristiwa Sepulang Isra Mi'raj
Isra Mi'raj merupakan ujian keimanan bagi manusia
Dari Ibnu Abbas radhiyallahu anhuma tentang firman-Nya Ta'ala: "Dan Kami tidak menjadikan penglihatan yang telah Kami perlihatkan kepadamu, melainkan sebagai ujian bagi manusia" (al-Isra', 17: 60). Ia berkata: Itu adalah dengan mata yang telah dilihat Rasulullah SAW pada malam beliau diisra'kan ke Bait al-Maqdis. Ia berkata: "dan pohon kayu yang terkutuk dalam Al-Qur'an", ia berkata: Itu adalah Pohon Zaqqum.
HR al-Bukhari (3888), Kitab Manaqib, Bab Mi'raj.

 Beliau SAW menceritakan Isra Mi'raj dan melihat gambaran Baitul Maqdis
Dari Ibnu Abbas, ia telah berkata: Telah bersabda Rasulullah SAW: Ketika malam aku diisra'kan dan subuhnya aku telah sampai di Makkah, aku mengkhawatirkan urusanku, dan aku tahu bahwasanya manusia akan mendustakanku. Kemudian aku duduk bersedih hati.
Ia Ibnu Abbas) berkata: Kemudian melintaslah musuh Allah, Abu Jahl. Dia datang sehingga duduk di dekat beliau, kemudian berkata kepada beliau: Kamu tampak bersedih, apakah ada sesuatu? Rasulullah SAW pun menjawab: Ya. Dia berkata: Apa itu? Beliau menjawab: Sesungguhnya aku diisra'kan malam tadi. Dia berkata: Ke mana? Beliau menjawab: Ke Bait al-Maqdis. Dia bertanya: Kemudian engkau subuh sudah ada di hadapan kami (di Makkah ini)? Beliau jawab: Ya. Ia berkata: Namun dia tidak menampakkan sikap bahwa dia mendustakannya karena takut beliau tidak mau menceritakan hal itu lagi jika kaumnya dipanggilkannya. Dia berkata: Tahukah engkau, jika engkau hendak mendakwahi kaummu, kau harus kisahi mereka apa yang barusan kau ceritakan padaku. Rasulullah SAW pun menjawab: Ya.
Kemudian dia berseru: Kemarilah wahai penduduk Bani Ka'ab bin Lu`ai! Lalu mereka berkumpul kepadanya datang sampai duduk mengelilingi keduanya. Dia berkata: Kisahi kaummu apa yang telah engkau kisahkan kepadaku. Rasulullah SAW pun berkata: Sesungguhnya malam tadi aku diisra'kan. Mereka bertanya: Ke mana? Kujawab: Ke Bait al-Maqdis. Mereka bertanya: Kemudian subuh engkau berada di depan kami. Beliau menjawab: Ya.
Ia (Ibnu Abbas) berkata: Maka ada yang bersorak dan ada yang meletakkan tangannya di atas kepala heran atas kebohongan itu (menurut mereka). Mereka berkata: Dan apakah engkau dapat menyifatkan kepada kami masjid itu? Dan di antara penduduk ada yang pernah pergi ke negeri itu dan pernah melihat masjid itu. Maka Rasulullah SAW bersabda: "Maka aku mulai menyebutkan ciri-cirinya dan tidaklah aku berhenti menyifatkan sehingga aku lupa beberapa cirinya." Beliau bersabda: "Lantas didatangkanlah masjid sampai diletakkan tanpa kesamaran sehingga aku dapat melihat(nya). Maka aku menyifatkannya dengan melihat hal itu."
Ia berkata: Dan sampai ini, ada sifat yang tidak aku hafal.
Ia berkata: Kemudian ada kaum yang berkata: "Adapun sifat tersebut, demi Allah, ia benar."
HR Ahmad (2680). Disahkan al-Albani dalam ash-Shahihah (VII: 3021).
Hasan dan Abu Zaid telah berkata: Abdu`sh Shamad telah berkata: Telah mengisahi kami Hilal, dari Ikrimah, dari Ibnu 'Abbas, ia telah berkata: Nabi SAW diisra'kan ke Bait al-Maqdis. Kemudian sekembalinya dari malamnya itu, beliaupun mengisahi mereka (umat manusia) mengenai perjalanannya, ciri-ciri Bait al-Maqdis dan unta-unta mereka. Maka saling berbincanglah (gemparlah) manusia.
Hasan berkata: Kami membenarkan Muhammad terhadap apa yang diucapkannnya. Lalu banyak orang yang kembali kafir. Kemudian Allah menebas leher-leher mereka bersama-sama dengan Abu Jahal (ketika Perang Badar). Dan Abu Jahal berkata: "Muhammad menakut-nakuti kita dengan Pohon Zaqqum (terlaknat). Bawalah kemari kurma dan mentega, kemudian laknatlah ia." Dan beliau telah melihat Dajjal dalam bentuknya dengan mata kepala, bukan ketika mimpi saat tidur; 'Isa, Musa, dan Ibrahim semoga shalawat Allah atas mereka. Kemudian Nabi SAW ditanya tentang (ciri-ciri) Dajjal. Beliaupun menjawab: "Tinggi dan besar."
