Syekh Subakir
Ketika Syaikh Subakir sampai di tanah Jawa, beliau bergelar Aji
Saka. Beliau lahir di Persia, Iran. Memiliki spesialisasi di bidang Ekologi
Islam. Beliau adalah cicit dari sahabat Nabi Muhammad saw, yaitu Salman
Al-Farisi. Kemudian beliau menjadi utusan dari Sultan Muhammad 1, sebagai salah
satu dari anggota Wali Songo periode 1. Nasab lengkap beliau adalah Syaikh
Subakir bin Abdulloh bin Aly bin Ahmad bin Aly bin Ahmad bin Abdulloh bin Ahmad
bin Muhammad bin Ahmad bin Aly bin Abubakar bin Salman bin Hasyim bin Ahmad bin
Badrudin bin Barkatulloh bin Syafiq bin Badrudin bin Omar bin Aly bin Salman
Alfarisiy Syaikh Subakir berdakwah di daerah Magelang Jawa Tengah, dan
menjadikan Gunung Tidar sebagai Pesantrennya. Syaikh Subakir memiliki keahlian
di bidang Ekologi Islam. Artinya, Syaikh Subakir sangat perduli terhadap
lingkungan, dan fenomena-fenomena alam semesta. Para ahli sejarah babad Tanah
Jawa melakukan kesalahan yang sangat mendasar dan merusak Aqidah dan Syariat
Islam, yaitu menyebut Syaikh Subakir sebagai ahli memasang tumbal untuk
mengusir roh-roh jahat. Kesalahan sejarah terhadap Syaikh Subakir ini akhirnya
melegenda, dan menjadi cerita yang penuh dengan mitos, takhayyul dan khurafat.
Siapakah Syaikh Subakir yang sebenarnya? Syaikh Subakir adalah ahli ekologi
Islam. Pemerhati lingkungan dan alam semesta. Sebagai pakar dalam bidang
ekologi, beliau banyak sekali membaca fenomena-fenomena alam terutama bidang
Mountainologi, yaitu ilmu tentang Gunung Berapi. Kalau dalam sains modern,
beliaulah ahli Meteorologi dan Geofisika. Karena pemahaman awam yang belum
sampai kepada sains moder, seperti ilmu ekologi, meteorologi dan geofisika ini,
maka setiap Syaikh Subakir mengadakan penelitian intensif di beberapa Gunung
Berapi. Mereka orang awam berasumsi bahwa Syaikh Subakir sedang memasang tumbal
atau jimat. Akhirnya opini masyarakat awam ini menyebar dari mulut satu ke
mulut yang lain. Dan oleh dukun-dukun atau paranormal, cerita tersebut dibumbui
dengan takhayyul dan khurafat. Melihat kenyataan masyarakat yang awam tersebut,
Syaikh Subakir berulang kali menerangkan kepada masyarakat, bahwa dirinya
adalah peneliti lingkungan, dan mentadabburi alam semesta, agar kita bertambah
takwa dan mensyukuri nikmat ini kepada Allah SWT. Namun sekali lagi kefanatikan
masyarakat awam ini terhadap Syaikh Subakir membuat legenda yang dibumbui
cerita-cerita yang mengarah kepada perbuatan syirik. Akhirnya, untuk melepaskan
kefanatikan masyarakat umum terhadap Syaikh Subakir ini dan untuk menjaga
Aqidah umat Islam. Maka pada tahun 1462 Masehi, Syaikh Subakir pulang ke
Persia, Iran. Agar kefanatikan tersebut runtuh, dan masyarakat awam kembali
kepada tauhid yang benar. Dan selanjutnya posisi Syaikh Subakir digantikan oleh
muridnya yang juga ahli di bidang Ekologi, Meteorologi dan Geofisika, serta
ahli pertanian dan arsitek masjid yaitu Sunan Kalijaga. Syaikh Subakir
meninggal di Persia Iran. Sedangkan yang ada di Indonesia dan diziarahi oleh
masyarakat adalah situs-situs peninggalannya. Ada beberapa karya Syaikh Subakir
yang bergelar Aji Saka, yaitu: 1. Beliau adalah penemu Huruf Jawa, yang
berbunyi: HA NA CA RA KA, DA TA SA WA LA, PA DHA JA YA NYA, MA GA BA THA NGO 2.
Beliau pula yang memberi nama Jawa, yang diambil dari bahasa Suryani artinya
Tanah Yang Subur. Pelajaran dari Kisah Syaikh Subakir adalah: 1. Kita harus
memperkuat Aqidah Islam kita, 2. Jangan mudah percaya pada takhayyul, bid’ah
dan khurafat, yang dibungkus oleh cerita yang tidak jelas sumbernya, 3. Jangan
mudah terjerumus pada mistik yang menghancurkan sendi-sendi aqidah Islam, 4.
Pahami bahwa Syaikh Subakir adalah manusia biasa, hamba Allah, seorang
waliyullah yang berdakwah untuk menyiarkan Islam, amar ma’ruf, Nahi Munkar 5.
Pahami bahwa Syaikh Subakir adalah tokoh yang sangat memperdulikan lingkungan,
dan kelestarian alam, dan bukan memasang tumbal atau jimat. 6. Jangan percaya
kepada tumbal atau jimat, karena hal ini adalah Syirik. Cerita tentang tumbal,
jimat atau perang melawan jin yang dihubungkan kepada Syaikh Subakir adalah
kebohongan yang besar. 7. Jagalah kemurnian aqidah Islam kita, Syari’at Islam
kita dan akhlak Islam kita. Agar kita senantiasa mendapat Ridha dari Allah SWT.
0 komentar:
Posting Komentar