Hasan berkata: Beliau berkata: "Aku melihatnya berkulit putih, tinggi besar. Salah satu matanya juling seperti bintang yang bersinar. Rambut kepalanya seperti ranting-ranting pohon. Dan aku melihat 'Isa sebagai pemuda berkulit putih, kepalanya tegak, bermata tajam, bertubuh bagus. Dan aku melihat Musa (yang) kekar, berkulit sawo matang, (dan) berambut lebat."
Hasan berkata (melanjutkan riwayat marfu' tadi): "Rambutnya indah. Dan aku melihat Ibrahim, maka aku tidak melihat salah satu cirinya kecuali aku melihatnya ada pada diriku. Seakan-akan dia adalah sahabat kalian ini (yaitu Rasulullah sendiri). Kemudian Jibril 'alaihi`s salam berkata: "Berilah salam kepada Malik (malaikat penjaga neraka)", maka aku mengucapkan salam kepadanya."
HR Ahmad (3365). Isnadnya hasan menurut al-Albani.
Dari Abu Hurairah, ia telah berkata: Telah bersabda Rasulullah n : "Sungguh aku telah melihat di al-Hijr dan orang-orang Quraisy menanyaiku tentang perjalanan malamku (isra). Mereka menanyaiku tentang hal-hal dari Baitul Maqdis yang tidak kuperhatikan. Maka akupun gelisah dengan kegelisahan yang belum pernah kurasakan sebelumnya." Beliau bersabda: "Kemudian Allah menampakkan (gambaran Baitul Maqdis) untukku sehingga aku melihat kepadanya. Tidaklah aku ditanya tentang sesuatupun (mengenai Baitul Maqdis) kecuali aku kabarkan hal itu kepada mereka.
Dan sungguh telah diperlihatkan kepadaku jama'ah para nabi. Adapun Musa, dia sedang berdiri shalat. Dia lelaki tinggi kekar seakan-akan dia termasuk suku Syanu'ah. Dan ada pula Isa bin Maryam p sedang berdiri shalat. Manusia yang paling mirip dengannya adalah Urwah bin Mas'ud ats-Tsaqafi. Ada pula Ibrahim p sedang berdiri shalat. Orang yang paling mirip dengannya adalah sahabat kalian ini, yakni beliau sendiri. Kemudian diserukanlah shalat. Lantas aku mengimami mereka. Seusai shalat, ada yang berkata: Wahai Muhammad; ini adalah Malik, penjaga neraka. Berilah salam kepadanya. Akupun menoleh kepadanya, namun dia mendahuluiku memberi salam."
HR Muslim (172), Kitab Iman, Bab Penyebutan al-Masih bin Maryam dan al-Masih ad-Dajjal.
Ketika Suku Quraisy mendustakanku [ketika aku diisrakan ke Baitul Maqdis], aku berdiri di al-Hijr. Kemudian Allah menampakkan Baitul Maqdis bagiku. Akupun menerangkan kepada mereka tentang ciri-cirinya sementara aku melihat (penampakan) itu.
HR al-Bukhari (3886) & [4710] - redaksi di atas, Ahmad, al-Baihaqi, at-Tirmidzi, dan an-Nasai dari Jabir. Takhrij hadits dalam Shahih al-Jami' (II: 5215).
 Abu Bakar memperoleh julukan ash-Shiddiq
Saat Nabi SAW diisrakan ke Masjid al-Aqsha, subuhnya orang-orang membicarakan hal itu. Maka sebagian orang murtad dari yang awalnya beriman dan membenarkan beliau. Mereka memberitahukan hal itu kepada Abu Bakar radhiya`llahu anhu. Mereka bertanya: "Apa pendapatmu tentang sahabatmu yang mengaku bahwasanya dia diisrakan malam tadi ke Baitul Maqdis?" Dia (Abu Bakar) menjawab: "Apakah ia berkata demikian?" Mereka berkata: Ya. Dia menjawab: "Jika ia mengatakan itu, maka sungguh ia telah (berkata) jujur." Mereka berkata: "Apakah engkau membenarkannya bahwasanya dia pergi malam tadi ke Baitul Maqdis dan sudah pulang sebelum subuh?" Dia menjawab: "Ya, sungguh aku membenarkannya (bahkan) yang lebih jauh dari itu. Aku membenarkannya terhadap berita langit (yang datang) di waktu pagi maupun sore." Maka karena hal itulah, Abu Bakar diberi nama ash-Shiddiq (orang yang membenarkan).
HR al-Hakim dari Aisyah radhiyallahu anha. Shahih lighairih menurut al-Albani dalam ash-Shahihah (I: 306).
Datang sekelompok orang-orang Quraisy kepada Abu Bakar. Mereka kemudian berkata: "Apa pendapatmu tentang sahabatmu ! Ia mengaku bahwasanya dia mendatangi Baitul Maqdis, kemudian pulang ke Makkah dalam satu malam saja ?! Abu Bakar menjawab: "Apakah ia berkata demikian?" Mereka berkata: "Ya." Dia menjawab: "Sungguh ia telah jujur." (menurut riwayat al-Baihaqi: Dia menjawab: "Ya, sungguh aku membenarkannya bahkan yang lebih jauh dari itu. Aku membenarkannya terhadap berita langit." Dia berkata: Maka karena itulah, dia diberi nama ash-Shiddiq).
HR Qasim bin Tsabit (dan al-Baihaqi) dalam ad-Dalail mereka masing-masing dari Jabir (al-Isra, h. 60-61). 


  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS